Bab 3 - Ice Daddy

9K 869 37
                                    

Mentari menyambut awal hari. Dinginnya pagi menyelimuti permukaan bumi. Jalan-jalan sudah tak senggang lagi. Barisan manusia menunggu aktivitas yang tak pernah berganti.

War duduk di halte bus. Bersama manusia lain menunggu bus menjemput. Pukul 06.45 jam pada handphone nya tertera. Butuh sekitar 10 menit perjalanan untuk sampai dia ke penthouse dimana aktivitas baru menanti.

'Dilarang menggoda dan tergoda.'

Bayangan kata-kata datar Yin masih terngiang. Sialnya bagi War, dia hampir saja tergoda oleh perawakan Yin. Namun segera ia sadar bahwa uang tujuannya kini.

'Jika aku tidak boleh menggoda dan tergoda, maka Yin yang akan menggoda dan tergoda tanpa harus aku melakukan keduanya.' Setan dalam diri berbisik kuat.

Bssstt....

Suara rem bus membuyarkan lamunannya. War dan lainnya segera masuk dan syukurnya bus tergolong lega sehingga dia masih mendapat tempat duduk.

War berada di depan pintu penthouse Yin. Saat di bawah gedung, penjaga sudah tak mempertanyakan lagi maksud kedatangannya. Bahkan mereka langsung menyambut dengan sapaan kecil. Disini War baru menyadari, bahwa gedung ini adalah salah satu milik Wong Wei Group.

Tadi malam, War langsung mencari tahu semua tentang Wong Wei. Dia tidak ingin seperti orang bodoh yang tak tahu siapa tuannya. Dengan bertanya kepada Benz dan berselancar dalam internet. Sangat mudah informasi dia dapat, karena Wong Wei sangat terkenal terutama Yin yang menjadi dambaan berita setiap media.

Pintu penthouse terbuka setelah dia memencet bel. War melihat Vee yang kesulitan menjangkau handle pintu mengingat tingginya yang belum sampai. Vee dengan manja meminta War untuk digendong. War tentu tak segan langsung menurutinya, bahkan dia menciumi seluruh permukaan wajah Vee.

"Kenapa Vee masih memakai piyama? Vee belum mandi?"

Vee menggeleng manja dengan kepalanya yang masih menempel di dada War.
"Vee menunggu Phi War. Vee mau mandi dengan Phi."

Saat mereka sampai ke dalam, dilihat bahwa Yin sudah sangat rapi dengan koran di tangannya. Sesekali Yin menyeruput cangkir yang War yakini itu kopi dari aroma menguar.

"Swasdi Khrab tuan." War menyapa Yin sekedar menghormati sang tuan.

"Swasdi." Akhirnya Yin membalas walau hanya satu kata cukup bagi War.

"Ayo Phi mandi di kamar mandi dalam kamar Vee." Perkataan Vee menarik atensi War kembali.

"Oke Phi letakan tas Phi dulu."

Mereka memasuki ruangan kamar dengan Vee masih dalam gendongannya. Kamar ini sangat luas bahkan berkali-kali lipat lebih luas dari rumah keluarganya. Interiornya mewah dan elegan. Warna netral mendominasi setiap bagian.

"Ini kamar Vee?"

"Ini kamar Vee dan Daddy."

War sebenarnya merasa kaget, bagaimana mungkin dia masuk ke kamar utama tuannya. Menganalisis lebih jauh memang desainnya menggambarkan kesan siapa pemilik tempat ini. Berkuasa dan dingin.

"Tenang Daddy tidak akan marah Phi masuk kamarnya. Karena tidak mungkin Vee mandi di kamar mandi luar atau ruangan lain sedangkan semua kebutuhan Vee ada di sini."

"Ahh benar juga." War mulai memahami, tapi pastinya War masih sedikit segan dia masuk ke kamar tuannya.
"Biasanya Vee mandi dengan siapa?"

"Tentu Daddy." War merutuki pertanyaan bodoh dari mulutnya.

Mereka memasuki kamar mandi yang lagi-lagi membuat War tercengang. Jika kamar mandinya seperti ini, tentu membuat betah berlama-lama dia di dalam. Setelah memandikan Vee, mereka memasuki sebuah sudut dalam kamar, wardrobe.

Hot Daddy and Babysitter || YinWar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang