Jam dan hari akan terus berputar mengulang. Begitu pula aktivitas para insan. Sekarang dan nanti akan terus seperti itu. Bak robot yang terprogram paten.
War menjalani aktivitas yang selalu sama. Kampus dan penthouse menjadi singgahnya yang lama. Jarum jam menunjuk angka 11. Ini sudah terlalu larut dan Yin belum pulang. Yin tak mengabari dan War pun tertalu takut bertanya. Vee sudah terlelap nyenyak dalam kelananya. Untung tadi makan malam mereka tidak menunggu Yin. Jika ya, pasti mereka akan kelaparan.
War di ruang tengah membuka laptop untuk membuat tugas akhir. Memang War akan selalu menyempatkan membuat tugas akhir disaat ada celah waktu. Dengan coklat panas mengepul menemani malamnya.
Suara pintu terbuka, menampilkan Yin yang jauh dari kata rapi, sangat kusut. Dasi sudah tak berbentuk, jas yang dalam pegangan, beberapa kancing kemeja yang dilepas, lengan kemeja digulung dan rambutnya yang berantakan, gila hot seksi pikir War.
Lagi War mengakui terperosok dalam segala pesona Yin. War tak menampik fisik Yin tak ada cacat, saat rapi bahkan berantakan. Namun sifat Yin membuat kesan itu sirna.
Yin mendudukan diri di samping War dengan jarak yang lumayan. War berada di sudut kiri dan Yin sudut kanan. Yin menyandarkan kepalanya di senderan sofa, menutup mata dengan lengan kekarnya.
"Aku akan membuatkan minum hangat untuk Phi "
"Hmm." Hanya gumaman.
"Ini Phi, minumlah."
Yin membuka matanya, tapi saat mulut cangkir hampir mengenai mulut Yin, dia meletakan kembali.
"Aku tak ingin coklat. Buatkan aku kopi."
"Tidak ada kopi malam ini Phi. Kopi akan membuat Phi sulit tidur, jadi lebih baik coklat karena mampu menenangkan pikiran stres." War menggeleng kepala.
"Kamu tahu ak-"
"Phi tak suka bantahan, dan aku pun saat ini tak ingin dibantah." War menghela nafas sejenak. "Pikirkan kesehatan Phi, Phi butuh istirahat dan kopi akan mengganggunya."
Yin kali ini kalah dari War. Yin mengakui bahwa yang dikatakan War benar, jika meminum kopi maka dia sangat sulit beristirahat malam ini. Yin sangat membutuhkan istirahatnya.
"Apa Phi sudah makan?"
Yin tak membalas dengan kata, tapi hanya gelengan kepala.
"Aku akan membuat makanan untuk Phi. Jadi sambil menungguku memasak , Phi bisa membersihkan diri dulu."
"Tidak perlu, aku akan langsung tidur." Jawab Yin saat War hendak beranjak.
"Phi...!" War menatap jengah ke arah Yin. "Apakah ini yang kau lakukan selama ini? Hidup semaunya tanpa memikirkan kesehatan? Tidak mau tahu, pokoknya sebelum tidur perutmu harus terisi. Kamu tak suka dibantah maka aku pun sama tak ingin dibantah."
War melenggang ke arah dapur sambil bergumam membodohi kelakuan tuannya.
"Percuma punya tubuh bagus tapi tak sehat. Kemana istrinya sehingga tak mengurus suami gila kerjanya?" War bergumam lirih, namun telinga Yin cukup jelas mendengarnya.
Yin sebenarnya tak mengerti bagaimana dia tak mampu membantah tingkah seenaknya War. Dia bukan tipe penurut, tapi semua kata-kata War tak mampu ia bantah walau sebenarnya sangat mudah. Atau karena dia sudah terlalu lelah.
Setelah mandi, Yin mengganti bajunya dengan kaos dan celana pendek. Mendekati Vee yang sudah tertidur. Mengelus rambut halus Vee dan mengecup ujung kepalanya.
"Istri?" Yin berkata kecut mendengar satu kata ini. Entah ia memikirkan sedikitpun tak pernah.
Di ruang makan War sudah menata makan malam ringan untuk Yin, dengan beberapa bahan makanan yang mampu ia olah. Bukan karena War tak mampu memasak, tapi bahan makanan yang tak banyak. Semua diisi makanan ringan dan instan. War menyadari karena penghuni penthouse yang jarang memasak atau tak pernah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy and Babysitter || YinWar [END]
FanfictionYin Anan Wong, 28 Tahun, seorang CEO. Mempunyai gelar "Hot Daddy" dengan seorang putra. War Wanarat Ratsameerat, 22 Tahun, seorang mahasiswa tingkat akhir yang harus bekerja sebagai "Babysitter" seorang anak dari CEO. "Dilarang menggoda dan tergoda"...