Ragaku 35

746 35 1
                                    

Aku menyukai Raga yang sesekali posesif seperti ini. Aku jatuh cinta dengan sikapnya ini. Selalu membuatku luluh. Membuatku merasa dicintai. Aneh?? Hahaa..

"Ga..aku mau buka gorden bentar."

"Diluar masih gelap sayang.."

Lalu aku diam. Menikmati pelukan Raga. Kuelus permukaan tangan Raga yang melingkari perutku.

"Mimpi indah gak semalem sayang..?" Bisik Raga ditelingaku sambil tangannya menelusup kedadaku yang belum tertutup bra sejak semalam.

"Mimpiin aku nggak?" Tanyanya lagi. Lalu meremas salah satu dadaku. Tubuhku seketika berdesir. Kutarik tangannya yang nakal itu.

"Enggak, tidur aku kayaknya puleeeeeesssss banget. Malah kayaknya aku sampe gak gerak-gerak. Lengan kamu sakit gak yaang? Semaleman aku tidurin."

Aku bangun kemudian memijit lengan Raga.

"Enggak kok sayang.." Raga menatapku lembut.
"Badan kamu ringan gitu kayak kapas" ucapnya datar.

"Ekhem..!! Kamu nyindir??"

Raga tergelak. Lalu menarik pinggangku kembali merapat ketubuhnya. Raga menempelkan wajahnya ke leherku. Sesekali mengecupnya. Tubuhku terkunci diantara kedua lengannya yang lebar.

"Sayang kalau aku lamar secepatnya kamu gak bakal nolak kan?" Tanya Raga tiba-tiba.

"Hmm.."

"Hmm..?" Rautnya terlihat kebingungan.

"Emang kap...mhh....." Jari Raga kembali menyusup ke dalam bajuku. Menangkup salah satu dadaku kemudian meremasnya lembut. Lidahku tiba-tiba kelu. Kutepuk bahunya. Kugigit bibirku menahan gelanyar dari dalam tubuhku. "Emang kapan?"

"Lamaran resminya segera setelah kita tiba di Makassar sayang. Harus dibicarain dulu sama om dan tante. Sama pihak WOnya. Kapan bisa dijadiin secepatnya. Aku cuma mastiin sayang, kamu bersedia kan kita nikah secepatnya? "

"Iya sayang.." ucapku tanpa ragu.

Kurasakan dari leherku, bibir Raga bergerak tersenyum.
"Yaudah, mulai hari ini aku siapin."
Ujung hidung Raga mulai mengendus leherku lagi. Sesekali ujung dagunya yang kasar menyentuh pipiku. Tubuhnya beralih menindih tubuhku.

Matanya menatapku intens.
"Jadi gak sabar tiap pagi kayak gini". Ucapnya dengan kepala dimiringkan, bibirnya mengulas senyum.

Aku ikut tersenyum mendengarnya. Kuusap wajahnya yang ditumbuhi bulu kasar.

Raga kemudian memagut bibirku pelan. Kubalas dengan ritme yang sama. Tanganku kini melingkar penuh ke lehernya. Dan Sesekali menelusuri kepala Raga. Sementara satu tangan Raga sejak tadi bermain dengan kedua dadaku.

Sesuatu yang keras menyentuhku dibawah sana. OH...! Raga junior sudah tegang. Hahahaa..

Dengan perlahan kulepaskan pagutan bibir Raga. Raga menatapku sayu. Seolah bertanya.

Aku lalu tersenyum menatap matanya, kembali membimbing Raga menciumku. Kali ini ciuman Raga tidak lembut, tetapi bersemangat penuh tuntutan. Aku hanya bisa mengerang kenikmatan. Menikmati tanda cinta dari Raga pagi ini.

Setelah nafas kami tersengal, baru Raga melembutkan kembali ritmenya. Disela ciumannya, "Tidur dikit lagi sayang.., aku masih ngantuk". Aku lalu mengangguk. Dan Raga mengecup bibirku sekali.

Tubuh Raga masih menindihku. Kepalanya kini dibaringkan didadaku. Tertidur penuh kedamaian. Kubelai kepalanya, turun ke punggungnya. Mataku perlahan terasa berat kembali. Aku lalu tertidur.

                           ***

Pkl 9.15 wita...

Aku terbangun melihat jam di handphoneku.
"Yaampun...!" Ucapku lalu melompat dari tempat tidur.

"Kenapa sayang? Heyy.. aku disini" ucap Raga menangkap pergelangan bahuku. Lalu memelukku, menenangkanku.

"Kita masih keburu gak? Kalo ntar kamu telat, kita gak usah ke Seminyak"

"Bisa kok sayang. Aku udah mandi nih." Ucap Raga menyadarkanku.

Aku melepaskan dekapan Raga, lalu menatapnya. Raga masih belum masih mengenakan celana pendek tanpa atasan yang menutupi tubuhnya. Tubuhnya pun sebagian masih basah dengan wangi segar dan maskulin yang memabukkan.

Raga lalu mendorong bahuku menuju kamar mandi. "Jangan lama yaa mandinya.."

Aku masuk kekamar mandi. Kemudian membasuh wajahku terlebih dahulu. Lalu teringat adegan semalam, yang kami lakukan didepan wastafel ini. Aku tiba-tiba tersipu malu.

RagakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang