Hanbin berlari dengan jantung yang berdegup kencang, sepanjang lorong rumah sakit dia tidak pernah berhenti merapalkan doa untuk seseorang.
"Ah kami dari pihak rumah sakit, ingin memberitahukan mengenai kondisi pasien yang bernama Nicholas. Maaf sebelumnya, hanya nomor anda yang bisa kami hubungi. Di dalam ponsel saudara Nichoals tidak ada satupun nomor yang tersimpan selain nomor anda"
"Ba-bagaimana kondisinya?"
"Sekarat, pasien kritis dan persentase selamat hanya 20%"
Jantung Hanbin terasa jatuh ke kaki saat orang itu menyelesaikan kalimatnya. Pun rasanya masih sama sampai sekarang. Kaki Hanbin ikutan lemas meski larinya tetap laju.
Dari informasi yang diberitahukan oleh seseorang yang menelponnya tadi, kamar berpintu krem didepannya adalah ruang inap Nicholas.
Hanbin mengetuk pintu lalu masuk tanpa dipersilahkan. Nafas pemuda itu tidak teratur dan semangkin parah kala matanya tidak mendapati siapa siapa disana. Baik dokter maupun Nicholas.
Bayangan bayangan buruk hinggap dikepalanya, membuat Hanbin panik. Tangannya bergetar sendiri, kakinya tak mampu lagi menopang berat tubuh hingga ia merosot kelantai.
Hanbin menangis terisak. Tidak mungkin kan Nicholas mati secepat ini? Rasanya seperti mimpi.
Isakannya pilu sambil bergumam minta maaf karena ia terlambat datang.
CEKLEK!
"Hanbin?"
Dengan cepat Hanbin mengangkat kepalanya. Matanya melebar menatap Nichoals yang juga menatap dengan tatapan tak percaya ke arahnya. Pemuda berdarah Vietnam itu segera berdiri. Menumbruk Nicholas dengan pelukan paling erat yang ia punya.
Menangis sejadinya jadinya membuat baju pasien Nicholas basah. Nicholas sendiri masih tertegun. Tak menyangka kalau Hanbin akan datang. Tak menyangka kalau rencananya berhasil dan sukses secepat ini.
Nicholas harus berterimakasih pada petugas kebersihan yang tadi singgah untuk membersihkan kamar mandi diruangan nya.
"Hanbin, aku kangen" Tidak mau menyianyiakan kesempatan, Nicholas balas memeluk Hanbin sama eratnya. Rasanya sebagian beban dipundaknya lenyap kala menghirup aroma tubuh Hanbin yang sudah lama tidak menyapa indra penciumannya.
Nicholas sepatutnya tidak berharap lebih, meski Hanbin datang menjenguknya, tapi melihat bagaimana pasifnya Hanbin membuat Nicholas tahu bahwa pemuda itu belum memaafkannya.
Nicholas juga tidak berani mengungkit masalah itu. Hanbin sudah berbaik hati menyuapinya makan dan memintanya untuk minum obat saja sudah lebih dari cukup. Ah iya, ini obat pertama yang Nicholas minum.
Hanbin duduk di kursi besuk disamping ranjang Nicholas, dengan semangkuk bubur ditangan kiri dan sendok kosong ditangan kanan. Pemuda itu menunggu Nicholas menelan bubur yang sebelumnya ia berikan.
Hening meliputi sebelum Hanbin menyuarakan pertanyaan yang berhasil membuat Nicholas menoleh "Kenapa sampai bisa masuk rumah sakit?"
Nicholas menatap Hanbin lama. Rasanya ada yang kurang dari pertanyaan itu. Kurang hangat dan nadanya seperti kurang peduli. Ah menyakitkan.
"Luka dalam diperutku" jawab Nicholas. Sebenarnya Nicholas tidak mau mejawab karena pasti jawabannya akan mengingatkan Hanbin pada kejadian kala itu.
"Ah karena Jay ya?" Nicholas malah kaget saat Hanbin terlihat tidak terganggu dengan arah topik pembicaraan mereka.
"Ya" gumam Nicholas "Sebenarnya, sudah lumayan sembuh, tapi...karena aku minum alkohol, jadi tambah parah"
Hanbin hanya mengangguk anggukan kepalanya. Lihat! Dada Nicholas sesak melihat reaksi Hanbin yang biasa saja. Padahal dulu melihatnya makan makanan instan terlalu sering saja Hanbin akan memarahinya tanpa putus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting You For Coming Back
Fanfiction"Maaf" "......Jangan temui dan hubungi" ____ "Tidak sadar diri..." ____ "Katakan bahwa ini juga untuk Niki!..." ___ "....Part of loving you is letting you go" NichoBin short story