Part 11

336 71 12
                                    

           Sebuah keringanan untuk anak kelas tiga pada hari senin adalah tidak diwajibkan untuk ikut apel yang selalu sekolah adakan. Jadi waktu tersebut digunakan oleh Jay dan Hanbin untuk pergi ke kantin. Sebenarnya mereka di suruh untuk belajar, tapi atas ide Jay keduanya menyelinap ke Kantin.

"Mau beli apa?" tanya Hanbin agak sangsi. Ia penasaran apa yang mau Jay beli sampai rela merka mengumpat-ngumpat disebelah tiang seperti ini.

"Adaaa" balas Jay, tangannya mengelus punggung tangan Hanbin yang ia pimpin "Sabar sedikit ya" pinta Jay.

            Aneh, kenapa Hanbin sama sekali tidak masalah dengan segala sentuhan yang Jay berikan. Hanbin juga tidak merasa terbebani oleh perasaan Jay untuknya. Mungkin karena pemuda itu tidak pernah meminta untuk Hanbin membalas perasaannya.

"Oke"

           Jay menarik Hanbin untuk berjalan mendekati konter salah satu penjual di Kantin. Pemuda itu berbicara berbisik pada si penjual dengan mata yang selalu melihat ke kanan kiri "Madu nya~" ujar Jay.

         Si penjual hanya memasang wajah datar, untuk kesekian kali ia mendapati Jay selalu membeli madu nya sepagi ini. Masalahnya madu yang ingin Jay beli itu adalah salah satu bahan campuran untuk jenis minuman yang ia jual. Tapi Jay selalu ingin semua madu yang ia persiapkan.

"Aku tidak akan menjualnya"

"Kenapa?"

"Hei!"

          Hanbin dan Jay menoleh ke belakang. Mata mereka melotot mendapati kepala sekolah menangkap basah mereka tidak berada di dalam kelas. Jay langsung menarik Hanbin untuk bersembunyi dihadapannya.

"Kenapa kalian keluar kelas? Ini bukan jam istirahat!" Si kepala sekolah berbadan tambul itu mendekati mereka berdua. Matanya mencuri curi pandang pada seseorang yang sedang Jay coba untuk sembunyikan.

"Siapa—"

Jay langsung menarik Hanbin berlari menjauh.

"Hei! Kenapa lari?! Hei!"

"Maaf pak!" Balas Jay.

       Kepala sekolah berbadan tambul itu berdeca kesal karena ketidaksopanan murid muridnya. "Siapa yang satunya lagi itu?" tanya beliau pada penjaga kantin.

"Temannya"

"Namanya siapa?"

"Mana saya tahu. Dari tiga ribu murid tidak mungkin saya hafal pak"

"O-oh oke. Terima kasih. Saya permisi melanjutkan patroli"

"Baik"

       Sementara itu Hanbin tak sudah sudah memukul lengan Jay. Bukannya mengaduh, pemuda itu malah tertawa. Mengatakan bahwa wajah panik Hanbin sangatlah lucu.

"Kalau kita dapar point, nilai kita bisa saja turun" omel Hanbin.

"Aigoo~ tidak mungkin"

*******

        Nicholas yang sedang meminum air putihnya langsung melirik kearah ponselnya yang berdering. Ada seseorang menelpon nya.

"Halo"

     Terjadi beberapa percakapan yang menurunkan mood pemuda itu.

"Kamu absen"

"Tidak apa apa. Besok tolong katakan bahwa aku sakit"

"Ah, kamu sakit. Pantas saja Hanbin datang bersama temannya yang satu lagi"

     Kepala Nicholas langsung melihat kearah pintu. Hanbin sempat pulang? tanyanya pada diri sendiri.

Waiting You For Coming BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang