7

34 3 0
                                    

Bukan Akhir, Ini Awal

Biarkan, setiap orang dengan argumennya. Biar mereka menganggap remeh dan hina. Hingga waktu yang akan membungkam dan melenyapkannya.”

-FPUJII-

----(0)----

“Kak…” Seorang gadis berwajah bulat menyentuh pundak kakaknya.

“Iya,” Ziya menyahut sambil menoleh.

“Udah siap belum? Aku mandi dulu, ya.” Pintanya lagi dengan wajah penuh keringat karena baru selesai jogging.

Ziya hanya menjawab dengan anggukan, ia selalu kesal bila mengingat masa lalu itu. Memang hanya masa lalu, dan dirinya tidak hidup untuk masa lalu. Namun, tetap saja terasa menusuk sekali dalam hati.

Rasanya senang mengingat ia telah lulus dari tempat mengerikan itu, lulus dengan hasil yang sempurna walau banyak ucapan menyakitkan terdegar. Ziya tidak mengharapkan ucapan selamat, tapi bila sederet kalimat menusuk yang ia dapat, rasanya itu terlalu kejam. Meskipun memang kehidupannya sudah kejam di sana.

Lulus dari tempat tersebut rasanya bagai semua beban lepas seluruhnya. Tidak pernah ada yang menyelesaikan kasus tersebut. Entah siapa yang memulai fitnah kejam tersebut selama enam tahun ia tidak pernah mengetahuinya. Selama itu pula ia hidup dengan cap ‘maling’.

Setelah sumpah dari seorang guru terhadapnya, keadaan membaik. Namun, ia cukup peka untuk mengetahui bisikan-bisikan tentang dirinya.

“Bapaknya, ‘kan, temen Kyai, ya, gak akan dikeluarin, lah!”

Itu salah satunya. Ayah memang kawan Kyai, tapi ia cukup yakin bahwa alasan tidak dikeluarkan adalah karena tidak ada bukti yang kuat. Setidaknya tidak ada yang berani mem-bully karena sejak malam sumpah itu dirinya cukup ganas untuk melawan. Tekanan yang membuatnya begitu. Jika diam membuatnya ditindas, menangis lemah pun ia semakin ditindas, maka ia memilih untuk menghantamya.

Sedihnya adalah, dirinya terus menerus hidup dengan cap yang tidak semestinya  ia dapatkan. Waktu membawanya berlalu tanpa mengungkapkan pelaku sebenarnya. Siapa pun dia, yang mencuri dan yang memulai fitnah, Ziya  cukup meyakini bahwa  Allah tidak buta. Akan ada balasan atas setiap perbuatan, baik atau buruk, walau  hanya setitik debu.

“Kak Zi!!! Jangan ngelamun terus, nanti kita sampai Depok kemaleman.” Gerutu Elma yang baru selesai mandi.

“Kamu cepet siap-siap, kakak udah siap, tinggal berangkat tau,” balas Ziya seraya bangkit untuk mengenakan kerudungnya. 

Hidupnya berubah, memang. Kini ia terlepas dari label yang tidak seharusnya ia dapatkan. Itu berat, dan sudah terlepas sejak lulus. Lega? Tentu tidak. Ia menyadari bahwa itu bukan akhir, tapi itu adalah awal.

Awal perjuangan membuktikan bahwa label itu memang tidak pantas bagi dirinya. Dan satu-satunya cara adalah mematahkan sumpah sang guru bahwa ia tidak akan sukses. Jangankan untuk sukses, untuk kuliah saja tidak bisa.

Satu sumpah telah patah. Ia telah berstatus sebagai mahasiswi jurusan sastra Inggris di Universitas Indonesia. Dan Ziya bersumpah bahwa ia tidak akan menginjakkan kaki di pondok sebelum sukses.

“Kak, ayo berangkat,” ajak Elma kemudian.

Script Sweet (on going 👑) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang