Setelah tangan kami bertemu, kedua orangtua kami menuntun kami berjalan kepelaminan. Aku berada disebelah kiri Pak Dika. Kedua orang tua kami terus mendampingi kami hingga kepelaminan.
Ada sofa panjang yang sudah dihiasi dengan bunga mawar merah. Kami duduk berdampingan layaknya seorang pengantin. Alunan musik kian terdengar. Seorang anak gadis mungil datang membawa sekuntum bunga dan kotak cincin. Gadis itu memberikan kotak cincinnya pada Pak Dika. Sedangkan bunga itu diberikan padaku.
Seorang penghulu datang pas alunan musiknya digantikan. Mereka duduk tepat didepan kami.
Aku semakin deg-degan, badanku keringat dingin. Pak Dika menatapku sekilas dan memberikan senyum manisnya padaku. Dia mengganggukkan kepalanya.
Seorang penghulu menyodorkan tangannya dan dibalas Pak Dika. Sang penghulu membaca sebuah kalimat resepsi pernikahan.
Semua orang bertepuk tangan saat kata-kata itu diucapkan. Pak Dika menghadap kearahku. Dia memberiku kode supaya aku juga menghadap kearahnya.
Pak Dika membuka kotak cincin. Pak Dika memasangkannya dijari manisku sambil mengucapkan sepatah kata. Kami saling bertukaran cincin.
Aku menyalim tangan Pak Dika, sedangkan dia mencium keningku.
Kami memeluk kedua orang tua kami. Jujur saja, aku tidak sedikitpun meneteskan air mata. Aku seperti wanita kuat. Kami hanya tersenyum saja dan saling membalas pelukan.
Alunan musik pop kini berbunyi. Suara itu kian membuat semua orang menari. Ayah, Ibu, Mama dan juga Papa menarik tanganku dan tangan Pak Dika. Mereka membawa kami ketengah-tengah kerumunan orang. Kami ikut menari bersama mereka.
Sungguh mengejutkan saat pembawa acara meminta pengantin untuk berdansa. Semua orang langsung mengambil pasanggannya, Mama bersama Papa, orangtua Pak Dika dan undangan lainnya. Terkecuali kami berdua yang hanya saling menatap.
Pak Dika menyodorkan tangannya. Aku hanya mengernyitkan alisku. Tapi Pak Dika langsung menarik tanganku. Dia langsung meletakkan tanganku di pundaknya sedangkan tangannya memegang pinggangku. Kami berdansa mengikuti alunan musik.
Acaranya full satu hari. Kami harus melewati acara pemberkatan, acara hiburan yaitu tarian, kemudian acara makan bersama, dan masih banyak lagi.
Hari mulai malam, ini acara yang terakhir. Kami akan menerbangkan balon. Masing masing memegang satu balon. Kecuali hanya kami berdua yang hanya memegang satu ikatan balon tapi jumlahnya banyak.
1, 2, 3, ....
Kami sama-sama menerbangkan balonnya. Ini adalah acara terakhir. Semua undangan sudah mulai berpulangan. Aku memeluk Mama dan Papa saat mereka juga ingin pamit pulang."Kamu baik-baik ya sayang disini. Ikuti kata suamimu dan juga perkataan mertuamu." pesan Mama padaku.
Kami mengantar Mama dan Papa sampai didepan gerbang.
"Menantu Ibu pasti sudah capek, kan? Yaudah ayok Ibu antar masuk kedalam. Mendingan kamu istirahat lebih dulu." Ibu mengantarkanku kekamar. Yang benar saja, kamarnya dihiasi dengan bunga. Sebenarnya indah. Tapi rasaku ini sangat ribet sekali.
Ibu menyuruhku untuk istirahat lebih dulu karena sudah capek sekali. Sedangkan Ayah dan Pak Dika masih didepan melayani tamu undangan yang sudah ingin pulang.
"Huhh ...." Kuhempaskan tubuhku diatas kasur. "Ternyata kamar Pak Dika luas juga ya? Banyak rak bukunya ... orang yang rajin rupanya." gumanku sambil memainkan jari telunjukku diudara.
***
Ceklek ....
Pandanganku beralih pada seseorang yang baru memasuki kamar, yang tak lain adalah Pak Dika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Guruku Sendiri (The End)
DragosteSiapa yang tak tau takdir? Hanya Tuhanlah yang tau. Mungkin dulu kita sering memimpikan apa yang akan terjadi dimasa depan kita, apa akan sesuai dengan keinginan kita atau tidak. Pada cerita ini diperankan oleh Andika Pratama dan Ana Aisyah. Andika...