"ADA APA INI?!"
Seorang pria dewasa, tetangga unit mereka datang bersama seorang satpam setelah mendengar keributan.
Hanbin langsung meletakan jarinya dibibir supaya Jay tidak mengatakan yang sebenarnya. Kalau tidak, Nicholas bisa masuk bui dengan alasan percobaan pemerkosaan. Hanbin tidak mungkin membiarkan masa depan pemuda itu menjadi begitu gelap karena masalah ini.
"Tidak apa apa pak. Hanya perkelahian random " Hanbin mengelap air matanya cepat " Kesalahpahaman adalah penyebabnya. Tidak usah khawatir"
"Kalian berdarah darah seperti ini, mana mungkin kami tidak khawatir! Bisa saja saling bunuh diantara kalian terjadi!" Marah satpam gedung apartment mereka.
"Apa yang menyebabkan kalian bertiga seperti ini?Gara gara wanita? Iya!? Masih banyak wanita di dunia ini! Dan kau Hanbin, Nicholas, aku tahu kalian berteman, tapi hanya karena wanita kalian sampai seperti ini!"
"Maafkan kami pak" Disisinya Hanbin terus mengenggam tangan Jay yang mencoba mengatakan alasan yang sebenarnya.
"Ayo pergi!" ajak Jay dengan nafas memburu.
"Pak aku mohon panggilkan dokter untuk Nicholas. Dan aku percayakan apartment ku padamu"
Hanbin ditarik pergi oleh Jay dari sana. Menimbulkan decakan tidak suka dari satpam tersebut karena perilaku tidak bertanggung jawab keduanya.
Sementara itu Jay masih dengan bekunya mendiamkan Hanbin selama diperjalanan pemuda itu membawanya pergi. Untung kali ini Jay datang dengan mobilnya, bukan dengan motor.
Merasa bukan saatnya untuk mendiamkan Hanbin disaat pemuda itu habis dilecehkan. Jay merasa bersalah karena sudah terbawa emosi sampai membuat Hanbin ketakutan seperti saat ini.
Jay meraih tangan Hanbin, ia kaget saat merasakan dengan cepat Hanbin membalas genggamannya. Hanbin sangat ketakutan, jemarinya dingin dam bergetar, pemuda itu perlu ditenangkan bukan didiamkan seperti tadi.
Jay mengelus tangan Hanbin, meminta maaf tanpa berlisan. Bayangan bagaimana posisi ia mendapati Nicholas yang mencoba melecehkan Hanbin menjadi memori yang memicu amarah di kepala Jay. Sekarang pertanyaan apa yang akan terjadi jika ia terlambat muncul di benak pemuda Korea Amerika itu.
Jay membawa Hanbin jauh dari Seoul. Ia ingin melakukan healing pada pemuda itu dengan dijauhkan dari hiruk pikuk kota tersebut. Jay membawa Hanbin ke rumah neneknya yang berada di penghujung kota. Dekat perbatasan Seoul dengan Ilsan. Masih bagian Seoul tapi sangat berbeda dengan keadaan dipusat kota. Disini hutan masih ada meski tidak banyak. Namun cukup untuk menambahkan kesan asri dan udara yang segar.
Hanbin tidak melayangkan apa apa saat ia membukakan pemuda itu pintu mobil. Tatapannya kosong, dengan tangan sebelah kiri menutupi lehernya.
Ah bekas Nicholas.
"Maaf" Jay menurunkan tangan Hanbin dengan hati hati, takut Hanbin masih trauma dengan segala sentuhan. Ia membenarkan posisi Hoodie miliknya yang sudah resmi menjadi milik Hanbin itu dalam keadaan benar. Lalu tudungnya ia pasangkan ke kepala Hanbin dan menarik talinya supaya membungkus kepala wajah pemuda itu lumayan kencang.
Bagian lehernya tertutupi meninggalkan wajahnya terlihat jauh lebih bulat. "Ayo" Jay menuntun Hanbin masuk ke pekarangan rumah nenek nya.
"Halmonie"
"Eoh?" Perempuan tua namun masih terlihat segar itu berjongkok untuk mencabut beberapa wortel namun langsung berdiri saat mendengar suara yang lumayan familiar di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting You For Coming Back
Fanfiction"Maaf" "......Jangan temui dan hubungi" ____ "Tidak sadar diri..." ____ "Katakan bahwa ini juga untuk Niki!..." ___ "....Part of loving you is letting you go" NichoBin short story