14

6.4K 525 18
                                    

Malam harinya sebelum tidur, Naruto hanya bisa mengamati pergerakan sang suami yang sedang mempersiapkan untuk pekerjaan besok, sedangkan di sisi tubuhnya ada Menma yang sedang terbaring lemah dengan kompresan di kening.

Sejak tadi ia jarang bicara, mungkin Sasuke tidak menyadarinya. Sesungguhnya ia ingin bertanya apa hubungan Sasuke dengan Sai, tetapi itu sedikit tidak masuk akal tanpa bukti yang kuat. Tidak ingin mengajak suami ribut tanpa bukti, ia terus menahan gejolak memaki Sasuke.

"Kau sejak tadi tumben sekali tidak mengoceh?"

Terkejut karena Sasuke menyadari perubahannya, ia pikir Sasuke tidak memikirkan dirinya yang cuek bebek ini. Ia menatap Sasuke yang tengah menutup laptop, membuka baju diganti dengan pakaian tidur, kemudian berjalan mendekatinya. Ia menghela napas, "Lagi ngidam." Katanya dengan seenak jidat, terserah kalau Sasuke merasa dirinya ngidam aneh, ngidam tidak ingin berbicara dengan suami sendiri.

Kasur bergoyang pelan saat Sasuke mengambil posisi berbaring di kasur. Suami dari Naruto memeluk Menma, memasukkan wajahnya ke ceruk leher sang anak, dan mencium pelan pipi tembam Menma sambil berbisik kalau Menma sembuh dengan cepat mereka akan liburan lagi.

Menma tidak merespon, tentu saja karena dia sedang tidur pulas efek pengaruh obat. Naruto merasa ini waktunya berbicara basa-basi, tetapi melihat mata Sasuke yang tertutup, membuat ia ragu untuk berbicara. Padahal biasanya ia selalu tidak berpikir panjang untuk mengajak suaminya berbicara panjang lebar, tetapi situasinya saat ini berbeda, jelas juga jika perasaannya berbeda.

"Daripada mengawasiku, katakan apa maumu, jangan ragu." Sejak tadi ia sudah menyadari kalau Naruto mengawasinya, perasaannya mengatakan ada hal penting yang akan disampaikan lelaki pirang itu.

Sasuke membuka mata, menatap Naruto tepat di retina birunya, ia terkekeh saat mendapati sang istri terkejut. Ia tepuk puncak kepala istrinya kemudian ia mendudukkan diri. Ia sudah siap mendengar keluh kesah Naruto, mungkin mengenai jadwal yang terlalu pendek, atau mengenai Shikamaru dan Kiba yang tidak bisa diajak kompromi.

Bibir merah Naruto mengerucut kemudian kembali menipis, "Sasu selingkuh dari Naru?" pandangan sendu Naruto mengarah pada Sasuke, detik berikutnya tubuh ramping Naruto jatuh ke atas kasur, Sasuke langsung memeluk erat tubuhnya sampai ia tidak bisa bergerak.

Tidak sampai di sana, Sasuke mencium bibirnya kalem seperti biasa, kemudian mengusap puncak kepalanya dengan penuh cinta. Ia yakin Sasuke tidak berubah, tetapi mengapa ia merasa curiga kalau Sasuke sedang merencanakan sesuatu?

Menyembunyikan wajah ke dada Menma, ia membalas pelukan Sasuke. Tak kuasa menahan pemikiran yang amburadul, ia menutup mata sekuat tenaga karena merasa terganggu dengan dunianya sendiri. Tanpa sadar kalau Sasuke memeluknya lebih erat seperti tidak ingin kehilangan.

"Percayalah padaku." Begitu kata terakhir yang Naruto dengar dari mulut Sasuke sebelum ia jatuh tertidur.

Esoknya, saat pagi, Naruto menyerahkan Menma ke Sai, di saat itu juga ia memandang lamat-lamat pelayannya. Pemuda ini juga tidak berubah, tidak grogi saat berhadapan dengannya, membuat ia merasa ini semua bukan kesalahan Sai maupun Sasuke.

Meninggalkan rumah, ia harus melakukan jadwal pagi. Itachi sudah ia suruh datang ke rumahnya saat ia sudah pulang dari syuting, tentu ia tidak ingin kehamilan pertama Itachi disibukkan dengan mengikutinya ke mana saja, sebab ia ini bukan induk ayam orang itu.

Di tempat syuting juga ia tidak terlalu bersemangat seperti biasa, beberapa pertanyaan ia jawab singkat, membuat beberapa kru yang mengenalnya cukup dekat merasa aneh dengan perubahannya. Kiba dan Shikamaru sering menanyakan kondisi Naruto, mungkin saja perubahan sifatnya dikarenakan kondisi kesehatan yang memburuk.

MINE || SASUNARU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang