Chaeyoung POV
Termenung sesaat aku memandang punggungmu. Mengenakan pakaian serba putih dengan rambut dikuncir membuatnya bertambah cantik dan menawan. Menatap wajah yang serius itu menanggani pasien-pasien yang bahkan aku tak tau kapan akan berhenti berdatangan.
"Apa kau sudah menunggu lama?" Ucapnya menghampiriku yang sudah cukup lama menunggu di lobby rumah sakit ini.
Aku tak peduli harus berapa lama menunggu. Aku akan dengan sabar menantinya."Apapun akan ku lakukan" senyumku menawan, kulihat dia hanya tersenyum malu menatap wajahku sesaat.
"Ayoo" ucapku lagi, mengambil tas dan bawaannya dengan tangan kiriku. Aku tak mau wanitaku bertambah lelah. Aku juga menautkan tangan kananku mengenggam tangannya yang kedinginan."Kita mau kemana malam ini?" Ujarku pelan menikmati angin malam dijalan rumah sakit menuju parkiran ini.
"Hmmm terserah saja. Aku akan mengikutimu" ucapnya lembut. Kami masih sangat canggung dan malu-malu. Setiap ingin memegang tangannya saja rasanya jantungku akan melompat dari tempatnya.
"Kau belum makan malam kan? Bagaimana kita mampir makan?" Tatapku menatap wajah putih nan manis itu.
Bahkan ini sudah malam, pencahayaan bahkan tak seterang pagi hari tapi kecantikannya tak tertutup oleh gelapnya malam."Boleh aku kerumahmu?" Gumamnya kecil,
Ehhh dia mau ke tempatku? Apa aku tak salah dengar?."Ne?" Tentu saja aku kaget. Ini pertama kali dia meminta berkunjung ke rumahku
"Kita beli bahan-bahan untuk masak saja. Tapi masaknya di rumahmu tak apa kan?" Tawarnya pelan sedikit lucu melihatnya menunggu jawabanku. Seperti anak kecil yang bertanya apakah aku boleh makan permen itu?,
"Baiklah. Kita ke supermarket dulu lalu ke tempatku" lembutku menuntun tangan itu, membuka pintu mobilku dan memastikan bahwa dia naik dengan aman.
Kami segera berbelanja. Aku tak pernah berpikir dia akan minta ke tempatku. Semenjak kami jadian, aku yang selalu di rumahnya dan beberapa kali mampir hanya untuk makan bersama orang tuanya. Terkadang aku tak dapat menebak isi otak wanitaku ini."Kenapa tiba-tiba mau ke rumahku?"tanyaku mencoba mencairkan suasana. Menjalankan mobil itu dengan santai dan aman. Mengamati jalan yang lumayan ramai,, tentu saja macet sekarang sudah pukul 19.00 KST dan itu jam-jam orang kantoran pulang dari lemburnya.
"Hanya ingin. Apa tak boleh?" Ucapnya lembut. Kalian pasti sudah mengenal mina, bagaimana cara dia berbicara sangat lembut dan angun.
Aku sedikit tersenyum dengan jawabannya. "Tentu boleh sayang" ucapku masih konsentrasi. Aku tak boleh kehilangan focus bisa-bisa kami kecelakaan nanti
"Kakimu sudah baikan?" Tatapnya sejenak
"Kau bertanya padaku?" Isengku"Tentu siapa lagi" ucapnya cepat, menatap jalanan basah dari balik kaca mobil itu, untung hujan sudah berhenti. Kalau tidak akan tambah macet.
"Panggil aku sayang. Baru aku akan menjawabmu" ucapku menjahilinya. Dia memang jarang memanggilku seperti itu, aku tau dia malu untuk mengucapkannya. Sejujurnya akupun malu, tapi aku akan mencobanya. Karena dia kekasihku sekarang
"Aku baru tau kaki terkilir bisa berefek ke otak. Kurasa besok kamu harus medical checkup sampai ke otak chaeng" ceplosnya kecil tapi dapat kudengar, dia sedikit kesal.
"Hmmm padahal aku hanya ingin mendengarmu memanggilku seperti itu. Baiklah kalau tak mau, aku tak memaksa" ucapku,
Dia pasti mengira aku marah, kenapa kau begitu mengemaskan mina ah."Kita sudah sampai" ucapku jutek. Aku hanya bercanda sih, tak benar-benar marah. Hanya mengusilnya dan penasaran bagaimana dia akan membujukku.
Gerimis masih berjatuhan, aku mengambil payung di jok belakang, dan segera turun, membukanya pintu dan mempersilakan dirinya turun. Dia tak berucap. Diam tak mau menatapku. Apa aku sedikit keterlaluan? Hmmm
KAMU SEDANG MEMBACA
FriendZone 2 ✔
FanfictionAku mencintaimu sedari dulu sampai sekarang. Tak Sekalipun perasaan itu hilang -Jeongyeon- Ingin aku berlari memelukmu! Apa kau masih terus berusaha? Aku masih menunggumu -Sana- Sehari tak cukup untuk ku memikirkanmu, aku akan kembali dan menjadikan...