I could be anything in the world, but i wanted to be his
-Rupi Kaur
************
Hai, Bulan.Masih ingat hari dimana aku memanggilmu dan mengajakmu berkenalan? Sebelumnya, aku ingin meminta maaf jika dulu aku aneh. Hanya saja, jika aku tidak begitu, pertemuan kita di parkiran kampus itu hanya akan terlewat seperti pertemuan - pertemuan kita yang lain.
Mungkin kamu pikir hari itu adalah pertemuan kedua kita, tapi lagi - lagi kamu salah. Semesta selalu mempertemukan kita dengan caranya yang begitu lucu. Seperti kala kita berpapasan di danau Fakultas Kehutanan, kamu yang berdiri di antrian kasir yang sama denganku, atau ketika aku tak sengaja melihatmu sedang memberi makan kucing di taman. Sayangnya, di setiap pertemuan kecil kita itu, selalu hanya aku yang menyadari—sedangkan kamu tidak. Namun, kamu tahu apa hal yang paling menarik dari semua pertemuan kecil kita? Aku tak pernah mencarimu—aku selalu menemukanmu dengan cara yang sama sekali tidak aku rencanakan.
Bulan,
Kala aku menyadari motormu terparkir di Fakultas MIPA, aku bertanya - tanya, apa alasan yang membuatmu mau parkir di tempat yang cukup jauh dari gedung seni rupa? Apa kamu memiliki incaran di fakultas MIPA sampai - sampai kamu rela parkir sejauh itu? Atau kamu hanya iseng dan ingin tebar pesona melihat waktu itu kamu sudah berstatus lajang? Tapi mau apapun alasannya, aku tetap merasa senang karena setidaknya, aku bisa bertemu denganmu lagi.
Bulan, mari kita ingat kembali awal kita berkenalan.
'Mas Bulan?'
Aku tebak kamu bisa mendengar suaraku ketika membaca ini. Eummm... Masih ingat ekspresimu dan teman - temanmu? Kalian berhenti berjalan, memandangku dengan tatapan aneh dan kikuk.
'iya?' Sahutmu sambil membenarkan letak tali tas punggungmu yang hanya kamu sampirkan sebelah.
Sungguh, aku bersumpah tiba - tiba saja Semarang terasa lebih sejuk sore itu.
'Saya Amanda, Jurusan Biologi angkatan 2018'
Ah, jika mengingat caraku berkenalan denganmu, sungguh aku ingin menutupi wajahku dengan paper bag—sangat memalukan. Apalagi kala aku melihat responmu yang hanya menaikkan sebelah alis dan menatap bingung tanganku yang terulur.
'diajak kenalan tuh' celetuk salah satu temanmu yang aku tahu namanya Aryudha.
Kamu hanya tersenyum, menyambut tanganku yang mulai pegal karena dibiarkan menggantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna | Moon Taeil
Storie breviUntukmu Sadewa Bulan Atmajaya, sejauh ini yang kuminta hanya satu; kamu bahagia dengan apa adanya dirimu. Buku ini aku persembahkan untuk Tuan yang namanya seirama dengan hiasan langit, Bulan. Tentang bagaimana semesta mempertemukan kita dengan cara...