13. Swan (Saida)

1.2K 128 25
                                    

Sana POV

Memilikimu, membuat diriku bahagia. Tapi entah kenapa. Pikiranku, bahwa cintamu tak sebesar cintaku padamu. Sifat dan kelakukanmu kadang beberapa kali membuatku kesal.

Aku ingat ketika kami sedang jalan-jalan di daerah myeondong. Aku memaksanya untuk kesini. Tapi dia seperti niat tapi tak sepenuhnya.

"Sayang kau mau ini?" Kutanyakan ketika melihat makanan kesukaannya teobboki.
Dia hanya mengeleng. Kadang aku lelah menghadapi sikapnya yang seperti ini.

Hari ini, aku menunggu di cafe dekat kantornya berkerja. Kami memang janjian bertemu disini pas makan siang. Aku pikir, aku ingin menyampaikan isi hatiku. Tapi selalu saja seperti ini. Dia selalu terlambat. Aku tau dia bekerja bahkan lembur hingga tengah malam. Terlebih dia pasti tak enakan dengan jeong. Tak masalah sih hanya waktu denganku jadi sangat berkurang. Apa aku terlalu egois? Padahal dia sedang bekerja.

"Heii mian aku terlambat" ucapnya buru-buru, keringat mengalir deras didahinya. Napas terenggah-enggah seperti oksigen di bumi ini tak cukup untuknya.
Tangannya dingin karena berlari menerobos udara dingin di seoul.
Sekarang sudah hampir musim dingin dan itu membuat cuaca kadang tak bersahabat.

"Gwenchana. Duduklah" lembutku. Menghapus keringat dengan tanganku, jijik? Yang benar saja tentu tidak.
Mataku tak teralihkan dari matanya. Mata yang indah, mata penuh ketulusan dan aku semakin menyukai mata itu.

"Ke...kenapa menatapku seperti itu" ucapnya salah tingkah.
Satu hal yang tak pernah berubah darinya dulu hingga sekarang. Dia masih malu jika aku menatapnya seperti ini.
Padahal kami sudah resmi berpacaran. Tapi dia selalu begitu.

"Besok pesawatku jam 18:30 KST" ucapku pelan, menatap gelas berisi ice coffee dingin kesukaanku.

"O..oh" tunduknya
"Tak ada yang ingin kau katakan. Sebelum aku pergi?" Tatapku padanya. Entahlah rasanya aku lelah dengan sifatnya. Seperti hanya aku yang menyukai dan mencintainya.

Dia tak menjawabku, tatapannya kosong pada tautan tangan kami.

"Dahyun ah, aku tak bisa lama-lama. Aku kembali dan packing" ucapku lembut. Tahan aku bodoh. Kurasa air mataku hampir terjatuh jika dia seperti ini terus. Sempat ku berpikir apa hubungan kami terlalu dipaksakan.
Maksudku kami berstatus pacaran tapi tidak selayaknya orang pacaran. Seperti ada dinding ditengah-tengah kami. Beda seperti dulu, dulu namunpun belum mempunyai status dengannya hanya aku merasa sangat dekat dengannya.
Aku segera mengemas smartphone dan mengeluarkan kunci mobilku. Bersiap untuk pergi.

"Sana ah" ucapnya, mengenggam lembut tanganku.

"Hmm?" Tentu aku menoleh kearahnya. Aku ingin tau apa yang akan dilakukan pria bodoh ini.
"Kenapa sayang?" Tanyaku mencoba bersikap biasa.

"Sebelum kau pergi. Boleh aku mengajakmu kesuatu tempat?" Tatapnya serius.
Tunggu apa dia menangis? Kenapa dengan matanya. Sekilas sebelum dia menghindari tatapan kami kulihat mata dan hidungnya memerah.

Kami memutuskan meninggalkan cafe ini. Hari menunjukan pukul 13.40 aku mengemudi dalam diam. Tak ada pembicaraan sedari tadi di mobil ini. Aduuh apa aku sedikit berlebihan? Kira-kira dia mau bilang apa ya.

"Da..dahyun ah" panggilku gugup

"Ya sana?" Ucapnya pelan, matanya masih menatap kosong jalan yang sedikit basah karena hujan. Aku binggung sebentar lagi musim dingin tapi masih saja sering hujan.

"Kita mau kemana?" Binggungku karena nyatanya aku tak tau harus kemana. Apa ke tempatnya? Atau ke tempatku? Dia bilang ingin mengajakku ke suatu tempat. Tapi kemana?

"Kau bisa berhenti di pinggir jalan itu. Biar aku yang mengemudi" ucapnya pelan

"Tapi ini hujan" ucapku sedikit was-was menatap spion dan mengambil sisi kanan jalan untuk menepi.

FriendZone 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang