Jam belajar semangkin bertambah. Setiap hari Hanbin dan Jay pulang malam, satu jam sebelum jam makan malam tepatnya. Itu karena jam tambahan yang wajib mereka ikuti. Lalu sepulang dari sekolah mereka masih harus belajar untuk pra-tes yang selalu mereka lakukan untuk melihat apakah ada kemajuan. Dihari minggu pun tidak sempat bersantai santai, tugas selalu masuk melalui grup chat.
Laporan laporan setiap mata pelajaran yang harus diselesaikan bertumpuk dengan deadline yang sangat berdempetan. Hanbin rasanya hampir gila. Ia juga tidak mau menganggu Jay, karena pemuda itu sama stres nya saat ini. Terlihat dari wajahnya yang selalu keruh.
Hanbin bengong didepan printer, menatap kertas yang terus keluar dari sana mencetak laporan yang salah. Ini sudah kedua kalinya ia mengulang membuat laporan untuk mata pelajaran ekonomi. Dan sepertinya akan menjadi yang ketiga kali. Hanbin bergadang, sekarang suda pukul dua dan dia harus berangkat sekolah pukul 5 demi hadir dalam les tidak wajib.
Lagi lagi Hanbin menangis, sudah berapa kali ia menangis saat membuat laporan. Otaknya buntu dan para guru mau laporan yang sempurna. Hanbin mengelap air matanya sambil mengetik. Ia mengeceknya kembali setelah itu kembali mencetaknya lagi. Membacanya lagi melalui hasil cetakan. Nafasnya memburu karena menemukan kesalahan lagi, jarak barisan terlalu renggang. Ada typo yang tidak ia sadari sebelumnya.
Hanbin meremukkan kertas itu dengan tangan bergetar, rasanya kesal sekali, rasanya ingin menelpon gurunya untuk tidak terlalu peduli dengan beberapa typo yang ia hasilnya. Rasanya ingin memukul seseorang kalau sudah begini.
Mata Hanbin perih karena terus terusan menatap laptop, ujung jarinya mati rasa. Hari ini ada tiga buah laporan yang sudah ia selesaikan untuk dikumpulkan nanti pagi. Tapi pada laporan untuk mata pelajaran ekonomi kenapa ia tidak bisa menyelesaikannya.
Hanbin terisak dengan kepala menunduk, tangannya meremas-remas kertas sebagai pelampiasan. Hingga tarikan lembut ia rasakan. Jay yang terbangun karena mendengar suara menangis Hanbin langsung memeluk pemuda itu.
Ia hanya bisa mengusap-usap kepala Hanbin. Lidahnya kelu untuk mengatakan kalimat penenang karena ia juga merasakan kekesalan seperti apa yang Hanbin rasakan.
"Ayo tidur" ajak Jay, jemarinya menangkup pipi Hanbin dan menyeka air matanya.
Hanbin menggelengkan kepalanya "Belum selesai"
"Tapi kamu belum tidur sama sekali kan?" Hanbin mengangguk "Jangan pikirkan laporannya dulu. Kamu harus tidur.
Hanbin melepaskan pelukan Jay "Kamu tidurlah, aku harus menyelesaikan ini dulu"
Jay menggelengkan kepalanya, kembali menarik Hanbin kedalam pelukannya. Ia menyadari sesuatu. Kening Hanbin, memar lagi. Pemuda itu memukul dirinya sendiri lagi. Jay paham bagaimana rasa sulitnya, mengalami guncangan mental ditambah tanggung jawab belajar sebanyak ini.
"Jangan sakiti dirimu sendiri Hanbin" Ujar Jay berbisik ditelinga Hanbin. Hanbin hanya diam sambil menangis.
"Kamu punya dua pilihan. Ikut les pagi atau menyelesaikan laporan?"
"Dua duanya"
"Tidak bisa, Hanbin. Sekarang sudah pukul setengah 4. Kamu harus tidur kalau kamu mau ikut les pagi. Dan jika kamu mau menyelesaika laporannya waktunya tidak akan cukup"
"Hiks dua duanya berpengaruh pada nilaiku, Jay"
"Tidur" pinta Jay. Kali ini dia serius.
"Aku harus—"
"Hanbin. Aku bilang tidur. Kita bisa bicara pada Mr.Hoseok, dia pasti akan paham"
"Kalau aku tidak menyelesaikannya sekarang, itu bisa menganggu jadwal membuat laporan lainnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting You For Coming Back
Fanfiction"Maaf" "......Jangan temui dan hubungi" ____ "Tidak sadar diri..." ____ "Katakan bahwa ini juga untuk Niki!..." ___ "....Part of loving you is letting you go" NichoBin short story