15 (The End)

14.3K 771 126
                                        

Pada dasarnya hati yang sakit perlu obat untuk meredamnya. Namun bagaimana cara melakukannya ketika ia sendiri tidak siap menjamah obat. Obat sakit hatinya adalah penjelasan dari suaminya, tetapi ia masih terlampau sakit untuk bersitatap dengannya.

Jujur di dalam hati ia meratap sedih ketika melihat suaminya setelah pulang kerja selalu berdiri di depan gerbang rumah Shisui, menatap jendela kamarnya dengan sendu, dia akan pulang saat mendekati jam enam pagi. Tentu ia khawatir dengan kesehatan Sasuke, tetapi lagi-lagi ia berpikir, apakah saat itu Sasuke khawatir dengannya sebelum melakukan tindakan menyakitkan itu?

Sudah hampir dua minggu Sasuke terus melakukan hal yang sama, Menma ditahan Shisui untuk tidak menemui Sasuke, sedangkan dirinya menahan diri untuk tidak menyapa. Kendati demikian, ia menyuruh Itachi untuk memberi jaket atau makanan ke Sasuke sebagai teman begadang di luar sana.

"Mau sampai kapan kau menghukumnya seperti itu? aku dengar dari Kabuto, kondisi Sasuke sedikit menurun saat ini."

Mengerjapkan mata pelan. Mau sampai kapan ia membiarkan suaminya berdiri di sana mencoba memberinya penjelasan? jari-jari rampingnya menyentuh kaca, matanya menatap sendu sang suami yang berdiri tegap di luar gerbang. Mau sampai kapan?

Mendengar kondisi Sasuke yang menurun juga membuat ia sedikit teriris, tetapi apa yang harus ia lakukan? ia hanya ingin hatinya pulih sebelum menghakimi Sasuke. Bayangan akan kejadian waktu lalu begitu mengerikan sebagai gertakan akan rasa putus asanya.

Sejak saat itu, ia menon-aktifkan handphone, terang-terangan mengajukan pengunduran diri dari dunia artis, kemudian mengurung diri di kamar yang sudah di sediakan Itachi untuknya. Ia tidak tahu apakah Sasuke dan Sai menghubunginya atau tidak, jika menghubunginya sebanyak apa jumlah panggilan dan pesannya?

Berita mengenai ia yang keluar dari agensi juga sudah membabi buta memblokade fitur-fitur internet. Itachi dan Shisui selalu menghalangi para manusia yang haus berita untuk tidak datang menemuinya. Ia harus berterimakasih kepada dua pasangan itu. Untung saja kabar mengenai hubungan rumah tangganya dengan Sasuke belum terendus ranah media sosial.

"Katakan padanya untuk datang bersama Sai, dan sudah mengembalikan kesehatan tubuhnya." Bisiknya sambil menutup gorden, memaksa Sasuke untuk tidak memerhatikan kamarnya lagi, walau itu sama sekali tidak berguna karena Sasuke tetap berdiri di luar sana dengan tatapan masih setia menatap jendela kamarnya.

Seiring ia berjalan menuju tempat tidur, keberadaan Itachi juga mulai terkupas, ia yakin kalau kakak iparnya itu akan keluar ke rumah untuk memberitahu Sasuke megenai apa yang ia perintahkan tadi. Lagi pula itu untuk kebaikan Sasuke, ini sudah malam, tidak baik berdiri di luar tanpa penghangat tubuh.

Menyelimuti diri dengan selimut tebal berwarna oren, ia menyembunyikan diri di bawah selimut, pada saat ia menutup mata di situlah air matanya ikut menetes. Berjalannya waktu ia mulai terbawa arus mimpi, sebelum ia jatuh tertidur, ia menyebut nama suaminya dengan lembut. Dari bisik suaranya terdengar halus, ada filter rindu yang mengudara, akan tetapi bisakah rindunya tersampaikan?

Di dalam hatinya sangat besar rasa rindu yang menyerang, karena keadaan yang buruk seperti ini, ia mati-matian menyembunyikan perasaan rindunya. Ia tidak boleh lemah. Dahulu ia sering bergelendot di tangan Sasuke, bermanja manis dalam dekapan suami, sekarang ia hanya gumpalan manusia hamil yang tidak mengerti bagaimana cara untuk memuaskan rindunya.

Sampai pagi hari tiba, tidurnya sama sekali tidak nyaman, mimpinya selalu terhubung dengan sang suami, ia berilusi kalau Sasuke ada di atas kasur yang sama dengannya. Dengan mata yang masih berat, ia menatap langit-langit kamar bersamaan dengan pintu kamar yang terketuk dari luar. Samar-samar ia mendengar percakapan, entah apa yang sedang dibincangkan di luar, itu sedikit mengganggu pagi harinya yang tidak memuaskan ini.

MINE || SASUNARU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang