Chapter 20 || Berakhir ||

22 8 2
                                    

Happy Reading.
//Kalian pasti tahu bagaimana caranya menghargai usaha seseorang//

Tak akan ada seseorang yang mau ditinggalkan oleh orang yang kita sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak akan ada seseorang yang mau ditinggalkan oleh orang yang kita sayang.

Tak ada orang yang tidak akan sakit melihat kekasih nya sendiri tengah bersama dengan yang lain.

Didunia ini tidak akan ada yang mau diduakan.

Kepercayaan yang dengan susah payah dibangun kini hancur begitu saja dengan mudahnya.

Hati ini yang selalu dia yakinkan untuk mencintainya dia sendiri yang mengkhianati nya.

Seperti Hejin detik ini yang berlari keluar dari restoran dengan air mata yang beberapa kali lolos keluar dari kelopak matanya.

Bagaimana bisa Haechan melakukan ini kepadanya? Bahkan usia hubungan mereka belum juga tujuh hari, tetapi laki-laki itu mengkhianati Hejin selama ini.

Seorang Lee Haechan yang Hejin kenal adalah laki-laki bar-bar, petakilan, bobrok ternyata ia adalah laki-laki baji*an yang suka mempermainkan hati perempuan.

"Hejin, dengerin aku dulu," teriak Haechan lalu berhasil meraih pergelangan gadis itu.

"APA?!" Bentak Hejin sambil menepis tangan Haechan daru pergelangan tangan. Katakan saja jika Hejin cengeng, nyata memang seperti itu. Gadis bermarga Kim itu benar-benar tak bisa menahan air matanya untuk tidak menangis laki-laki breng*ek seperti Haechan. "Maksud kamu tadi apa? Kamu bilang kamu benar-benar sayang sama aku, trus kenapa kamu khianati aku dari belakang?"

"Aku tau aku salah, aku minta maaf," lagi, tangan Haechan ditepis oleh Hejin.

Hejin mengusap air matanya kasar. "Aku gak mau lagi berhubungan sama kamu, sekarang kita putus!"

"Gak! Aku gak mau, aku sayang sama kamu."

"Kalo kamu sayang sama aku trus kenapa tadi aku bercumbu sama perempuan lain di toilet, apa itu yang kamu maksud sayang sama aku? Selama ini aku berusaha untuk meyakinkan diri aku sendiri bahwa aku pasti bisa sayang sama kamu, kamu sendiri yang membangun istana kita tapi kamu sendiri yang menghancurkan nya. Mau kamu apa?!"

Hejin menghela nafasnya, lalu kembali melanjutkan ucapannya. "Jangan pernah samain aku sama perempuan-perempuan yang pernah kamu mainin dan sekarang semuanya sampai sini aja, jangan harap aku mau balik dan maafin kamu."

Hejin berbalik mengabaikan Haechan yang terus memanggil namanya, salahnya sendiri yang melakukan hal brengs*k itu.

Haechan mengacak rambutnya frustrasi, menangis kebodohan yang sudah ia lakukan. Segala cara ia lakukan untuk mendapatkan hati Hejin, tapi kenapa dia tak bersyukur saat Hejin sudah benar-benar sda diperlukan nya.

"Maafin aku."

                                         °°°°°°

"Oppa," panggil Jisoo membuat langkah Seokjin terhenti.

Seokjin berbalik menemukan Jisoo yang masih duduk diatas ranjang, laki-laki itu sangat terkejut mendapati dirinya yang benar-benar melakukan hal itu dengan Jisoo semalam. Pikiran laki-laki itu tiba-tiba saja buntut, dia tidak tahu harus melakukan apa.

"Apa?"

"Gendong," rengek Jisoo sambil mengangkat kedua tangannya.

Bagaimana bisa gadis ah ralat wanita itu bersikap biasa-biasa saja? Setelah mereka melakukan hal yang fatal.

"Kamu kan punya kaki, gunain kaki kamu buat jalan."

Jisoo cemberut, mengerucutkan bibirnya kedepan. "Kok gitu, kan sakit."

Seokjin mendengus pasrah tak ada pilihan lain selain ia menggendong Jisoo membawanya untuk duduk di sofa ruang tamu.

Niat awalnya yang ingin pergi kedapur kini harus diurungkan karena ada banyak hal yang harus Seokjin diskusikan dengan Jisoo.

Seokjin mengambil duduk disamping Jisoo membuat wanita itu kebingungan dengan tingkah Seokjin yang menurutnya tidak biasa. "Ada apa?"

"Jisoo, kamu--bagaimana bisa kamu bersikap seperti ini setelah apa yang kita lakukan semalam?"

"Lho emangnya kenapa? Aku harus bersikap kayak gimana?"

Seokjin menepuk jidatnya sendiri, Jisoo ini polos, tolol apa bego sih? "Kamu gak berpikir bagaimana kalo kamu hamil?"

"Yaa bagus dong, aku bakalan punya anak."

"Kamu tuh belum nikah, gimana kalo orang tua kamu tau?"

"Kita nikah aja, udha gitu ayah aku gak bakalan maksa aku buat nikah sama kakek-kakek itu."

BRAK'

Spontan keduanya menoleh kearah pintu menemukan Taehyung yang berdiri kaku disana dengan sekantong makanan yang ia jatuhkan karena terkejut. "A-apa?"

"Taehyung?"

"Tae, kamu ngapain? Sini masuk."

"Apa yang kalian berdua bicarakan?"

Gila, satu kata itulah yang mungkin bisa terjadi kepada Seokjin. Laki-laki berbahu lebar itu semakin bingung, ia sangat tahu bahwa Jisoo lah gadis yang selama ini Taehyung bicarakan. Tentang Taehyung yang mencintai Jisoo.

Taehyung membuang nafasnya lalu berjalan mendekati Jisoo dan Seokjin. "Tuan dan Nyonya kemarin sudah pulang, aku mengatakan bahwa Nona kabur dari rumah."

Jisoo terkejut kedua nentranya sama-sama membulat. "Lalu, aku harus apa? Tae," rengek Jisoo sembari memegang lengan Taehyung.

Taehyung mendongak menatap Seokjin yang ada disamping Jisoo, sebenarnya sangat berat untuk Taehyung mengatakan hal ini. Tapi, apa yang bisa ia lakukan? Tak ada pilihan lain selain ini. "Kalian berdua menikahlah."

Seokjin menatap Taehyung tak percaya. "Taehyung--"

"Kau harus bertanggung jawab, hyung." Taehyung tersenyum berusaha meyakinkan Seokjin. "Aku baik-baik sjaa, sangat baik-baik saja."

Tidak ada seorang pun yang merasa baik-baik saja, ketika dia harus merelakan seseorang yang dia cintai untuk orang lain.

                             ~ Destiny Love ~

BERSAMBUNG.

See you next chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See you next chapter.

Destiny Love ♡ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang