Untukmu Sadewa Bulan Atmajaya, sejauh ini yang kuminta hanya satu; kamu bahagia dengan apa adanya dirimu.
Buku ini aku persembahkan untuk Tuan yang namanya seirama dengan hiasan langit, Bulan. Tentang bagaimana semesta mempertemukan kita dengan cara...
Dia memang tidak istimewa, tapi dia berhasil membuat hal - hal yang dilakukan bersamanya menjadi jauh lebih berharga
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
************* Hai, Sadewa Bulan Atmajaya.
Apa kabar hari ini?
Apa vespa putihmu itu sering macet lagi? Atau malah sudah kamu ganti dengan mobil Honda HRV yang juga berwarna putih?
Namun, mari kita abaikan kendaraan apa yang sekarang sedang kamu pakai. Mari kita berbicara tentang bagaimana aku melihatmu.
Airin pernah bertanya, apa hal yang menarik dari kamu, sampai - sampai aku bisa jatuh hati padamu.
Jawabanku sederhana, tidak ada.
Kamu itu sebenarnya jika dipamerkan atau diceritakan, tidak ada istimewanya sama sekali. Kamu orang yang sederhana, terkadang dingin, terkadang manis. Candaanmu dengan teman - temanmu terkadang membuatku berpikir lebih keras lagiperihal;
"Sebenarnya seperti apa Bulan itu?"
Kamu bukanlah orang yang romantis, tidak pernah memberikan surprise makan di restoran mahal atau selalu menanyakan aku sedang apa, sudah makan atau belum, dan menyuruhku tidur karena sudah larut. Lihat? Sikapmu jauh berbeda dari kekasih teman - temanku. Namun, aku menyadari satu hal. Kamu memang tidak sempurna, ada banyak cela di dirimu. Kamu bukanlah orang yang istimewa, kamu bukanlah orang yang pandai mencairkan suasana, tapi denganmu, hal - hal yang awalnya terasa biasa saja, bisa terasa begitu berharga.
Seperti duduk di atas motor berdua ketika menunggu lampu merah, makan di burjo dekat kampus, atau memberi makan kucing jalanan di dekat pasar. Hal - hal itu jika dipikir tidak ada menariknya. Namun nyatanya, kala aku melakukannya denganmu, aku bisa merasa begitu bahagia.
Kamu jarang memberikan pujian atau kalimat bualan - bualan seperti;
"Kamu cantik"
Atau
"Aku menyayangimu melebihi apapun"
Tidak. Kamu jarang melakukan itu. Kamu bukanlah mahasiswa yang pintar, bukan pula bodoh. Bukan mahasiswa rajin, tapi bukan juga mahasiswa yang malas. Bukan orang yang selalu rapi dan tertata, tapi juga tak selalu berantakan. Kamu berbeda jauh dengan kakak tingkat sepantaranmu yang terlihat begitu tak tergapai. Namun, ada satu hal di dirimu yang tak dimiliki oleh mereka;
Caramu menatap lawan bicaramu.
Caramu menatapku ketika aku berbicara benar - benar mampu membuatku merasa begitu diperhatikan. Kamu selalu menatap lawan bicaramu, memberikan atensi penuh kepada mereka, dan tak menyela ketika berada di satu pembicaraan. Kamu selalu memberikan respon yang positif, dan tak menghakimi seseorang yang memiliki pendapat yang berbeda denganmu. Bulan, ada banyak kebiasaan kecilmu yang bisa membuat orang lain merasa perlu belajar darimu.
Bulan, kamu pernah bilang;
"Pacaran sama aku itu susah, aku nggak sempurna. Nggak se-ganteng Theo, nggak se-keren Joni, nggak se-asik Yudha"
Siapa bilang jadi pacarku itu harus jadi sempurna?
Siapa bilang jadi pacarku itu harus memiliki paket komplit seperti ayam Mcd?
Siapa juga yang bilang kalau aku itu ratu yang harus punya pasangan seperti tokoh novel?
Bulan, padamu aku tak pernah mencari sempurna ataupun mencaci celamu. Untukmu, aku bisa mencintai dirimu yang tak sempurna itu.
Bulan, pernahkah aku mengatakan ini? Jika sudah, biarkan ku ulangi sekali lagi.
Senyummu itu indah, sampai - sampai candi Prambanan kalah indah dengan senyummu.
Tatapanmu itu teduh, sampai awan mendung pun merasa malu saat bersitatap dengan netra jelagamu itu.
Suaramu sangat merdu, sampai - sampai kicau burung pun takut kalah saing dengan senandungmu.
Bulan, dirimu itu butuh untuk kamu apresiasi lebih. Ada banyak hal yang ada padamu dan tak dimiliki oleh orang lain, ada bagian dari dirimu yang kamu anggap biasa saja, malah membuat iri orang lain.
Bulan, aku saja bisa mencintaimu dengan sangat. Lalu kenapa kamu tidak?
