Bagian 9

2.5K 69 1
                                    

"Isyah pigi ya, Ma?" Kusalim tangan Mama kemudian kuhampiri Pak Dika yang sudah menunggu dimobil. Segera kumasuk dan duduk di belakang.

"Kenapa duduk dibelakang?" tanya Pak Dika.

"Lebih enak dan nyaman," jawab Isyah enteng.

"Terus aku kau buat supirmu gitu?" tanya Pak Dika menatap Isyah.

"Hmmm ... Bapak sendiri ... siapa suruh juga jemput Isyah," gumanku tapi bisa didengar Pak Dika.

"Pindah kedepan, atau mobilnya gak akan aku jalanin," perintah Dika.

"Kenapa belum berangkat, Nak?" Teriak Mama.

"Iya, Tan. Ini udah mau berangkat kok." sahut Dika.

"Cepat ... Isyah!" pinta Dika.

"Iya, iya bentar. Bawel amat sih, Pak." pungkas Isyah. Karna kulihat Mama masih didepan, jadi aku malas untuk keluar dari mobil. Langsung aja aku pindah kedepan dari tengah kursi pengemudi.

"Hey ... mau ngapain?" tanya Dika tiba-tiba.

"Mau pindah. Kan Bapak yang nyuruh," cerocosku sambil melangkahkan kakiku dan mengambil posisi duduk didepan Pak Dika.

"Hati-hati entar terjatuh. Masa anak gadis gitu. Lain kali jangan diulangi. Gak sopan tau."

"Hmmmm ... mendingan kita berangkat deh, Pak. Isyah udah bosan dari tadi dengar Bapak ceramah mulu." cetusku.

"Tante, kami pamit ya?" ucap Pak Dika sambil melambaikan tangannya dan dibalas oleh Mama dan tak lupa juga Pak Dika menyalakan klakson mobilnya.

Mobil Pak Dika kini sudah berlalu dari pekarangan rumah kami. Sudah 15 menit kami dalam perjalanan. Kini mobil itu sudah sampai di sekitar sekolah. Pak Dika menurunkanku ditempat biasa.

"Baik-baik belajarnya," pesan Pak Dika padaku saat aku sudah turun dari mobilnya. Pak Dika melajukan mobilnya dan memarkirkannya ditempat biasa.

***

"Kring*kring*kring." Lonceng sekolah berbunyi. Kami masuk keruangan kami masing-masing.

"Isyah, kamu tau nggak? Hari ini kita katanya kedatangan murid baru," ucap Ani.

"Aku gak tau," ucapku simpel. "Memang kenapa?"

"Gak kenapa sih. Tapi kamu gak penasaran gitu, siswanya laki-laki atau perempuan? Cantik apa ganteng?" timpal Ani.

"Nggak. Ngak ada rasa penasaran, ngak mau tau. Ya kalau memang dikelas ini yaudah. Toh juga gak ada untungnya kan sama aku," jawab Isyah sambil meletakkan bukunya diatas meja.

"Kamu mah gitu terus. Ubah sikap cuekmu sikit napa?"

"Pak Dika datang, Pak Dika datang ...." ucap salah satu siswa teman kami. Semuanya langsung bergegas ketempat duduknya masing-masing.

"Ya, ngapain takut sih. Kan hari ini gak ada jam pelajaran Pak Dika sama kita," ujar Isyah. "Palingan mau kekelas lain," timpalnya lagi.

"Selamat pagi." Terlihat dari pintu seorang pria yang memasuki ruangan kami yang tak lain adalah Pak Dika.

"Pagi, Pak." jawab kami serentak.

Timbullah dalam benakku sebuah pertanyaan. " Ani, bukannya hari ini gak ada jam pelajaran kimia ya? Kan kita jumpa sama Pak Dika seharusnya dihari kamis?" tanyaku pada Ani tapi dengan berbisik.

"Yang aku tau sih, iya." jawab Ani.

"Baiklah, mungkin kalian bertanya kenapa Bapak masuk keruangan ini. Nah, hari ini kelas kita kedatangan teman baru. Jadi Bapak ingin memperkenalkannya. Saya harap semuanya berteman dengan baik."

Dijodohkan dengan Guruku Sendiri (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang