Bagian 2 (Perdebatan)

3.5K 91 0
                                    

POV Andika
Kini aku sudah guru pindahan ke SMA 1 PERMATA SARI. Ini semua permintaan Ayahku. Rasanya berat juga. Karena hal ini seperti aku ingin memulai hidup baru. Membangun dari awal. Aku berharap nantinya aku bisa jadi seorang guru yang di inginkan siswanya setiap jam pelajaran saya. Namun sepertinya tidak. Karena sikapku yang begitu dingin yang cuek yang masih ada pada diriku sendiri.

♡♡♡

"Nak, sini dulu. Ayah sama ibu mau bicara sebentar," ujar Ibu.
Ayah memulai pembicaraan. "Begini, Nak, Ayah sama Ibumu memiliki seorang teman. Mereka sangat baik. Mereka adalah teman Ayah ketika ayah Kuliah dulu."

"To the point aja, Yah." ujar Andika.

"Jadi begini, Ayah ingin kamu pindah mengajar ke SMA 1 PERMATA SARI. Ayah sudah mengurus semua surat pindahmu kesana. Hitung-hitung juga, supaya kamu bisa lebih dekat untuk mengurus perusahaan yang sudah kau bangun disana." ucap Ayah panjang lebar.

"Tapi, Yah," sangkal andika.

"Tidak ada tapi-tapi. Ayah sengaja buat kamu pindah kesana, karena dulu Ayah pernah janji sama teman ayah ketika sudah mempunyai anak dan mereka sudah besar maka akan kita dijodohkan. Dan kebetulan sekarang mereka tinggal disana. Didaerah tempat pekerjaanmu. Ayah tidak mintak lebih, Ayah hanya ingin kamu mau menerima perjodohan ini." ucap Ayah dan kemudian pergi meninggalkan aku dan Ibu.

Ibu menatapku sendu. Ibu berusaha menenangkanku.

"Kamu tau, Nak. Mungkin ini adalah permintaan Ayah yang terakhir samamu. Dengan menerima perjodohan ini mungkin kebahagiaan dari Ayahmu", ungkap Ibu sambil mengelus pundakku.

Aku hanya bisa menggeleng-geleng sambil menundukkan kepalaku.

"Tapi, Bu. Bagaimana dengan dia yang akan dijodohkan denganku?" tanya Andika.

"Mungkin kamu sekarang tidak kenal. Tapi, jika kamu menerima perjodohan ini, Ayah sama Ibu akan membuat rencana pertemuan supaya kalian bisa dekat dan saling kenal." jawab Ibu.

"Baiklah, Bu. Demi Ayah dan Ibu, aku akan menerima perjodohan ini". jawabku dan membuat Ibu tertawa bahagia dan memelukku.

"Terimakasih, Nak", ucap Ibu.

"Kamu serius Nak menerima perjodohan ini", tanya Ayah yang sudah lebih dulu melewati kami untuk pergi kekantor namun berbalik lagi karena mendengar penuturanku kepada Ibu.

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku seraya menyetujuinya.

Ayah dan Ibuku senang. Aku hanya bisa berpikir positif saja, bahwa ini memang kebahagiaan dari kedua Orangtuaku.

♡♡♡

Selesai perdebatan dirumah, Ibu memintaku untuk pergi ke alfamart untuk berbelanja kebutuhan rumah. Karena kebetulan pembantu di rumah kami pulang kampung dengan urusan yang mendadak.

*skip perjalanan*

Kini aku tiba disuatu alfamart. Tapi, ketika hendak keluar dari mobil, sebuah mobil melaju dengan kencang hingga memuncratkan air dan mengenai pakaianku. Aku segera masuk kedalam alfamart dan menanyakan arah kamar mandinya.

Tak terduga, didalam kamar mandi ternyata membuatku tambah kesal. Aku tersemprot air lagi oleh seorang gadis untuk kedua kalinya. Yang tak lain adalah siswaku sendiri.

Aku mengomelinya hingga dia memilih untuk pergi tanpa meresponku. Tetapi aku menghalanginya dengan memegang pergelangan tangannya.

"Apalagi sih, Pak? Bapak belum cukup puas ya dari tadi ngomelin aku mulu?" ucapku dengan suara agak meninggi. Aku tak mempedulikannya, walaupun dia adalah guruku sendiri.

"Lagian aku juga ngak sengaja juga, kan?" pungkasku dengan mataku yang mulai berkaca-kaca seperti halnya ingin menangis.

"Apa salahnya, coba. Kamu tahu diluar tadi saya sudah tersemprot air untuk pertama kalinya, kemudian disini saya terkena lagi untuk kedua kalinya. Apa kamu tidak melihat baju saya sudah basah? Bukannya mau bantu saya cari tissue untuk membersihkannya, malah main pergi aja," pungkas Dika.

"Bukan urusan saya, Pak. Lagian ini kan alfamart, jadi bapak bisa tinggal pesan sendiri." sergapku dan kemudian meninggalkannya dikamar mandi.

"Dasar, siswa zaman sekarang tidak ada lagi takut-takutnya jika bertemu dengan gurunya bahkan tidak memiliki sopan santun," guman Dika sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

♡♡♡

"Loh, kok dah pulang aja, Nak?" tanya Ibu pada Isyah yang kini sudah sampai dirumah tanpa membawa apa-apa.

"Loh, kok dah pulang aja, Nak?" tanya Ibu pada Isyah yang kini sudah sampai dirumah tanpa membawa apa-apa.

"Malas, Ma. Tadi di alfamart ada orang yang buat Isyah kesal, jadi Isyah milih untuk pulang aja tanpa beli apa-apa." curhatku pada Mama, walaupun ada Papa disampingnya.

"Kok bisa, emang salahnya dimana? Sini dekat Mama. Cerita pada Mama." pinta Mama sambil mengelus-elus rambutku.

"Udalah, Ma. Isyah ceritapun gak ada pentingnya. Karena Mama juga gak kenal orangnya. Nanti jadi buat Isyah tambah kesal aja." kataku pada Mama seperti halnya lagi ngambek.

Aku memilih untuk pergi kekamarku dan meninggalkan Papa dan Mama diruang tamu. Mereka hanya bisa sabar yang selalu melihat tingkah anehku, kadang baik dan kadang tidak.

"Udahlah, Ma. Percuma juga dibujuk, tetap juga kok tingkahnya begitu." ucap Papa.

"Ya begitulah, Pa, menghadapi anak zaman sekarang. Susah menebak kemauannya. Hanya bisa sabar aja." pungkas Mama.

"Hmmmm ... " guman Ayah.

○○○

Kini seorang pemuda sedang menenteng banyak belanjaan menuju rumah dan meletakkannya didepan pintu. Karena masih ada lagi yang tertinggal dimobil.

"Bu, Dika udah bawa belanjaannya ni," teriak Dika dari luar.

"Wah, banyak juga ya," tukas Ibu.
"Loh, loh, loh ... kok baju kakak bisa basah gitu?" tanya Ibu.

"Tadi ada sedikit masalah didepan alfamart Bu, tersemprot air gitu," jawab Dika.

"Ya udah lebih baik kakak ganti baju dulu. Ntar Ibu yang bereskan ini. Kamu nanti masuk angin loh!" pinta Ibu.

"Iya,Bu." jawabku sambil membawa beberapa belanjaan menuju dapur sekalian untuk ganti baju.

》《》《

"Bu, memang belanjaan sebanyak ini untuk apa sih Bu?" tanya Dika penasaran.

Dijodohkan dengan Guruku Sendiri (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang