8. H2

6.9K 649 33
                                    

Setelah sarapan, Naruto membantu ibu mertuanya untuk menjemur pakaian, begitu juga Itachi yang sedang hamil muda. Si kecil Menma sedang bersama Sai, sepertinya sedang bermain dengan Fugaku. Kalau Sasuke dia bersama Obito, melakukan lari pagi entah melalui jalur mana.

Dengan telaten Naruto memeras pakaian basah dibantu Itachi. Sejujurnya ia setengah sensi karena Itachi selalu memgintili dirinya, bahkan tadi pagi makan saja sepiring dengannya. Jangan sampai anak Itachi nanti seperti dirinya, dikira hasil buah perselingkuhan nanti.

"Aku bisa memerasnya sendiri, anak gagak. Kau bantu Ibu sana!" ia tunjuk Mikoto yang tak jauh darinya, sedang menjemur pakaiannya sendiri. Ia mengusir Itachi dengan lembut, berusaha untuk tidak memastikan lawan bicaranya patah hati dengan ucapannya.

Naruto itu kuat, tidak sedang hamil, ia bisa melaksanakan segala pekerjaannya sendiri, kecuali disuruh mendekati Fugaku atau Shisui. Naruto sudah kabur duluan jika disuruh melakukannya. Ya, walau dua orang itu baik, tetapi wajah menyeramkan juga reflek mereka, selalu seperti orang jahat.

Mata bulat Itachi berkedip-kedip menatap Naruto, bibirnya mengerucut, biasanya Naruto selalu menerima dirinya dalam kondisi apapun. Keduanya selalu lengket, tetapi mengapa hari ini ia merasa Naruto risih dengannya? apa ada yang salah darinya.

"Gyaaa! jangan menatapku seperti itu!" Naruto tanpa sopan santun memasukkan kepala Itachi ke dalam daster basah milik Mikoto, ia tepuki kepala Itachi agar kakak dari suaminya sadar. Wajah ikut seperti yang itu biasanya digunakan untuk merayu, dan Naruto sedang tidak ingin dirayu siapapun.

Anak gagak yang sedang kesusahan melepas kepala dari dalam daster terus berteriak mengata-ngatai Naruto dengan sebutan rubah, sedangkan si rubah tetap kekeuh untuk mengurung Itachi berada di dalam daster. Mikoto yang melihat dua uke itu sedang bermain bajunya, tidak bisa untuk tidak tersenyum, dengan senang hati ia merekam tingkah konyol mereka berdua.

Entah mengapa ia merasa di umur mereka yang dewasa seperti ini malah terlihat seperti anak kecil, dirinya menjadi merasa sedang mengasuh dua anak kecil yang tingkahnya sama-sama unik. Tak disangka permainan mereka berhenti, diganti Itachi yang sedang menerima telepon, dan Naruto yang mencuri dengar. Mikoto melanjutkan pekerjaannya.

Telepon dari Shisui membuat hati Itachi terbakar, ia begitu merindukan suaminya sebab sejak keberangkatannya ia tak mendapat kabar sama sekali. Hanya Sasuke yang terus memerintahnya ini-itu yang katanya dari Shisui. "Halo?"

Wajah Naruto mengembang, ada senyum menggoda saat Itachi menatapnya, ternyata Naruto sedang usil untuk membuat Itachi malu semalu-malunya. Ia mendekatkan diri ke Itachi, mencoba mendengarkan apa yang akan dibicarakan.

"Itachi."

Naruto hampir terjungkal saat suara Shisui begitu besar, ternyata Itachi meload speaker panggilan. Dasar anak gagak kurang ajar, untung ia tidak masuk ke dalam bak berisi pakaian basah itu. "Anak gagak!" desis Naruto tidak terima.

"Ada apa Shisui? bagaimana kabarmu?"

Percakapan terus berlanjut, Naruto bosan. Shisui tidak ada manis-manisnya, berbicara dengan Itachi seolah berbicara dengan rekan bisnis. Bahkan ia sedikit jengkel saat Shisui mengatakan Itachi tidak perlu melakukan jalan-jalan dengannya! hey, apa salahnya di sini? main bawa-bawa namanya seenaknya. Membawa namanya itu berarti membayar pajak dua kali lipat dari biaya pajak rumahmu.

"Jaga dirimu baik-baik, aku tidak bisa kehilangan kalian berdua, anakku dan istriku. I love you."

"Love you too."

Mata biru Naruto melebar, tubuhnya ambruk menimpa bak. Ucapan Shisui barusan lebih mengejutkan daripada loud speaker dari Itachi. Ia bahkan sampai membobol bak berisi baju basah. Ucapan Shisui tadi begitu lembut, benar-benar tidak ada yang mengerikan, seperti sosok suami idaman.  Pipi Naruto memerah, apa seluruh Uchiha begitu, tampak mengerikan dengan orang lain, tetapi saat bersama pujaan hatinya dia bersifat lembut. Ia langsung berpikir ke arah Sasuke, kemudian pipinya semakin memerah.

MINE || SASUNARU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang