Matahari telah tenggelam sepenuhnya, berganti tugas oleh sang bulan yang mengintip malu dari balik awan. Sunyinya malam ini begitu mencekik, dan hawa dingin semakin menggigit. Pemuda dengan balutan coat panjang, kacamata hitam dan syal tebal yang dililitkan hingga separuh wajah itu harus berjalan dengan penuh hati-hati bagaikan seorang kriminal. Tiap langkahnya dibarengi dengan rasa takut dan cemas, dan disetiap langkahnya juga dia selalu berdoa agar ia dapat menemukan keajaiban dari sang pemilik semesta.
Kim Seungmin berjalan dengan air mata yang tiada berhentinya, dia takut, dia cemas, ketika pikirannya melayang terlalu jauh. Bagaimana jika dia berbohong, bagaimana jika dia tak kembali, bagaimana jika dia tak nyata lagi untuk disentuh, bagaimana jika Hyunjin memang tak akan kembali lagi kepadanya? bagaimana dan terus bagaimana.
Seungmin benci pikirannya.
Jalannya tak lagi tentu arah, kemanapun orang melangkah ia mengikutinya sampai seberapa jauhpun ia tak lagi tau dimana, yang dia tau sekarang dia berada di daerah ramai penduduk tepat di pusat pertokoan. Ramai orang berlalu lalang, ada yang singgah untuk berbelanja ataupun sekedar duduk minum kopi.
Sejujurnya perutnya pun sudah merengek minta dikasihani, namun Seungmin terlalu takut untuk singgah. Ketika pikirannya mengatakan dia akan ketahuan jika berhenti sebentar saja. Tetapi seberapa keraspun ia memaksa, Seungmin kalah juga dengan reaksi alamiah dari tubuhnya itu. Untuk beberapa saat Seungmin menepi dan mampir ke minimarket terdekat, mengambil sebungkus roti dan sekotak susu. Untungnya saja ia masih menyimpan beberapa lembar uang dalam sakunya.
'Telah terjadi aksi pembantaian di sekitar area **** yang mengakibatkan lima orang tewas di berbagai tempat, diduga aksi ini merupakan aksi penembakan masal oleh beberapa orang, karena sebelumnya warga sekitar mendengar suara tembakan yang cukup keras berbunyi beberapa kali. Pelaku masih belum ditemukan keberadaannya, dan korban adalah laki laki yang diperkirakan berusia 25-30 tahun. Identitas korbanpun belum diketahui karena tidak ditemukannya tanda pengenal. Sampai sekarang polisi sedang berusaha mengusut kasus ini'
Seungmin terdiam membatu, matanya panas dan tubuhnya bergetar. Hatinya berteriak yakin, Hyunjin adalah salah satu pesertanya, entah itu yang menjadi pelaku ataupun yang menjadi korban. Pikirannya semakin tak menentu, tak siap menerima kenyataan jika tuhan tak mendengarkan doanya.
"kota ini semakin liar saja" ucap sang kasir.
Seungmin menatap pria berusia 40 tahunan itu dengan tatapan bingung. "Tidak perlu khawatir, kasus kriminal sudah menjadi makanan sehari hari penduduk kota ini, jadi yang harus berhati hati adalah kita sendiri." pria itu menyerahkan belanjaan Seungmin. "Jangan berjalan seorang diri saat malam, kamu tidak akan tahu kapan bahaya itu akan menghampiri." dan ia menutup ucapannya dengan senyuman.
"Terima kasih" Seungmin segera berjalan menuju kearea jendela, memilih menyantap makanannya disana dan menatap indahnya kota itu dimalam hari. Kota ini terlalu indah untuk segala cerita kriminalnya.
Satu persatu orang orang lewat dihadapannya, dan Kim Seungmin masih setia memandangi dari balik kaca minimarket, sampai ketika beberapa orang menarik perhatiannya.
Jas hitam, Kemeja putih, lengkap dengan kacamata dan sebuah masker. Hal itu menarik perhatian Seungmin kala kedua orang itu melintas dihadapannya. Segera ia menaikkan Syalnya dan memakai kacamata hitam miliknya, matanya menangkap sesuatu yang unik dari mereka, sebuah liris putih pada Jas yang mereka kenakan. Tanpa perlu berlama lama, Seungmin dapat mengenali mereka siapa.
Ya, benar mereka adalah anak anak buahnya Lee Minho.
Sangat menjadi ciri khas anggotanya Lee Minho dengan pakaian berliris putih tepat pada lengan atas seragam jas mereka. Sedikit banyaknya Seungmin pernah melihat orang orang itu bercengkrama dengan Lee Minho semasa dirinya masih menjadi tunangannya Minho, dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kim's Escape ♕ Seungjin [On Going]
Fanfiction❝𝚝𝚑𝚎 𝚎𝚜𝚌𝚊𝚙𝚎 𝚜𝚑𝚘𝚠𝚜 𝚖𝚎 𝚑𝚘𝚠 𝚌𝚛𝚞𝚎𝚕𝚝𝚢 𝚘𝚏 𝚝𝚑𝚎 𝚠𝚘𝚛𝚕𝚍❞ 김승민 ✘ 황현진 ©jeogionuna