Chapter 08 || Kita Hanya Teman ||

19 9 2
                                    

Happy Reading.
//Kalian pasti tahu bagaimana caranya menghargai usaha seseorang//

Jisoo sangat senang karena hari ini dia diperbolehkan untuk ikut dengan Seokjin ketempat kerja laki-laki itu, jujur saja sudah lima hari ini Jisoo tidak keluar rumah dan sekarang dia ingin merengangkan otot-ototnya yang tampaknya membeku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jisoo sangat senang karena hari ini dia diperbolehkan untuk ikut dengan Seokjin ketempat kerja laki-laki itu, jujur saja sudah lima hari ini Jisoo tidak keluar rumah dan sekarang dia ingin merengangkan otot-ototnya yang tampaknya membeku.

Berjalan mengikuti Seokjin dari belakang dengan senyuman manisnya yang tak pernah hilang, kesempatan ini tak Jisoo sia-siakan dengan perlahan Jisoo menghirup udara yang begitu segar dipagi hari.

"Kita sudah sampai, kau tunggu saja disini. Duduk manis dan jangan melakukan apapun, apalagi sampai kau hilang dari pandanganku itu akan membuatku sulit."

Jisoo hanya mengangguk, menuruti apapun yang diperintahkan oleh Seokjin. Seperti apa yang Seokjin katakan, Jisoo duduk diluar toserba tempat pelanggan memakai ramyeon, ah Jisoo jadi ingin memakan ramyeon.

Sepertinya Jisoo mempunyai hobi baru sekarang, yaitu memandangi Seokjin dari jauh. Sungguh Jisoo tidak akan pernah bosan memandangi ciptaan Tuhan yang sempurna itu. Hidung mancung, pahatan rahang yang tegas, mata yang indah dan bibir tebal yang menggoda, ugh pikiran Jisoo jadi berkeliaran kemana-mana.

Karena bosan Jisoo pun memainkan ponselnya eh ralat ponsel Seokjin.

Ting~

Bunyi pintu toserba, lalu menampakkan sesosok laki-laki tampan dengan hidung mancung dan jangan lupakan senyuman yang terpatri dibibirnya.

"Oh Taehyung kesini lagi, ada apa?" tanya Seokjin, mendengar itu Taehyung hanya mendengus.

"Aish, aku jenuh terus berdiam disana. Lagi pula aku harus cepat-cepat menemukan putri majikanku sebelum majikanku pulang dari China," ucap Taehyung dengan raut wajahnya yang tampak lelah, lalu meneguk air mineral dingin yang baru saja dia ambil dari lemari pendingin.

Taehyung menatap keluar, merasa ada sesuatu yang ia kenal. Tunggu, gadis itu. Taehyung mengerjapkan beberapa kali matanya sampai-sampai laki-laki itu mengucek matanya sendiri, berusaha untuk menyakinkan bahwa dia tidak salah lihat.

Gadis yang tengah duduk itu benar-benar gadis yang selama ini Taehyung cari, astaga kenapa dia bisa berkeliaran disini?

"Jisoo-ah," teriak Taehyung menghampiri gadis yang tengah duduk itu, Jisoo mendongak terkejut melihat Taehyung yang ada disini. Bagaimana jika dia menyuruhnya untuk pulang? Tidak, Jisoo tidak akan pernah mau.

"T-tae, kenapa kau ada disini?" tanya Jisoo gugup beranjak dari duduknya, bersiap untuk kabur apabila Taehyung menyuruhnya untuk pulang.

"Aku mencarimu untuk memastikan bahwa kau baik-baik saja, sekarang kau tinggal dimana? Bersama siapa? Kau tidak kenapa-napa, kan? Kau tidak terluka? Kau tidak sakit? Apa kau makan dengan baik? Kau pasti tidak enak karena memakai baju murah seperti ini," oceh Taehyung sambil membolak-balikan tubuh Jisoo, mengamatinya dari bawah hingga atas dan memastikan jika Jisoo tidak terluka.

Didalam sana Seokjin merasa terheran-heran, apa Taehyung kenal dengan Jisoo? Setelah melayani pelanggan buru-buru Seokjin keluar menghampiri Jisoo dan Taehyung.

"Ada apa ini? Taehyung, kau kenal dengan Jisoo?" tanya Seokjin berdiri disamping Jisoo, merasa dia takut Jisoo akan diambil oleh Taehyung padahal sudah sangat jelas Jisoo adalah putri majikan Taehyung yang sangat Taehyung cintai.

"Hyung, dia putri majikanku. Yang selama ini aku cari, akhirnya aku menemukannya sekarang."

Seokjin dan Jisoo bertukar pandangan, Jisoo yang takut Seokjin marah dan Seokjin yang masih tak percaya dengan semua kenyataan ini. Jadi, apa selama ini Jisoo membohonginya?

"Ah seperti itu, ya sudah aku kembali bekerja," final Seokjin lalu kembali kedalam toserba karena sudah ada pelanggan yang menunggu.

                                ~~~~~

Hejin mengusap keringat yang ada dipelipisnya, gadis berambut sebahu itu baru saja menyelesaikan tugas hukuman mengelilingi lapangan sebanyak tujuh kali. Entahlah, akhir-akhir ini Hejin tidak fokus dan selalu mendapatkan hukuman.

Hejin terlonjak kaget saat ada sesuatu yang dingin menempel dipipinya, oh ternyata itu botol air mineral dingin. Tapi, siapa ini?

"Minumlah, kau pasti haus."

Hejin sangat hafal dengan suara laki-laki itu, dia adalah Kim Junseo laki-laki yang Hejin hindari akhir-akhir ini dan selalu Hejin abaikan. Hejin melakukan itu semua agar dia bisa melupakan perasaannya kepada Junseo, agar perasaan cinta itu bisa berubah menjadi hanya sebatas teman saja.

"Terima kasih," ucap Hejin dingin sambil mengambil botol minuman dari tangan Junseo.

Hejin pikir Junseo akan langsung pergi, tapi ternyata laki-laki itu malah duduk disampingnya lalu meneguk minuman laki-laki itu, aish kenapa jadi begini? Jika begini, kapan Hejin bisa melupakan Junseo? Oke, sepertinya Hejin yang harus pergi jika Junseo tidak pergi.

Belum sempat Hejin berdiri Junseo sudah lebih dulu menarik tangannya, membuatnya harus duduk kembali. "Kau mau kemana? Kenapa pergi? Kau menghindariku?"

Aish, kenapa laki-laki ini begitu peka? Tapi, kenapa dia tidak peka dengan kode-kode cinta yang Hejin berikan?

"Aku memang ingin pergi," jawab Hejin seadanya, kembali lagi Junseo menahan Hejin yang ingin pergi.

"Jangan bohong, katakan padamu ada apa? Kenapa kau seperti menghindariku? Kau tidak bisa begini padaku."

Hejin menoleh menatap Junseo dengan serius, entahlah Hejin merasa emosinya naik. "Kenapa aku tidak boleh melakukan itu? Apa aku salah? Selama ini kau tidak pernah mengerti tentang diriku Junseo, kenapa kau tidak pernah tau?"

Junseo diam, mencoba mengartikan ucapan Hejin. "Hejin-ah, kita teman. Kita adalah teman, Hejin."

Hejin bangun dari duduknya. "Iya, kita hanya teman memangnya apalagi. Kita hanya teman, Junseo."

Hejin melangkahkan kakinya namun ucapan Junseo membuat langkahnya berhenti.

"Hejin, kita teman dan akan tetap seperti itu. Maafkan aku."

Lalu, melanjutkan kembali langkahnya dengan tangisan yang Hejin tahan. Sungguh dada Hejin begitu sangat sesak mendengar penuturan Junseo, tidak hanya itu. Hejin pun ditolak secara terang-terangan oleh Junseo. Dan mulai sekarang sudah tak ada harapan lagi bagi Hejin untuk memperjuangkan cintanya kepada Junseo dan sudah sangat jelas Junseo menolaknya.

                                   ~ Destiny Love ~

BERSAMBUNG!!

See you next chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See you next chapter.

Destiny Love ♡ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang