Kisah masa lalu itu masih menjadi mimpi buruk yang tak akan terhapuskan. Kesedihan bercampur kemarahan melebur menjadi dendam. Waktu tidak mampu mengembalikan keadaan. Hanya menjalani rencana sampai waktu itu akan datang.
"Apa masih sakit?"
"Sangat."
War tidak tahu harus berkata seperti apa. Membuat kalimat penghibur pun percuma. War hanya mampu memeluk erat Yin seakan memberitahu bahwa War kini ada untuk Yin.
Yin bersyukur sekarang, saling diam mereka tidak berlanjut lama. War kini ada di sampingnya. Tidak harus menghibur dengan kata-kata, cukup meyakini mereka bersama dan saling menguatkan.
Lama mereka saling terdiam. Tidak tahu harus memulai kata seperti apa. Benak War, ada sekelumit kalimat yang hendak ia ucapkan, itu harus terucap, atau War akan menyesal.
War memandang wajah Yin lekat. Yin sangat tampan, dan penuh pesona. Bagi War, dia sangat beruntung, mendapatkan cinta yang sangat luar biasa dari orang yang luar biasa.
War mendekatkan wajahnya ke arah Yin. Mencium lembut bibir tebal Yin, menyertai dengan lumatan ringan.
Yin yang diserang tiba-tiba hanya terdiam. Tidak sempat Yin membalas ciuman War. Mata Yin membelalak kaget.
"Aku mencintaimu, Daddy."
Kini War memandang Yin lekat. Menunggu respon apa yang akan Yin berikan. Sial, rutuk War dalam hati. Yin tidak merespon apapun. Wajah Yin menyiratkan kekosongan. War menggigit bibir bawahnya. Apa waktu untuk membalas perasaan Yin kurang tepat?
War hendak melepas pelukannya dengan Yin. Namun Yin yang telah kembali sadar dari keterkejutannya lekas membawa kembali pinggang War untuk mendekat. Bibirnya sudah menempel erat pada bibir War. Melumat cukup dalam bibir War atas dan bawah. War pun tidak ketinggalan, dia juga membalas ciuman dari Yin.
Setelah ciuman mereka terlepas, mereka saling melempar senyum. Yin merengkuh wajah War lebih mendekat. Hidung mereka bersentuhan, bibir mereka hanya berjarak per-mili. Mungkin saat mereka berbicara bisa terjadi gesekan antar bibir.
"Aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu, baby."
Perasaan mereka membeludak. Kupu-kupu dalam perut berterbangan menggelitik. Sebuah kelegaan datang dari masing-masing. Akhirnya perasaan mereka telah sama, baik terungkap dalam hati, tindakan, dan mulut.
War menunggu kalimat selanjutnya yang akan di ucapkan Yin. Namun, Yin tidak juga mengucapkan kalimat lain.
"Lalu?"
"Lalu?"
"Daddy, tidak ada kah kalimat lain yang ingin di ucapkan?" War mencebilkan bibir bawahnya, namun tindakan War itu seakan War mengecup bibir Yin. Ingatkah kalian posisi mereka?
Yin malah mengecup bibir merah War, membuat War mendengus kesal. War menjauhkan wajahnya dari depan Yin. Namun sebelum itu terjadi, Yin lebih dulu membawa War untuk duduk dalam pangkuannya. Yin merengkuh pinggang kecil War, sedang War mengalungkan tangannya pada leher Yin.
"Kalimat apa yang ingin kamu dengar?"
"Hmm i-itu, Phi, ah maksudku aku sudah membalas perasaanmu, ja-jadi tidakkah Phi meminta aku untuk menjadi kekasihmu? Katamu akan ada langkah lain setelah aku tergoda olehmu." War bermain pada rambut tebal Yin, meremas dengan tangan kecilnya.
"Aku tidak pernah bilang bahwa setelah langkah menggoda akan ada langkah menjadi kekasih." Yin tersenyum licik.
"Jadi Phi hanya bermain denganku? Ishh... turunkan aku." Hati War seperti dipermainkan. Apa-apaan pria tua ini, setelah mendapatkan hatinya lalu dibuang begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy and Babysitter || YinWar [END]
FanfictionYin Anan Wong, 28 Tahun, seorang CEO. Mempunyai gelar "Hot Daddy" dengan seorang putra. War Wanarat Ratsameerat, 22 Tahun, seorang mahasiswa tingkat akhir yang harus bekerja sebagai "Babysitter" seorang anak dari CEO. "Dilarang menggoda dan tergoda"...