Happy Reading.
//Kalian pasti tahu bagaimana caranya menghargai usaha seseorang//"Dimana hati ini harus berlabuh? Kepada dirinya yang aku cintai, namun tidak ada kepastian. Atau kepadanya yang menungguku dibelakang, aku tidak tahu harus bagaimana. Ini lebih sulit daripada rumus matematika."
Sudah malam keempat Jisoo tinggal dirumah Seokjin yang sederhana dan entah kenapa Jisoo jadi sangat merindukan rumahnya yang bak istana terlebih lagi Jisoo juga sangat merindukan novel-novelnya.
Tapi, satu hal yang membuat Jisoo bertahan sampai detik ini adalah karena tidak mau menikah dengan pria tua bangka itu dan jujur saja Jisoo sangat betah tinggal disini, semuanya tampak damai, tenang dan suasananya sangat sejuk.
Jisoo keluar dari kamarnya ah ralat kamar Hejin, setelah mendengar ketukan pintu dan sudah dipasti itu adalah Seokjin yang baru saja pulang bekerja, oh jika tentang Hejin gadis itu tengah mandi sekarang karena gadis itu pulang dengan seragam sekolahnya yang sedikit basah karena hujan lebat mengguyur kosa Seoul sore ini.
Pintu utama terbuka, Seokjin bisa melihat Jisoo yang menyambutnya dengan senyuman, ini memang sudah biasa bahkan Seokjin merasa sudah terbiasa dengan kehadiran Jisoo dan tingkah Jisoo yang manja.
Seokjin berjalan kearah dapur membuka pintu kulkas lalu menghela nafas, setelahnya meletakkan kantong kresek putih yang Seokjin bawa. "Untung saja aku membeli makanan, jika tidak kau dan adikku pasti kelaparan."
Jisoo berjalan mendekati Seokjin lalu duduk didepan laki-laki yang tengah meneguk minuman bersoda itu. "Apakah seharusnya aku pergi saja dari sini?"
Sungguh, Jisoo merasa kehadirannya disini hanya sebagai beban saja bagi Seokjin. Setiap hari pagi sampai malam Seokjin selalu bekerja, sedangkan dirinya hanya bisa membuat dapur kesayangan Seokjin berantakan.
Entahlah ucapan gadis itu membuat Seokjin terkejut bahkan sangat terkejut, bukankah gadis itu yang ingin tinggal bersamanya? Lalu kenapa dengan tiba-tiba dia ingin pergi? Dan entah kenapa Seokjin tidak suka jika Jisoo berbicara seperti itu.
"Kenapa? Kenapa kau ingin pergi? Apa kau tidak suka tinggal disini? Apa karena disini kau tidak bisa makan enak? Tapi, bukankah kau tidak punya tempat tinggal? Disini lebih aman dibandingkan kau luntang lantung dijalanan, bagaimana jika ada pria-pria nakal yang menggodamu?"
Entahlah, Jisoo merasa sangat senang saat Seokjin mengkhawatirkannya bahkan sekarang dia tersenyum setelah mendengar semua ucapan Seokjin yang tampak khawatir dan menyuruhnya untuk jangan pergi.
"Kenapa kau tersenyum? Dengar ya, aku mengatakan itu karena kau perempuan dan aku juga memiliki adik perempuan."
Dan satu hal lagi yang membuat Jisoo bertahan sampai detik ini, ialah karena laki-laki yang ada dihadapannya. Saat diselidiki lebih lanjut sepertinya Jisoo menaruh hati kepada Seokjin, tapi Jisoo tidak tahu apakah Seokjin juga sama sepertinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Love ♡
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] " Karena takdir Tuhan tidak pernah salah " Disclaimer : Cerita ini murni karya khayalan Author. Disini Author hanya meminjam nama dan visual dari tokoh. Jika terjadi kesamaan cerita, itu adalah ketidak sengajaan da...