10. H4

7.3K 623 28
                                    

Keluar dari dalam mobil sambil menggendong sang putra yang satu-satunya memiliki watak campuran dari ayah dan ibunya. Di samping kanannya ada sang suami yang berdiri tegap menjulang di sisinya. Sebagai seorang istri, ia sangat bahagia dikelilingi oleh orang-orang yang ia cintai. Tanpa sadar ia bersemu.

Melangkah beriringan. Sasuke berjalan seolah menjadi prajurit yang melindungi ratu di sampingnya. Menma yang ada di gendongan Naruto sedang menatap kagum apapun yang ia lihat, ini baru pertama kali baginya memasuki kantor ayahnya. Naruto sendiri menahan gerakan Menma yang berlebihan, seperti menunjuk ini-itu karena menarik perhatian.

Seperti permintaan Naruto kemarin kalau pagi ini sampai nanti sore, ia dan Menma ikut Sasuke ke kantor, juga ini hari terakhir mereka mengambil libur. Kaki keduanya melangkah menuju ruangan Sasuke, mengabaikan setiap pasang mata yang menatap mereka kagum.

Segera duduk di sofa dengan Menma yang ia pangku, Naruto menghela napas karena cukup lelah berjalan sambil menggendong. Ia terkekeh saat suaminya menerima telepon kantor untuk segera menghadiri rapat. Terkejut saat Sasuke tiba-tiba menarik dagunya, karena tahu akan berending seperti apa, ia langsung menutup mata Menma menggunakan kedua telapak tangannya.

Ia mendongak, menatap wajah tampan Sasuke, kemudian menutup mata. Membiarkan Sasuke mencium dalam mulutnya, mengabaikan tangan kekar suaminya yang bergerak seduktif di belakang punggung. Ia menahan desah ketika sentuhan tangan Sasuke mengenai titik sensitif di belakang tubuh, pun dengan ciuman yang begitu memabukkan. Dengan tangan bergetar ia memukul pelan pipi Sasuke, menyuruhnya untuk segera mengakhiri permainan sebab Menma bergerak lincah mencoba melepas penutup mata.

Sasuke berhenti memainkan Naruto. Lembut ia membersihkan sisa air liur yang mengilap di bibir sang istri. Ia cium kening Naruto sambil mencubit pipi gembulnya, "Tetap di sini." Katanya jelas, singkat, dan padat. Naruto mengangguk dengan pipi memerah.

Menma yang sekapanya sudah terlepas dari matanya segera menatap tajam ayah dan ibunya, "Apakah itu tadi permainan mendadak? permainan apa? mata Menma sakit!" protes anak kecil itu sambil mencak-mencak di atas pangkuan Naruto. Mata birunya menatap tajam Sasuke dan Naruto seolah menuntut penjelasan mengenai apa yang baru saja terjadi.

Naruto bungkam. Tidak tahu apa yang harus ia jelaskan kepada sang anak. Sedangkan Sasuke mengangkat tubuh ramping Menma ke udara, membuat anak itu melayang seperti terbang. Terkekeh saat Menma tertawa riang di udara, anaknya menikmati nuansa terbang yang manis, dengan begitu ia merasa gemas dengan anaknya ini.

"Jangan tinggi-tinggi, Sasuke, nanti dia mabuk dan muntah ke wajahmu." Peringat Naruto dengan wajah jahil yang timbul ke permukaan.

Mematuhi perintah Naruto, ia menurunkan Menma membuat anak itu berteriak protes. Teriakan Menma yang kencang dihentikan dengan penyumpalan mulutnya secara paksa oleh bibir tebal sang ayah. Sasuke kalau sedang gemas kepada Menma memang sering menyumpalkan bibir ke dalam gua kecil Menma.

Naruto tertawa terbahak-bahak melihat Menma berusaha lepas dari ciuman Sasuke, belum lagi Sasuke sedang berusaha keras untuk tetap mencium dalam-dalam bibir Menma. Wajah Naruto memerah karena terlalu banyak tertawa, "Su-sudah, perutku kejang." Pinta Naruto dengan meremat pakaiannya sendiri.

Tanpa menggunakan kata-kata, Sasuke melepas Menma, membiarkan anaknya itu kembali ke pangkuan sang ibu. Ia tidak peduli dengan mata melotot Menma yang berusaha menakut-nakuti dirinya, merespon dengan menusuk keningnya menggunakan dua jari, baru setelah itu ia pergi untuk menemui rapat.

"Papa! aku akan membakar kertas-kertas itu!" teriak Menma mengancam, tentu saja Sasuke tidak akan mendengar. Bocah berumur muda itu meloncat penuh emosi di pangkuan Naruto, berusaha keras memberontak dekapan yang menahannya untuk berlari ke meja kerja sang ayah.

MINE || SASUNARU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang