Mentari sudah kembali menyapa. Sinarnya mengusik lelap para manusia. Hawa berbanding menusuk hingga sukma. Bangun enggan namun itu menjadi paksa.
Kelopak mata berusaha membuka, namun yang terlihat pertama oleh War, dada keras Yin menempel pada wajah. Harum tubuh khas pria dewasa menyeruak hidung, sungguh War yakini berbeda dengan harumnya. Lengan Yin masih betah mengeratkan tubuh War, mungkin semalampun tak pernah lengan itu lepas. War hanya semakin menelusup pada kehangatan, sebelum kesadaran datang tentang rutinitas kehidupan.
"Phi, bangun, hm?!" War menepuk punggung Yin lembut.
"Eunggh.... sebentar lagi, War." Yin menggumam dengan semakin mengeratkan pelukannya.
"Pindah ke kamarmu, Phi. Jangan sampai Vee terbangun sebelummu."
"Kenapa harummu seperti Vee? Apa kamu seorang balita? Tapi ini berbeda, sungguh candu untukku. Aku ingin tetap menciumnya." Yin menciumi seluruh permukaan kepala War. War yang diperlakukan manis pagi hari, tersenyum meredam dalam dada Yin.
War sebenarnya pun sama, bahwa ia menyukai harum maskulin Yin, tapi itu tak mungkin ia ungkapkan, bisa jadi Yin akan semakin lama memeluknya. Tapi naluri War mengikuti tingkah Yin, kini War menciummu dada Yin yang tersaji di depannya.
"Ayolah Phi." War masuk membujuk.
"Bagaimana aku bangun, jika aku ingin kamu terus mencium tubuhku." War menghentikan aksinya, dia berganti dengan menggigit dada Yin.
"Awwww, sialan War. kamu pikir itu seperti kamu menyakitiku? Bukan War, itu seperti godaanmu di pagi hari." Yin melepas pelukannya, dan menggosok dadanya yang digigit War. War buru-buru bangun, War memahami kata Yin tentang 'godaan di pagi hari', War merutuki aksinya.
"Sana keluar, aku mau mandi." War mendorong tubuh besar Yin.
"Kamu mengajakku mandi?" Yin menyunggingkan senyum miringnya.
"Phi Yin!!"
"Maaf aku sedang menggodamu. Tapi benar kataku, apa yang kau lakukan itu godaan menyiksa. Walau sebenarnya kau tanpa melakukan apapun adalah godaan." Yin memegang tangan War yang kini mereka sudah duduk bersandar pada kepala ranjang.
War menggerakan kepala ke arah pintu kamar, bermaksud mengatakan bahwa Yin sudah saatnya keluar.
"Iya aku akan keluar." Akhirnya Yin. "Tapi, berikan aku kecupan pagi dulu."
War menggelengkan kepalanya.
"Atau aku akan tetap di sini, dan Vee akan menemukanku di kamarmu. Ingat Vee cerdas jadi dia tahu apa yang terjadi.""Ishh." Dengus War.
War mencium pipi Yin kilat. Namun tak sempat War mengelak, wajah War kini dalam rengkuhan tangan besar Yin. Yin menciumi seluruh permukaan wajah War, dahi, mata, hidung, pipi, dagu, tapi meninggalkan bibir yang hanya mendapat tekanan jempol Yin.
Sadar dari aksi Yin, War mendorong keras Yin hingga kepala Yin membentur kepala ranjang. War tidak peduli, dia langsung berlari menuju kamar mandi membawa malu dan merah pada wajah.
Sedang Yin yang melihat tingkah War, memasang senyum lebar, di matanya War bersikap sangat manis dan pemalu. Yin tak menghiraukan benturan yang didapatkan, yang sebenarnya tak begitu menyakitkan.
"Phi Yin?!" Kepala War muncul dari celah pintu kamar mandi. "Selamat pagi."
Brakk
Segera menutup pintu tanpa mendengar jawaban dari lawannya.
"Uhh manis sekali. Selamat pagi juga."
Setelah membersihkan diri, War berkutat di dapur, baru setelah selesai dia akan mengurus Vee yang pasti saat ini masih betah dalam mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy and Babysitter || YinWar [END]
ספרות חובביםYin Anan Wong, 28 Tahun, seorang CEO. Mempunyai gelar "Hot Daddy" dengan seorang putra. War Wanarat Ratsameerat, 22 Tahun, seorang mahasiswa tingkat akhir yang harus bekerja sebagai "Babysitter" seorang anak dari CEO. "Dilarang menggoda dan tergoda"...