6. Camer?

5.2K 332 4
                                    

Aluna tak henti-hentinya tersenyum dibalik selimutnya. Hari ini ia benar-benar senang, iya senang. Setelah berdebar karena kepergok ketua lawan saat tawuran tadi, tapi setelah itu ia justru berdebar kaget sekaligus bahagia. Meski ia yakin kalau Benua melakukan itu semata-mata hanya berniat membantunya keluar dari David, Ketua Geng SMA Petra. Tapi tetap saja, Aluna sangat senang.

Apalagi tadi Benua juga mengantarnya pulang, bukan apa-apa sih. Hanya saja berkat suruhan para teman-temannya, yang memaksa karena kasihan Aluna pulang sendiri, akhirnya dengan ogah-ogahan akhirnya Benua luluh juga. Terimakasih diucapkan untuk saudara Guntur, Yudha, Rangga dan Batra yang sudah berbaik hati mengerti perasaan Aluna.

Aluna meraih ponselnya kala benda kotak berwarna Space Grey dengan logo buah itu bergetar.

"Assala.........".

"sejak kapan lo jadian sama Benua?".

Aluna menautkan kedua alisnya. Belum juga ia selesai mengucapkan salam, Amel sudah memotongnya dengan pertanyaan to the point.

"siapa yang jadian? Amel".

"lhah terus tadi apaan dong yang gue liat ada tanggung jawab tanggung jawaban?".

Aluna memutar kedua bola matanya, begini sih kalau punya teman biang lambe turah. Dapet info dikit Langsung sambar. Ya emang sih, Aluna nggak ngelak kalau dia sempat melambung tinggi.

"ya mana mungkin Benua langsung suka sama gue, nggak mungkin kali Mel". Jawab Aluna sambil menarik selimutnya sebatas dada. Tapi tak pelak ia juga berharap besar.

"kok lo jadi pesimis gini, siapa tau nih Si Benua udah sadar kalo nggak ada yang tahan naksir dia selama lo".

Aluna mendengus. "ngaco lo ah, lagian gue sama Benua kan beda. Makannya dia mustahil mau suka sama gue". Kata Aluna sambil menerawang keatas langit-langit kamarnya.

"Maksud lo beda gimana? Beda Agama? Benua Islam kok, ngaco lo".

"Ya gue sama Benua beda, beda perasaan. Gua suka Benua, Benua nggak suka gue".

Jawabnya lirih, tapi tak mengelak kalau Amelia masih mendengarnya dengan baik, terdengar suara pekikan dari seberang membuat Aluna harus menjauhkan ponselnya jika saja tak ingin telinganua bermasalah.

"OMG ALUNAAA gue pikir apaaan, dasar loo ya. Jangan pesimis gitu, emang Benua aja yang bego. Cewek secakep lo dia nggak mau, dia homoan deh kayaknya". Ceplos Amel membuat Aluna membulatkan matanya.

"iih, Benua normal kok. Dia lagi suka sama cewek. Lagian gue nggak cantik Mel, kebanting jauh kalo gue berdiri disamping lo sama Revi".

"ngomong apa sih lo, lo cakep Lun. Cuma lo aja yang ketutup sama kepolosan dan kecupuan lo itu". Saut Amel dengan nada ketus.

Aluna meringis kecil kala mendengar Amel berdecak sebal seperti itu. Amel dan Revi memang berkali-kali mengatakan kalau dirinya itu cantik, tapi tetap saja entah kenapa dirinya tetap tak percaya diri.

Katakanlah cantik adalah hal yang paling diinginkan oleh semua wanita, tentu saja. Siapa yang tidak ingin dipandang menawan oleh setiap orang, apalagi oleh orang yang kita suka?

Aluna berbeda, ia memang ingin dipandang cantik atau menawan oleh semua orang, tapi lebih dari itu, ia ingin dipandang menjadi lebih berguna. Biarkanlah kehidupan keluarganya yang menganggapnya tak ada, jangan juga disekolahnya. Jika iya, siapa lagi yang mau menerimanya?

*************************

Hari ini matahari bersinar cukup terik padahap waktu masih menujukan pukul setengah 7 pagi. Aluna bahkan baru saja selesai melakukan tugas negaranya.

BENALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang