“Kak, aku ada tugas mata kuliah English, nih,” keluh Elma saat tiba di indekos.
Ziya meneguk air mineral lalu sibuk merapikan kamar, “kalau punya tugas, ya kerjakan!” ujarnya kemudian.
Elma memandang kakaknya dengan sebal. Mengembuskan napas dengan kasar lalu membuka buku binder utuk mengerjakan tugas.
“Dasar gak peka!” keluhnya seraya melirik gadis yang lebih tua darinya itu.
Sementara gadis yang dilirik masih melanjutkan pekerjaannya. Kali ini ia menyapu kamar agar bersih dan nyaman untuk istirahat. Karena badannya sekarang sudah pegal-pegal dan membutuhkan istirahat.
“Sentence is a group of words giving a complete thought,” Elma bergumam dengan malas, “sentences adalah….”
Malas berpikir dengan tubuhnya yang lelah, akhirnya gadis tomboy itu menghempaskan tubuh di atas kasur busa. Andai dosennya tidak killer tak akan ia kerjakan tugas tersebut.
“Sentence adalah suatu kontruksi grammatical yang mengandung suatu pikiran yang utuh,” ujar Ziya setelah meletakkan sapu di balik pintu.
Jawaban itu membuat adiknya bangkit dan segera mencatat di bukunya. Dari tadi, kek. Pikirnya.
“Jangan males buka kamus, kenapa, sih?! Apalagi udah ada google translate!” protes Ziya.
“Yah… kali ini aja, Kak. Badanku lagi capek, nih!” keluh Elma.
“Ya, emang kamu doang yang capek!” timpalnya seraya melemparkan sebuah bantal kepada adiknya.
“Ah, Kakaaaaaaaak!” Elma melempar kembali bantalnya.
Dengan sigap Ziya menangkap bantal tersebut, “there are four types of sentence, tell me!” pintanya.
“Ng…. declarative, imperative, interrogative, exc… ah, entah. Aku gak tau bacanya apa,” keluh Elma.
“Exclamatory,” ujar Ziya membetulkan, “jadi, berdasarkan penggunaannya, sentence dikategorikan menjadi empat. Yaitu declarative sentence,imperative sentence, interrogative sentence, dan exclamatory sentence.” Tambahnya menjelaskan.
“Declarative itu untuk kalimat pernyataan. Imperative itu untuk memerintah, memberi petunjuk, atau meminta. Interrogative itu untuk membuat pertanyaan. Nah, kalau exclamatory itu untuk mengungkapkan perasaan yang kuat.” Jelas Ziya lagi.
“Oke, aku catat bentar.” Kata Elma seraya sibuk mencatat penjelasan dari kakaknya.
“Catat aja, ngerti engga tapi penjelasannya?”
“Ngerti, Kak.”
Saat sang adik mencatat penjelasan, smartphone Ziya berdering. Ada panggilan suara dan sebuah nama tertera di sana. Nama yang sering ia rindukan, namun, ia tak pandai mengungkapkan. Bukan tidak pandai, hanya saja ia tak tahu ending dari hubungannya akan baik atau buruk. Ia hanya takut pemuda itu bukan jodohnya, dan ia mengumbar kata rindu dan cinta untuk jodoh orang lain.
“Halo Assalamualaikum,” sapanya setelah mengangkat panggilan suara.
“Waalaikumussalam, udah sampai Depok, Zi?” tanya pemilik suara serak-serak basah di ujung telepon.
“udah, Kakak apa kabar?”
“baik, yang semangat kuliahnya, Zi.”
“Siap laksanakan!” jawabnya tegas lalu terkekeh pelan.
“Kamu cocok jadi polisi, Zi.”
“Aku belum berjodoh dengan cita-cita menjadi polisi wanita, Pak Polisi.”
“Hehehe, tak apa. Jangan bersedih. Tapi kalau jadi istri polisi bisa, kan?”
Tanpa sadar Ziya tersenyum mendengar pertanyaan polisi muda di ujung telepon, “untuk itu sepertinya aku perlu banyak pertimbangan.”
“Ya, itu urusan besar. Kamu belum ngantuk? Jangan sering begadang, Zi. Gak baik.”
“Setelah belajar aku langsung tidur, Pak.”
“Oke, semangat!”
“Siap Pak Polisi. Kamu juga semangat.”
Lalu salam mengakhiri panggilan suara malam itu. Rasanya senang, tapi juga bingung. Ia banyak memendam rindu, juga perasaan lainnya terhadap pemuda tersebut. Gadis itu juga tak berusaha menghilangkan perasaannya karena impian dan cita-cita. Ia biarkan cinta menjadi bumbu penyedap dalam kehidupannya.
Belajarnya lanjut besok, Zi. Udah larut, waktunya kamu tidur.
Sebuah pesan WhatsApp masuk darinya. Pesan tersebut ia balas dengan singkat.
“Ya, seneng banget kayaknya ditelepon, sampai lupa kalau lagi belajar sama aku,” keluhan Elma mengalihkan perhatiannya.
“Keren, ya, padahal sibuk banget tapi masih selalu sempatkan telepon Kakak,” tambah Elma.
Ziya hanya menjawab dengan senyuman, “ayo lanjut, tadi sampai mana?” tanyanya.
“Kak, terima dong cinta Kak ..."
“Aish! Ayo lanjut belajar, tadi sampai mana?”
“Nanti diambil cewe lain nyesel, loh, rasanya tuh, sakit, Kak. Sakitnya, tuh, di sini,” goda Elma dengan ekspresi sangat serius seraya meletakkan telapak tangan di dada dengan raut wajah seperti kesakitan.
“Elma, ayo lanjut belajar. Biar cepet selesai, kakak udah ngantuk, nih,” keluh Ziya. Ia merasa tidak sanggup jika sudah menghadapi godaan adiknya.
Elma malah menutup bukunya lalu meletakannya di atas meja kecil yang terletak di samping kasur mereka. Ia mengambil selimut dan kembali berbaring di samping kakaknya.
“Tugasku udah beres, Kak,” Ujarnya kemudian, “Kak, ayo dong terima Kak Dhery.”
Ziya bangkit dari atas kasur lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya sebelum tidur.
“Kakaaaaaaak!!!” Seru Elma kesal karena tidak dihiraukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Script Sweet (on going 👑)
Teen FictionBagaimana pun... Apa pun... Perih... Sedih... Luka... Semuanya adalah naskah skenario yang akan berujung manis, jika dijalani dengan sabar.