11

6.9K 647 28
                                    

Sejak bangun tidur ia sudah merasakan tubuh lemas dan keinginan untuk muntah. Mengingat kemarin saat ia mengambil libur, banyak hal yang ia kerjakan sampai semua terasa melelahkan, mungkin efek dari kelelahan ia menjadi seperti ini.

Saking tidak bergunanya ia, mandipun Sasuke yang membantunya. Untung punya suami siap siaga seperti dia, kalau tidak, pasti ia sudah terjungkal di bak mandi kemudian meninggal dunia. Sadis sekali.

Dalam keadaan setengah limbung, ia melangkah menuju tangga, akan tetapi saat ia melihat pintu di sisi lain yang sedikit terbuka, membuat ia mengarahkan jalannya ke sana. Itachi sudah bangun atau belum?

Membuka pintu perlahan, ia menyembulkan kepala ke sela-sela pintu, matanya langsung lurus ke kasur. Yang ia lihat adalah Itachi tengah bergumul dengan Shisui, sejak kapan pria itu pulang? dengan wajah memerah, Naruto menutup pintu kamar Itachi dan kemudian kabur dengan langkah ribut menuruni tangga sampai membuat Sasuke yang berada di dapur berlarian menuju dirinya karena khawatir.

"Kenapa turun begitu? kalau jatuh bagaimana, huh!" mata hitam Sasuke menusuk dalam mata biru Naruto, suaranya dingin dan begitu kejam, tetapi Naruto paham kalau suaminya sedang menahan rasa khawatir yang begitu besar kepadanya.

Tidak mau mengatakan apa yang ia lihat barusan, ia lebih memilih menggamit lengan Sasuke, kemudian memeluk erat tangan kokoh itu sambil menyembunyikan wajah ke ceruk leher Sasuke. Ia berjalan bersama Sasuke menuju dapur, di sana sudah ada Menma yang duduk manis dengan memotong bawang merah dan bawang putih.

"Kau akan memasak, Sasuke?" tanyanya pelan. Ia mendudukkan diri ke kursi berhadapan dengan Menma. Setelah mendapat ciuman di bibir dari Sasuke, baru ia mendapat jawaban melalui anggukan Sasuke. Siapa lagi yang akan masak untuk sarapan selain Sasuke?

Ia sedang sakit, berdiri saja rasanya seakan-akan melayang terjun bebas. Itachi? dia sedang menikmati waktu bebasnya bersama dengan suami tampannya itu. Shisui? ia tidak yakin pria itu bisa memasak, yang ia tahu pria itu sering memarahi Itachi.

Mata cerahnya menatap punggung Sasuke yang sedang berdiri di hadapan kompor. Merasa lega ketika hidupnya dipenuhi dengan orang-orang yang begitu ia sayangi. Menma, anak pertamanya begitu rajin dan penuh cinta, membuat ia terkadang gemas sendiri dengannya.

"Naru, apa aku mengambil libur saja? kau sakit." Sasuke membawa bawang merah dan putih yang sudah dipotong kecil-kecil oleh anaknya. Memberi hadiah dengan menepuk puncak kepala dan mencium pipi gembul Menma, berhasil membuat anaknya tersenyum lima jari kepadanya.

Sasuke menatap Naruto sekilas sebelum sibuk menumis bumbu. Ia kawatir dengan keadaan Naruto.

Berkedip berkali-kali sambil menggosok telinga. Sasuke memanggil 'Naru' yang mengingatkannya saat-saat berpacaran. Sudah lama nama itu tidak diudarakan, saat hari ini Sasuke memanggilnya dengan nama itu, membuat seluruh pembuluh darahnya mendidih sampai pipinya memerah. "Tidak perlu Sasu, pekerjaanmu akan menumpuk, lagi pula ada Itachi dan Kak Shisui yang bisa merawatku."

Naruto tidak yakin dengan Shisui merawatnya. Ia selalu menghindari Shisui karena takut, mana bisa ia dirawat manusia setengah hantu itu.

Punggung Sasuke menegak. Panggilan Naruto barusan membuat ia menunjukkan senyum lebar tetapi tidak ada yang bisa melihatnya. Ingatan masa muda mereka merasuki relung batin, membuat Sasuke merasa dipeluk erat oleh Naruto. "Aku akan mengambil kerja setengah hari. Menma, hari ini kamu libur dulu, ya? besok saja sekolahnya. Aku sudah menghubungi Shikamaru kalau kau sakit, Naru."

Mau bagaimana lagi kalau Sasuke sudah berbicara panjang seperti itu. Ia hanya mengangguk memberikan persetujuan atas pernyataan Sasuke, walau suaminya tidak melihat anggukannya, setidaknya Sasuke memiliki perasaan kuat untuk menebak isi hatinya.

MINE || SASUNARU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang