Seperti pagi-pagi sebelumnya, Naruto sedang membantu anaknya untuk memakai seragam sekolah. Mata birunya menyaksikan Sasuke yang sibuk push up, katanya mengisi waktu luang, Naruto tidak paham apa maksud Sasuke. Yang ia mengerti, Sasuke akan berangkat ke kantor pukul sepuluh pagi nanti, maka dari itu suaminya membuang-buang waktu dengan push up.
Sembari memakaikan seragam sekolah Menma, ia menatap tubuh setengah telanjang Sasuke yang berkeringat. Ia menaikkan alis, sudah hitungan ke berapa Sasuke push up. Suara bel rumah membuat Naruto mendengus, ia masih sibuk dengan Menma, "Sasuke, bukakan! kalau itu Sai, suruh masukkan bekal ke tas Menma."
Hitungan detik, Sasuke menghentikan aktivitas paginya, kemudian mengangguk kepada Naruto. "Pakai bajumu!" ia mengangguk lagi, ia tarik baju longgar di sofa, ia pakai dengan cepat, dan pergi menuju pintu utama. Langkah kaki Sasuke begitu malas, ia tidak memiliki niat untuk melakukan apa-apa, ia push up itu hanya untuk memamerkan tubuh seksinya ke Naruto.
Eh, istrinya dengan tidak peka, mengabaikan tubuh yang ia latih di gym bersama Shisui kemarin. Ia kira pagi-pagi akan mendapat pujian, tetapi istrinya tidak mengatakan apapun selain menyuruhnya untuk membukakan pintu. Gagal rencana pamer. Sialan. Apa yang dipikirkan Naruto itu? sampai tidak mengindahkan godaan iman pagi hari. Tubuhnya.
Mungkin kalau uke atau cewek lain bakal tergoda dengannya, tetapi Naruto itu memiliki jiwa setengah-setengah, terkadang tergoda terkadang tidak. Sasuke jarang bisa memahami Naruto itu sosok seperti apa.
Seperti yang diduga Naruto, kalau yang datang adalah Sai, ia persilakan masuk, "Masukkan bekal ke tas Menma." Katanya dingin, ia langsung ngancir pergi kembali menuju kamar, mengabaikan Sai yang sudah masuk semakin dalam ke dapur.
Sai sendiri tidak terlalu memedulikan sifat tuannya, karena memang sejak awal begitu, mau dirubah seperti apapun, hasil dari semuanya tidak akan jauh berbeda dengan batu. Saat Sai baru sampai ke dapur, suara Menma memanggil namanya menggelegar.
Menma datang dengan menggandeng tangan Naruto, di belakangnya ada Sasuke dengan wajah datar dan aura mencekam. Sai memberi hormat kepada tuannya, "Selamat pagi juga jagoan." Sai tersenyum lebar sambil menepuk puncak kepala Menma, dibalas dengan pelukan erat di kaki oleh Menma. Sai menyayangi anak Naruto seperti seorang ibu.
Naruto mengambil duduk, "Sarapan lah di sini." Perintahnya yang diangguki Sai. Ia menyiapkan lauk pauk suami, anak, Sai, dan dirinya. Begitu serius raut wajahnya sampai tidak menyadari sang suami tengah melakukan aksi ngambek pada dirinya.
Naruto tidak tahu kalau Sasuke sedang ngambek, karena wajah Sasuke memang datar seperti biasa, walau Naruto sudah sering bisa membaca mimik wajah Sasuke, tapi kalau wajahnya seperti sekarang? Naruto tidak bisa merasakan apapun.
"Kamu tidak ada jadwal, Naruto?" tanya Sai sambil memangku Menma dalam duduknya. Bukan ia tidak sopan, tetapi memang Naruto menyuruh ia untuk memanggil nama daripada Tuan atau sejenisnya.
Naruto mengambilkan kopi untuk Sasuke, ia taruh di depan Sasuke, "Ada, kok, jam delapan nanti. Masih satu jam kurang lagi." Jawab Naruto. Mata birunya menatap Menma yang rakus dalam memakan sarapannya, seolah tidak ada hari esok untuk makan.
Sai mengangguk. "Apa Sasuke libur?"
Mata gelap Sasuke menatap Sai datar, "Jam sepuluh." Jawabnya singkat. Ia yakin kalau Sai paham maksud kata jam sepuluh yang ia katakan, kalau sampai tidak, ia harus memecatnya.
"Mama, papa, besok hari Jum'at, kan, libur. Teman-teman Menma melakukan kunjungan ke rumah nenek mereka, semua liburan, apakah kita juga akan liburan?"
Naruto berhenti mengunyah makanan. Dua hari lagi ia masih ada jadwal syuting, tetapi melihat binar mata Menma, tidak mungkin ia menolak. Sudah banyak waktu liburan mereka akhiri dengan kata tidak, mungkin Menma akan sedih jika terus menerus mendapat harapan palsu.
Ia menoleh kepada sang suami. Bagai batu, Sasuke tidak mengindahkan kode aura Naruto, dia tetap makan dengan tenang, seolah tidak ada badai yang mengelilinginya. Naruto sebal, ia injak kaki Sasuke di bawah meja, mata birunya melotot tajam pada sang suami yang menatapnya sinis, "Jum'at kau harus libur!" hanya bibir Naruto yang bergerak, tidak ada satupun kalimat yang dapat didengar.
Sasuke mengangguk keras. Ia banting sendok dengan kekuatan sedikit banyak, kemudian ia mengakhiri sarapan dengan pergi dari sana, ia menuju kamar.
"Papa kenapa? tidak bisa liburan, ya?" tanya sedih Menma. Mata biru Menma dapat dibaca rasa kesedihan mendalam.
Naruto menatap dengan jengah kepergian Sasuke. Suaminya itu sudah gila atau apa, bertindak demikian tanpa melihat ada Menma dan Sai di sekitarnya. Ia menghela napas, ia menatap hangat putranya, "Papa bisa, Jum'at kita main ke rumah nenek, ya? Papamu sedang capek, Menma." Ia usap lembut puncak kepala Menma.
Hal yang ia harapkan terjadi. Binar mata Menma kembali, wajah gembulnya terlihat bahagia, dan senyumannya semakin meninggi. Menma dalam situasi baik. Naruto ikut tersenyum lebar sampai matanya menyipit.
Sampai Menma berangkat sekolah dengan diantar Sai, Naruto masih menunjukkan senyum. Setelah usai dengan urusan dapur, Naruto pergi ke dalam kamar, mendapati Sasuke yang melanjutkan push up dengan melepas pakaian atasnya. Naruto menutup pintu, kemudian melakukan push up di samping Sasuke, "Mari balapan." Naruto menunjukkan senyum lebar ke Sasuke saat ia ditatap suaminya.
Naruto melakukan gerakan naik turun dengan cepat, tetapi Sasuke lebih cepat dari dugaan. Membuat Naruto ngos-ngosan, mengimbangi kecepatan Sasuke bukanlah ide bagus. Kesal karena merasa akan kalah, ia tendang pinggul Sasuke sampai suaminya jatuh ke atas lantai, ia pun ikut berbaring.
Naruto ngos-ngosan, ia berbaring di lantai dengan mata menatap langit kamar dengan lelah. Sampai pandangannya terhalang dengan wajah tampan Sasuke, ia mendelik sebal saat Sasuke berada di atasnya, apalagi melakukan push up di atasnya. Pipi Naruto memerah, matanya menutup, bagian bawahnya bertubrukan dengan bagian bawah Sasuke saat pinggul Sasuke turun.
Demi Tuhan, Naruto merasa ini siksaan batin yang luar biasa. Ia tidak mau melakukan apapun di saat sebentar lagi ia harus syuting. Ia merasakan bibirnya dilumat oleh Sasuke, "Apa yang kau lakukan!" jerit Naruto saat tangan Sasuke menarik turun celana pendeknya. Ia takut. Ada bahaya mendekat.
"Minta maaflah dengan ini, Naruto!" geram Sasuke di dekat telinga Naruto, berbicara sensual membuat napsu Naruto meninggi. Sasuke tahu kelemahan Naruto seratus persen, ia menyeringai setan.
Mata Naruto memejam saat telapak tangan Sasuke melingkupi kelaminnya, ia siap akan datang terlambat dan mendapat ocehan Shikamaru atau juga Kiba, "Ahhh! Sasukehh....".
TBC.
🤭🤭🤭🤭🤭
Sebentar, sebenarnya part 5 dari Mine sudah aku publish belum sih? mengapa di wp-ku masih di draft? 😒 perasaan kemarin aku publish deh, kalau nggak salah ingat🤣

KAMU SEDANG MEMBACA
MINE || SASUNARU
Fanfictie// SasuNaru // ShisuiIta Tanggal mulai: 30 Agustus 2020 Kisah kehidupan rumah tangga Sasuke dan Naruto, yang memiliki anak Menma. Tentang romantis, ramai, dan konyolnya pasangan artis dan C.E.O perusahaan. Terkadang mereka harus masuk ke hubungan k...