Dingin, hampa yang kini menyelimuti kedua insan ini.
"Duduk disini aja, gak usah sungkan-sungkan!" suruh Dika.
Isyah menuruti kata Dika walaupun Isyah duduknya agak menjauh dari Pak Dika.
Dika membuka jacketnya dan memberikannya pada Isyah, membuat Isyah kaget, "Pake saja, daripada kamu kedinginan," memberikan jaketnya pada Isyah.
"Kelihatannya aja orangnya dingin dan datar, ternyata ada sifat baik dan peduli tersimpan dalam hati bapak ini." batin Isyah.
"Pak, kenapa sih bapak tidak mencegah atau mengkomplein perjodohan ini? Bapak tau kan aku ini masih sekolah. Tidak mungkin juga bapak mau menikah denganku." jelas Isyah.
"Kamu tau, sebenarnya aku juga tidak ingin dijodohkan, tapi Ayah memaksaku. Aku tidak ingin Ayahku membenciku. Aku juga tidak ingin dibilang anak yang egois dan durhaka. Aku hanya ingin mereka bahagia. Aku tidak ingin mereka kecewa." jelas Dika.
Isyah meneguk salivanya mendengar penuturan Dika. Isyah menilai Pak Dika yang ternyata orangnya bukan hanya baik, ternyata orangnya penyanyang dan sangat peduli terhadap orangtuanya. Dia tidak memikirkan dirinya sendiri melainkan memikirkan kehidupan orangtuanya.
"Tetapi kenapa bapak tidak memikirkan nasibku juga?" tanya Isyah membuat Dika menatapnya sambil mengernyitkan alisnya.
"Aku saja tidak tahu bahwa yang dijodohkan itu adalah kamu," jawab Dika.
"Huhhh ...." guman Isyah menghela nafasnya.
*Hening, itulah yang terjadi.*
"Hmmm, malam yang indah," pecah Isyah. "Bapak mau tau ngak, ketika malam hari gini, Isyah sering menatap bintang di langit dari jendela. Disana Isyah akan menghitungnya, walaupun sebenarnya ada bintang yang terlewatkan dan tidak aku hitung," jelas Isyah hingga membuat Pak Dika tertawa kecil.
"Ada yang salah ya, Pak dengan kata-kata Isyah." sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Pak Dika hanya menggeleng. "Kamu tahu, seberapa usaha yang kamu kumpulkan untuk menghitung bintang dilangit dengan mata telanjang, itu tidak akan mungkin bisa, palingan yang kamu lihat hanya bintang-bintang yang besar seperti yang disana!" tunjuk Pak Dika.
"Pak, pak ... bintang disana ... jatuh," teriak Isyah. Pak Dika ikut melihatnya.
Isyah menyatukan telapak tangannya seperti halnya membuat sebuah permohonan. Disisi lain, Pak Dika hanya memasukkan tanggannya kedalam kantong celananya dan menutup matanya sekilas.
"Panjang banget sih permohonannya?" bisik Dika ketelinga Isyah.
Isyah membuka mata, "Bapak gak buat permohonan, gitu?" tanya Isyah.
"Buat." jawab Dika. "Kalau bapak boleh tau, permohonanmu apa sih?" timpal Dika lagi.
"Aku hanya ingin semuanya berjalan lancar, termasuk liku-liku kehidupanku saat ini." jelas Isyah.
"Terus, bagaimana dengan perjodohan kita?" tanya Dika hingga membuat Isyah diam tak berkutip tak berani menatap Dika.
"Tatap aku Isyah! Jangan menunduk!"
"Bagaimana dengan perjodohan kita?" tanya dika untuk kedua kalinya."Semuanya tergantung padamu. Jika kamu bilang ya, aku terima resikonya dan jika kamu bilang tidak, aku juga akan terima resikonya." jelas Dika.
"Sebenarnya Isyah juga ingin seperti Bapak, tidak ingin mengecewakan orangtua Isyah. Hanya saja Isyah belum siap Pak. Perjalanan Isyah masih panjang," jelas Isyah.
"Bapak tau, hal ini berat buatmu. Tapi mau gimana lagi, semuanya udah terlanjut." ucap Dika.
"Terus, bagaimana dengan Bapak? Apakah bapak akan menerima perjodohan ini?" tanya Isyah menatap Dika.
"Semuanya tergantung samamu. Aku akan mengikuti kemauanmu saja. Aku juga tidak akan memaksamu untuk menerima perjodohan ini," jelas Dika.
"Bagaimana jika aku menerima perjodohan ini?" tanya Isyah membuat Dika sontak kaget.
"Aku berharap kamu mau menerimanya," pinta Dika.
Isyah mencerna ucapan Dika. Sebenarnya berat untuk mengungkapkannya. Tapi, disisi lain Isyah juga tidak tega melihat Pak Dika yang menunggu jawaban Isyah. Isyah juga tidak ingin mengecewakan keluarga Dika dan juga Mama Papanya.
☆☆☆
¤¤Berfikir lama, hening dan juga hampa¤¤
"Semoga ini adalah pilihan Isyah yang tepat," batin Isyah. "Aku mau Pak menerima perjodohan ini," jawab Isyah tertunduk tanpa melihat kearah Dika.
"Aku ingin kau mengucapkannya sambil menatapku tanpa melihat kearah lain, supaya aku bisa percaya," pinta Dika.
Isyah memberanikan dirinya menatap Dika, "Isyah mau menerima perjodohan ini." ulang Isyah lagi.
Hingga membuat Dika tersenyum kecil dan memeluk Isyah tanda terimakasih. Isyah tak membalas pelukan Dika. Ia hanya berdiri mematung dengan pelukan Dika. Hanya saja, jantung Isyah tidak bisa kompromi berdegup kencang.
☆☆☆
"Loh, loh, loh, ... belum sah aja dah main pelukan aja ya, Jeng?" ujar Catherina pada Ibu Isyah sontak membuat Isyah dan Dika kaget dan melepas pelukannya.
Isyah hanya bisa tertunduk malu dengan wajah merah merona. Ada senyum bahagia yang muncul dari kedua keluarga ini.
"Kalau Tante bisa nebak, tanpa Tante tanya, jawabanya sudah Tante dapatkan. Terimakasih, sayang." peluk Catherina pada Isyah.
Ibu Isyah ikut tersenyum dan juga memeluk putrinya.
Hanya melihat Isyah dan Dika aja, sudah muncul kebahagiaan pada kedua keluarga ini.
♡♡♡
"Bicara didalam aja!" ajak Ayah Dika pada kami.
Kami masuk rumah. Yang pastinya menyusun rencana selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Guruku Sendiri (The End)
RomanceSiapa yang tak tau takdir? Hanya Tuhanlah yang tau. Mungkin dulu kita sering memimpikan apa yang akan terjadi dimasa depan kita, apa akan sesuai dengan keinginan kita atau tidak. Pada cerita ini diperankan oleh Andika Pratama dan Ana Aisyah. Andika...