Benar atau Salah? Entah, Tapi Sangat Mengganggu
Pemikiran dewasa itu saat mampu membedakan mana prioritas dan mana yang bukan. Mana yang penting, atau mana yang hanya penghias. Namun, untuk memperjuangkan suatu cita yang menjadi prioritas, banyak sekali batu tajam yang menghadang.
-FPujii-
----(0)----
“Elmaaaaaa … Bisa cepet gak mandinya? Kakak ada kuis pagi ini!” tanya Ziya sedikit berteriak.
Keadaan seperti ini membuatnya sedikit cemas. Indekosnya tidak begitu dekat dengan kampus, harus berjalan kaki selama sepuluh menit kurang lebih. Hal tersebut membuatnya harus berangkat lebih awal dari jam yang telah dijadwalkan. Belum lagi jika dosennya killer, tamatlah riwayat gadis itu.
“Elma….”
“Sabar, Kak. Aku sakit perut, nih,” keluh si adik dari dalam kamar mandi.
Ziya menghela napas sebentar lalu ia memutuskan untuk merapikan buku-buku agar tidak repot ketika berangkat nanti. Ia membaca ulang catatan materi yang akan diujikan seraya memahami materi tersebut. Karena gadis itu mungkin tidak akan memiliki waktu untuk belajar sebelum jam ujian dimulai.
Sejak semester satu, Ziya merasa begitu kesulitan. Bukan karena mata kuliah dan tugas yang bejibun. Tapi bertahan hidup di kota petir itu yang sulit. Butuh biaya hidup yang tidak sedikit, sedangkan gadis itu harus benar-benar irit. Karena ia hidup di Depok tidak sendiri melainkan dengan Elma. .
Ada rasa lega ketika Elma menyusulnya kuliah di daerah Depok. Perjuangan yang besar terasa semakin berat kala ia hidup sendiri di kota itu. Saat berdua dengan adiknya, setidaknya ia punya teman berbagi. Walau hanya untuk mengeluh ‘aduh tugas bejibun bikin capek dan pusing’
Sebenarnya lulus dari pondok itu rasanya bagai burung yang terlepas dari sangkar. Bebas memang, tapi di situlah perjuangan hidup yang sebenarnya dimulai. Saat burung berada di sangkar, makan dan minum tinggal dilahap. Burung tersebut hanya berjuang menahan diri bahwa ruang geraknya terbatas. Lalu, ketika dibebaskan dari sangkar ruang geraknya tidak terbatas. Namun, saat itu pula perjuangan untuk bertahan hidup benar-benar di mulai.
Jika saat di sangkar makanan dan minuman sudah tersaji, beda halnya dengan di luar sangkar. Makan dan minum sehari-hari harus dicari sendiri. Ditambah harus bersaing dengan burung-burung yang lain.
“Mandi, Kak. Katanya ujian pagi.”
Suara Elma mengalihkan lamunan Ziya. Ia segera memasukkan buku-buku tersebut ke dalam tas lalu bergegas mandi karena tidak ingin jatah mengisi soalnya berkurang karena terlambat. Atau bisa saja ia tidak boleh mengikuti ujian karena terlambat.
“Kak, mau berangkat bareng gak?” tanya Elma, kali ini ia yang sedikit berteriak.
“Kamu dikejar jadwal gak?” Ziya kembali bertanya.
“Engga, Kak. Aku masuk sekitar satu jam lagi.”
“Ya udah, kamu siap-siap aja dulu. Abis mandi langsung berangkat.”“Oke.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Script Sweet (on going 👑)
Teen FictionBagaimana pun... Apa pun... Perih... Sedih... Luka... Semuanya adalah naskah skenario yang akan berujung manis, jika dijalani dengan sabar.