39. Salam Perpisahan

5.1K 251 14
                                    

"Jaga diri baik-baik ya",. Aluna tersenyum  manis seraya memeluk erat ayahnya, saat hari tepat setelah ulang tahunnya Gandhi dan Feli akan berangkat pergi ke Manchester,.

"Iya yah. Ayah juga baik-baik ya disana",. Pesan Aluna masih berada dalam pelukan Gandhi,.

Gandhi tersenyum lalu mengecup ubun-ubun Aluna,. "Iya, ayah akan baik-baik. Sering-sering telpon ayah ya",. Kata Gandhi,.

Aluna melepaskan pelukan Gandhi lalu tersenyum lebar dan menganggukan kepalanya,. Kini giliran Aluna beralih pada Feli yang berdiri disamping Gandhi seraya menenteng clutchnya,.

"Jaga diri ya Fel, jagain ayah juga. Kalo sampek sana jangan lupa kabarin",. Kata Aluna lalu memeluk erat Feli yang juga membalas pelukannya dan tersenyum,.

"Iya, nanti langsung gue kabarin kalo udah sampe. Oh iya by the way",. Feli segera melepaskan pelukannya,.

Lalu memberikan sebuah bingkisan kepada Aluna,. "Ini hadiah dari gue, selamat ulang tahun",. Kata Feli,.

Aluna menerimanya dengan sedih, lalu kembali memeluk Feli erat,. "Kenapa harus pergi sih padahal baru aja baikan",. Katanya sedih dan berkaca-kaca,.

Feli terkekeh geli, lalu mengurai pelukannya dan mengusap rambut Aluna, Gandhi dan Benua yang melihat interaksi keduanya justru tersenyum,. "Kan juga bakalan ketemu lagu Lun, ada Benua tuh, nggak malu apa",. Ledek Feli, 

Kini Feli sudah benar-benar bisa melupakan Benua, mungkin masih ada rasa itu, tapi kalah dengan rasa bahagianya bersama dengan Aluna sekarang,. Karma memang berlaku, dulu Feli sangat membenci Aluna, bahkan tak mengakui Aluna sebagai saudaranya, atau terang-terangan mengatai anak haram,.

Tapi itu dulu, sekarang ia sudah memulai semuanya dengan baru. Feli yang baru, sifat dan karakter. Ia ingin merubahnya,.

Aluna melirik Benua yang berdiri dibelakangnya sekilas,. "Ngapain malu? Orang biasanya dia suka ngefotoin aib aku, lebih malu-maluin",. Kata Aluna kesal mengingat beberapa hari yang lalu Benua sering mengambil fotonya dan benar-benar tidak ada yang bagus walau satupun,.

Feli tersenyum merekah lalu menatap Benua dengan berbinar,. "Bener Ben? Mau dong, bagiin. Nanti kirim ya?",. Kata Feli semangat dan semakin membuat Aluna bersungut kesal,.

"Apasih, jangan dong, enak aja. Bukan untuk asumsi publik tau",. Kata Aluna kesal,. "Nanti aja rencana mau hapus di hp Benua",. Kata Aluna melirik Benua sinis,.

"Coba aja kalo bisa",. Tantang Benua membuat Aluna mencibir dan menggerutu kesal,.

"Oke, liat aja nanti. Aku juga bisa candid aib kamu",. Kata Aluna congkak lalu menjulurkan lidahnya,.

Bukannya tersinggung atau kesal, Benua justru tersenyum miring,. "Dengan senang hati",. Pungkasnya.

Aluna berdecih, lalu kembali menoleh pada Feli dan berbincang lagi,.

"Saya titip Aluna ya, tolong jagain dia selama saya nggak ada disini",. Kata Gandhi sambil meremas bahu Benua, seolah mengungkapkan bahwa memberikan tanggung jawab Aluna padanya,.

Benua menganggukan kepalanya,. "Anda tidak perlu khawatir, saya akan jaga Aluna seperti saya jaga diri saya sendiri",. Kata Benua,.

Gandhi tersenyum,. "Yah, meskipun kamu orang yang begitu kaku, tapi putriku sangat menyukaimu. Nanti kita ketemu lagi, semoga cara bicaramu berubah lebih baik ya",. Kata Gandhi setengah menyindir cara berbicara Benua yang singkat dan terlalu formal,.

Benua hanya tersenyum tipis,. "Saya juga harap begitu",. Pungkasnya,.

Setelah itu Gandhi menarik lengan Aluna membuat Aluna menoleh,. "Udah ya, Ayah sama Feli berangkat dulu. Nanti kalo ada apa-apa, kamu bisa bilang ke sekertaris ayah yang ada disini ya",. Kata Ayahnya, dan Aluna hanya mengangguk patuh,.

BENALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang