Lembar ke sembilan; Mulai hari ini, dia adalah bulanku

400 136 28
                                    

"He's not perfect but  he's all i want"

*************Bulan, kali ini aku sedang tak ingin bercerita tentang sikap tak tentumu atau sisi burukmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*************
Bulan, kali ini aku sedang tak ingin bercerita tentang sikap tak tentumu atau sisi burukmu. Tidak, sama sekali tidak. Kali ini aku ingin bercerita tentang hari dimana  akhirnya, seluruh sikap tak tentumu itu menghilang, tentang seluruh sikap dingin maupun raguku ikut menguap bersama udara.

Bulan, setelah berbulan - bulan kamu gantung perasaanku,menganggap tiga bulan sebagai masa pendekatan padahal rasanya tidak seperti itu karena tingkahmu yang mudah berubah, akhirnya kamu bersedia memberiku kepastian.

Hari itu tanggal 30 Agustus, aku masih ingat bagaimana secara tak terduganya kamu datang ke kost - kostanku. Hari itu kedatanganmu bukan karena ingin memberikan martabak manis karena abang penjualnya salah pesanan ataupun motor vespa antikmu itu tiba - tiba mogok di depan pintu gerbang kost-ku. Hari itu kamu datang dengan membawa kotak bekal, jemarimu mengetuk tutup kotak makan sembari menungguku keluar. Aku masih ingat bagaimana raut gugupmu kala itu, bahkan helm putih kesayanganmu masih setia terpakai di kepala.

"Amanda, maaf" ucapmu sambil menunduk. Aku tak menjawab, hanya bergeming menunggumu melanjutkan kalimatmu yang sepertinya belum tuntas.

"Manda, maaf ya kalau selama ini bikin kamu bingung. Maaf juga udah bikin kamu nunggu sesuatu yang nggak jelas"

"Mas bulan kenapa sih?" Tanyaku karena aku benar - benar tidak mengerti kenapa tiba - tiba kamu bersikap demikian.


"Aku suka kamu, Manda. Nggak perlu dijawab sekarang, kok. Jangan dibikin beban"

Bulan, bagaimana bisa kamu berpikir bahwa memberimu jawaban adalah beban bagiku? Bulan, perasaanku padamu sudah terlampau jelas, begitu jelasnya sampai - sampai kamu tak bisa melihatnya dengan baik. Untuk memberimu jawaban, bagiku itu bukan beban, tapi kewajiban.

"Mas, aku lho udah suka kamu dari dulu. Kamunya aja yang labil terus nggak peka"

Ku lihat perlahan senyummu terbit, begitu indah, sampai bulan yang di langit pun malu untuk menunjukkan diri—takut kalah saing dengan senyummu.

"Bulan! Langsung gas ajalah! 'Amanda, hanaman seontaekae eoseo YES or YES?' Gitu Lan! "

Tiba - tiba suara teriakan seseorang terdengar dan disusul gelak tawa beberapa orang. Ternyata, suara tawa dan teriakan itu berasal dari teman - temanmu yang sedang mengawasi kita dari dalam mobil. Aku bisa melihat kepala Yudha melongok ke luar sambil tersenyum jahil. Aku dan kamu sama - sama menoleh, kamu tertawa dan aku menunduk malu. Sedetik kemudian, kamu menarik tanganku, meletakkan kotak makan yang kamu bawa di telapak tanganku.

"Amanda, jadian yuk!" Ajakmu secara tiba - tiba.

Jujur, caramu sangat jauh dari kata romantis. Tidak seperti lelaki yang ada di novel fiksi maupun film. Namun, walaupun begitu singkat dan tidak jelas, kamu berhasil membuatku merasa sangat bahagia.

Aku tersenyum sebagai balasan, lalu tiba - tiba suara popper party terdengar dari dalam mobil teman - temanmu, serbuk kerlap - kerlipnya keluar dari balik jendela dan disusul suara teriakan heboh Yudha, Joni, dan Theo.

"Di situ ada nasi, sayur, buah, sama ayam. Nggak nyuruh kamu makan soalnya kamu udah gede, pasti paham fungsinya makanan buat diapakan"

Aku membuka kotak makan itu, benar saja. Di sana ada nasi merah yang dicetak rapi berbentuk singa, ada sayur capcai yang warnanya sangat menggiurkan, ayam goreng yang minyaknya tak terlalu banyak dan buah apel yang sudah dipotong menjadi enam bagian.

"Oh iya, ultramilk-nya ketinggalan. Rasa strawberry 'kan?" Tanyamu sambil menyodorkan sekotak susu rasa strawberry yang kamu ambil dari tas coklatmu.

Aku tersenyum geli, karena yang kamu beli adalah susu kotak strawberry kids yang dikhususkan untuk anak - anak.

"Kenapa menunya empat sehat lima sempurna?" Tanyaku sambil memasukkan satu potong apel ke dalam mulut.

"Biar sehat. Soalnya pacaran sama aku itu susah"

—harus siap patah hati, itu 'kan maksudmu?

Kala itu, aku tak peduli dengan kalimat tersirat itu. Aku hanya merasa senang, merasa bahagia, karena akhirnya perasaanku tak berakhir dengan bertepuk sebelah. Kala itu aku tak memikirkan segala cela yang kamu miliki, karena entah sempurna atau tidaknya kamu, yang aku pikirkan hanya satu;

Mulai hari itu, kamu adalah Bulan-ku.

**************
Hello!!!

Thanks for reading!!

Don't forget to vote and comment!!

Don't forget to vote and comment!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yudha fanboynya Mina Twice

Byebye~

Salam manis,
Royalsjeno_

Lakuna | Moon Taeil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang