Cahaya dari celah-celah gorden kamar mengusik tidurku. Aku menggerakkan tubuhku, tapi aku merasa ada yang aneh. Aku mencium aroma tubuh seorang laki-laki. Owh, ternyata itu adalah Kak Dika. Aku baru sadar, ternyata sepanjang malam, aku tidur dipelukan Kak Dika. Aku menatap sekilas wajahnya, bahkan dia tersenyum saat tidur.
"Kak, bangun."
Aku mencubit pipi Kak Dika pelan sambil membangunkannya. Tapi dia hanya bergerak sebentar dan kemudian tidur lagi.
"Kak, bangun-bangun," ucapku lagi.Perlahan Kak Dika membuka matanya, dia menatapku sambil tersenyum. "Bentar lagi. Kakak pengen tidur masih lama lagi."
"Tapi, Kak ...,"
Belum juga kulanjutkan kataku, Kak Dika sudah mempererat pelukannya. Kak Dika mendekatkan kepalanya hingga membuat kepalaku menjadi sandarannya juga."Yaudah, bentar lagi," ucapku karena ku juga merasa nyaman saat Kak Dika seperti itu. Hahhahahahahaha, rasanya aku ingin tertawa. Tapi aku takut, Kak Dika malah heran melihatku dan menggangu tidurnya yang hanya sebentar saja.
"Mmmmmm."
"Kak, apa kakak tidak pergi kesekolah?"
"Nggak?"
"Biasa, kakak hari ini ada jam masuk kok, setau Isyah?"
Kak Dika menatapku dengan mata sayunya karena masih ngantuk. "Hari ini sekolah libur, besok baru masuk."
"Cup."What? Berkali-kali Kak Dika menciumku, aku tidak merasakam apa-apa. Karena Kak Dika selalu mencium pipi, tangan dan dahiku saja. Tetapi kenapa kali ini Kak Dika malah mencium bibirku tanpa meminta aba-abaku. Aku mematung saat Kak Dika meskipun ciuman itu hanya sekilas. Berani-beraninya Kak Dika menciumku dan dia bahkan langsung berlari kekamar mandi setelah itu dilakukannya padaku.
"Kak," teriakku.
"Dikamar mandi. Jangan masuk, kakak mau mandi."
Tak kusangka, dia melakukannya. Aku mengetok-ngetok pintu kamar mandi dengan kuat.
"Isyah, kakak lagi mandi. Jangan ketok pintu!"
Kuhiraukan apa yang dibilang Kak Dika. Aku terus mengetok pintu kamar mandi. Mungkin yang kulakukan membuat Kak Dika merasa bising hingga membuatnya harus membuka pintu.
"Kaaaaakkkkk." Aku memukulnya saat Kak Dika sudah membuka pintu. Aku bahkan tidak sadar lagi dengan apa yang kulihat. Aku terus memukul Kak Dika meskipun Kak Dika memanggil namaku berkali-kali. Aku merasa tidak ikhlas dengan apa yang dilakukannya padaku tadi.
'Bruuuukkk'
Ups, lantai kamar mandi begitu licin, kami tersungkur kelantai. Kaki Kak Dika terpeleset hingga membuatnya terjatuh. Bukan hanya kak Dika saja, dia bahkan menarikku hingga membuatku ikut terjatuh. Ahk, mungkin badan kak Dika sudah sangat sakit, apalagi karena aku harus menindihnya. Yang benar saja, ciuman itu tidak terjadi hanya dikamr tadi, malah terjadi lagi saat kami terjatuh dikamar mandi. Ciuman ini bahkan lebih lama daripada yang dikamar."Pukkk"
Aku memukul lengan Kak Dika. Mataku melototinya hingga membuat Kak Dika mengernyitkan dahinya.Aku segera bangkit. Dan baru ini aku sadar. Aku berteriak. "Aaaaaaaaaa." Ternyata Kak Dika hanya memakai celana pendek sebatas lutut tanpa sehelai benang baju.
Kak Dika langsung membungkam mulutku. "Apa kamu gila. Ini bukan yang pertama kali kamu berteriak, tapu dikamar juga. Hari ini bukan cuman kita yang ada disini, tapi ada orang tua kita juga. Bisa-bisa nanti kakak dibilang apa-apain kamu," jelas Kak Dika.
'Tok'tok'tok'
"Isyah, Dika, apa kalian masih tidur?"
Ibu Catherina mengetok-ngetok pintu kamar mereka. "Ini sudah siang, yok makan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Guruku Sendiri (The End)
RomanceSiapa yang tak tau takdir? Hanya Tuhanlah yang tau. Mungkin dulu kita sering memimpikan apa yang akan terjadi dimasa depan kita, apa akan sesuai dengan keinginan kita atau tidak. Pada cerita ini diperankan oleh Andika Pratama dan Ana Aisyah. Andika...