Selama didalam perjalanan Hanbin sangat sunyi, menarik perhatian Jay untuk melirik melalui spion untuk memastikan keadaan pemuda yang lebih tua darinya itu baik baik saja. Hanbin murung dan tatapannya kosong. Jay semangkin yakin bahwa ada sesuatu yang salah baru saja terjadi.
Sesampainya di basement gedung apartemen pun pemuda itu masih bengong. Hanbin tahu mereka sudah sampai tapi dia tidak melakukan apa apa. Tidak turun dari motor sama sekali sampai akhirnya Jay menepuk pundak pemuda itu.
Jay turun dan mengusap pundak Hanbin yang masih duduk diatas jok motornya.
"You are okay?"
"Yes —I mean yes,....I'm not okay"
"Mau cerita sesuatu?"
Hanbin hanya diam saat Jay menawari hal tersebut. Pun tidak mungkin mereka akan mengobrol disini, Jay mengajak pemuda kelahiran Vietnam itu untuk masuk ke dalam unitnya.
Saat mereka sudah duduk di sofa dengan nyaman barulah Jay kembali menawarkan hal yang sama "Kamu bisa cerita ke aku"
Hanbin menatap Jay dengan pandangan tidak menentu, ragu untuk berbagi kisah atau tidak, tapi dia butuh untuk bercerita.
"Jadi...ada temenku yang ada di Vietnam, dia suka sama sahabatnya sendiri. Dia selalu tidak bisa menolak permintaan teman perempuannya itu. Dia benar benar tulus. Awalnya dia tidak tahu bahwa permintaan temannya itu semangkin hari semangkin membuat hatinya panas. She always asked my friends to replace and seemed to be someone she likes....sebagai latihan"
"Pemeran pengganti?"
"Kurang lebih seperti itu"
"Then?"
"Dia sudah lelah, dia mau berhenti, tapi sulit karena dia selalu tidak bisa menolak semua permintaan orang itu. Dia—"
"This isn't about your friend. And Nicholas? Is he? " Potong Jay cepat. Tak butuh waktu lama untuk dia menyadari bahwa Hanbin berbohong.
Jay tahu Hanbin itu selalu peduli dengan orang lain, tapi tidak mungkin sampai seperti ini jika memang ia merasa simpati dengan temannya yang bahkan sekarang berada jauh dari dirinya. Sudah lama Jay menyadari ini, menyadari bahwa Hanbin menyukai Nicholas. Si adik kelas mereka itu. Itu sebabnya ia menyerah. Tapi melihat keadaannya seperti saat ini, Jay merasa bahwa ia sudah memilih keputusan yang salah. Seharusnya ia tetap maju.
"Jay ini tentang temanku"
"You're a bad liar Hanbin, apalagi dengan orang yang selalu mengawasimu"
Hanbin terdiam, cukup kaget karena Jay bisa tahu keadaan yang sebenarnya. Dan apa katanya mengawasimu? Siapa? Jay mengawasinya?
"Jay apa maksudnya?"
"Tidak. Lebih baik kamu ceritakan semua yang membuatmu merasa tertekan selama ini, aku akan dengarkan" dengan senyuman manis serta elusan ditangan yang dilakukan Jay membuat Hanbin kembali bercerita mengenai apa yang ia rasakan selama ini.
Sampai dipenghujung cerita yang berakhir dengan kejadian hari ini, Jay merasa panas atas semua tindakan Nicholas yang memanfaatkan Hanbin secara tidak langsung. Tapi Jay tidak mau gegabah, saat ini Hanbin butuh seseorang untuk membuatnya merasa lebih baik.
"Jangan sedih" Jay mengusap gemas kepala Hanbin sampai pemuda itu terkekeh dalam tunduk nya.
"Mau makan sesuatu? Aku yang masak"
"Serius?"
Jay tertawa "Belum tahu aku pandai memasak?"
Hanbin menggelengkan kepalanya "Sebentar lagi kamu aka tahu betapa hebatnya diriku haha"
Hanbin menepuk lengan Jay sambil tertawa melihat bagaimana Jay berlagak sok hebat dengan gerakan seperti sedang menggerakan spatula dan panci.
"Ayo!"
Mereka sekarang berada di dapur milik Jay yang sangat lengkap dengan bahan bahan memasak "Kamu selalu memasak"
"Yap, kecuali sedang lelah"
Hanbin tertawa geli "Aku tidak tahu kamu bisa lelah"
"Eiii~ Aku tahu aku tampan seperti malaikat, tapi aku ini masih manusia"
Dan lagi lagi Hanbin menamparnya sambil tertawa geli, tipe submissive sekali.
Masakan mereka sudah selesai. Hanbin yang bertugas menyusun semua masakan Jay diatas meja sedang menunggu Jay yang sedang mencuci piring.
Mata Hanbin berkilauan menatap beberapa menu makanan hasil kerja tangan Jay. Membuat Jay yang melihatnya tertawa merasa gemas.
"Aku tidak memasak sebanyak ini biasanya"
"Jjinja?"
"Hum. Tapi karena ada kamu aku masak sebanyak ini. Omong-omong aku suka dengar kamu pakai bahasa Korea"
"Ah Jjinja? Jjinja? Kamsahamnidaaa jay-ah sudah memasak sebanyak ini dan berniat membuatku gendut"
Jay tergelak "Ya ya Kamu kalo gendut pun tetap lucu, malahan sepertinya tambah lucu"
"Ah lucu yang tidak berguna karena tetap saja Nicholas tidak suka aku"
Jay terdiam begitupun juga Hanbin.
Hanbin pikir Jay merasa terganggu dengan pembahasan sensitif mengenai orientasi seksual seperti ini. Tapi sebenarnya Jay terdiam karena menyadari bahwa tampaknya Hanbin benar benar menyukai Nicholas.
"Maaf"
"Ah tidak tidak, lebih baik kita makan"
Mereka makan dalam diam, Hanbin menyesal karena perkataannya tadi membuat suasana diantara mereka sedikit canggung. Seharusnya dia sadar diri, seharusnya dia berterima kasih pada Jay yang sudah bersedia mendengarkan ceritanya dan bukan malah menjadi jadi. Jika itu bukan Jay bisa saja sudah menjauhinya karena tahu dia menyimpang.
Selesai makan mereka berdua berada di balkon untuk meminum secangkir coklat panas yang Hanbin buat. Hari sudah malam dan ini cukup dingin.
Jay melirik Hanbin "Kamu mau mandi?"
"Boleh"
"Aku akan siapkan air hangat dan bajunya" Jay bergegas pergi tapi Hanbin menahannya.
"Maaf ya" Hanbin melepaskan pergelangan tangan Jay yang sebelumnya ia tahan "Untuk tadi. Mungkin bikin kamu terganggu"
Jay tersenyum dan mengusap kepala Hanbin, ini menjadi terasa tidak lancang untuk melakukannya meskipun Hanbin lebih tua darinya, itu karena Hanbin jauh lebih pendek dan...lucu?
"Terganggu tentang kamu menyukai laki laki?"
Hanbin mengangguk "Aku tidak terganggu sama sekali. Toh aku juga sama"
Bersambung
Jangan lupa vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting You For Coming Back
Fanfiction"Maaf" "......Jangan temui dan hubungi" ____ "Tidak sadar diri..." ____ "Katakan bahwa ini juga untuk Niki!..." ___ "....Part of loving you is letting you go" NichoBin short story