Lembar ke dua belas; Narasi tentang Bulan

384 114 25
                                    


Narasi ini berisi tentang Sadewa Bulan Atmajaya—seseorang yang ku cintai dengan begitu penuh.

Dia bukanlah orang yang sempurna, ada banyak cela di hidup dan jiwanya.

Dia terkadang merasa tak percaya diri, sering merasa minder, dan sering menghakimi dirinya sendiri jika gagal.

Dia orang yang sederhana, senyumnya indah, dan wajahnya tampan.

Dia bisa membuat orang bahagia hanya dengan melihat senyum manisnya.

Dia bukan tipe orang yang mudah menyatakan perasaannya,

Ia bukan tipikal orang yang pintar mengolah kata hingga membuat orang lain jatuh hati padanya.

Mau tau apa yang membuat orang lain mudah jatuh padanya? Bahkan bisa membuat primadona kampus seperti Terresa menjadi kekasihnya?

Hanya satu; perlakuannya.

Bulan tak pernah bertanya "sudah makan?", tapi ia akan datang sambil membawa makanan tanpa diminta.

Dia tak pernah mengingatkan "cepat tidur, sudah larut", tapi ia akan menelpon dan menemani sampai lawan bicaranya tertidur.

Ia tak pernah mengingatkan "waktunya ibadah", tapi ia akan langsung mengajak mampir ke masjid ketika sedang jalan berdua.

Ia tak pernah memberikan kejutan ulang tahun yang mewah cukup satu roti kecil dan ucapan

"Apapun pilihanmu, semoga tetap bahagia"

Bulan tak pernah memberikan sebuket bunga, tapi ia pernah membawakan kaktus untukku. Katanya, kaktus lebih awet daripada mawar.

Lelaki itu terkadang bersikap dingin, karena pada dasarnya ia memang pendiam. Hidupnya hanyalah musik, kanvas, dan cat air. Tak jarang baju mahalnya terkena percikan cat dan tak langsung ia cuci—padahal katanya ia harus makan nasi tempe setiap hari agar bisa membeli baju dari brand menengah ke atas. Hari - harinya tak pernah lepas dari suara berisik knalpot vespa tua, biarpun body motor vintage itu masih mulus, suaranya tak jauh bebeda dengan vespa yang sudah tak terurus.

Suara vespa memang begini, sanggahnya.

Pemuda itu tak menyukai senja, ia lebih menyukai dini hari. Dia pernah menelponku tepat jam setengah tiga pagi, mengajakku berbincang hal - hal yang terdengar sedikit tak masuk akal—pengaruh alkohol sepertinya. Karena hari itu kudengar ia sedang berpesta dengan teman sekomplotan nya.

Bulan tak menyukai gunung, ia lebih suka ke kota lama ataupun berjalan - jalan menyusuri jalan raya. Karena menurutnya, gunung tak pernah baik padanya. Ia pernah tersesat kala pertama kali mendaki, pernah hampir terjun ke jurang di kali kedua ia mencoba pergi ke puncak. Sejak saat itu, ia merasa gunung tak pernah mau menerimanya.

Bulan bukanlah anak baik - baik yang sering kau temui di dalam masjid. Ia tak pernah meninggalkan ibadahnya, tapi bukan berarti ia tak pernah melakukan dosa. Minum alkohol? Itu sudah seperti kebiasaan baginya. Merokok? Sepertinya mulutnya akan terasa asam jika sehari saja tak menyesap tembakau. Rajin? Ia belum cukup memenuhi kriteria untuk disebut rajin, tapi juga terlalu baik untuk dikatakan pemalas. Jika ditanya kenapa aku mau bersamanya? Entahlah, ia memang tak sempurna, ia suka melakukan hal yang normalnya membuat perempuan lugu menjauh. Namun, ada beberapa hal yang mungkin terdengar biasa, tapi bagiku itu cukup untuk dijadikan pertimbangan. Bulan tak pernah merokok ketika di dekatku, padahal aku tak pernah bercerita jika aku benci asap rokok. Ia tak pernah mengajakku berpesta bersama teman - temannya, karena ia tahu akhirnya akan buruk, ia bisa menghargai apapun keputusanku, ia tak pernah mengatur bagaimana aku harus bersikap dengan dalih dia adalah kekasihku, ia bisa diajak bercanda dan juga membahas hal yang serius.

Dunianya memang tak terjadwal, tapi bisa kupastikan hidupnya tak akan berantakan.

Awalnya ku kira ia hanyalah sang fana, yang hanya bisa ku pandangi dari jauh. Bertemu dengannya adalah sebuah ketidaksengajaan yang selalu ku syukuri. Berawal dari pertemuan di perpustakaan, berlanjut dengan pertemuan - pertemuan kecil yang tak pernah kubayangkan. Berkenalan dengannya ternyata tak semenakutkan itu, mungkin awalnya tanganmu akan ia biarkan tergantung begitu saja, tapi jika kau mau bersabar, tangan lembutnya akan menyapa telapakmu. Aku memang tak lama mengenalnya, bahkan lama hubunganku dengannya masih dalam hitungan bulan. Namun, aku sedikit memahami beberapa sikap dan kebiasaannya.

Untuk kalian yang ingin mendekatinya, ku beri sedikit bocoran. Bulan suka menarik - ulur perasaanmu, sikapnya mudah berubah seperti siang dan malam—terkadang dingin, terkadang hangat, kau hanya perlu bersabar. Ia tak begitu suka dikirimi pesan beruntun, semakin kau kirimi pesan akan semakin lama ia menjawabnya. Dia bukan tipikal orang yang mudah mengawali pembicaraan, ia lebih suka menanggapi dan memberikan afeksi. Dia tidak begitu suka diajak menonton karena dia akan tertidur di tengah - tengah film. Bulan suka makan es batu, katanya ia pernah tersedak bongkahan es dan teman - temannya hanya  tertawa. Jangan mudah mengeluh ketika diajak keliling Semarang, karena ia akan menurunkanmu di tengah jalan—katanya, ia tidak akan pernah berkencan dengan orang yang tak bisa menghargai tempat kelahirannya.

Untuk dirimu yang mungkin akan menjadi garis akhirnya. Mungkin ia tak sempurna, tapi tolong tetaplah bersabar dalam menghadapinya. Mungkin terkadang sikapnya terlihat begitu plin plan, tapi jangan pernah pergi darinya. Dia orang yang cukup baik, jangan pernah sakiti dia dengan perilaku kasarmu. Bulan memiliki rasa tidak percaya pada dirinya, bantu ia meyakinkan diri bahwa ia lebih dari cukup. Tolong jaga dia, rawat ia ketika sakit, jangan biarkan dia terlalu banyak meminum alkohol dan menghisap tembakau. Beri dia pengertian, jangan biarkan dia begadang, jangan biarkan ia terlalu sering bermain gawai, ingatkan ia sudah gelas ke berapa kopinya hari ini, beri ia dukungan dengan sepenuh hatimu karena terkadang ia merasa menyerah adalah satu - satunya jalan, ajak dia bermain ABC lima dasar untuk sekedar menghiburnya, karena Bulan sering merasa suntuk dengan segala tugas - tugasnya, jangan repotkan dia dengan harus berkirim kabar tiap waktu, karena jika kau memutuskan untuk berkencan dengannya, kau harus siap diduakan dengan kanvas.

Sekali lagi, tolong jaga dia

—karena aku tak bisa melakukan itu.

************
Hello!!!!

Thanks for reading!!!

Don't forget to vote and comment!!!

Author note :
Kalau bingung, jadi ini kayak buku yang ditulis sama Amanda, kalau kalian baca dari awal, kalimatny selalu ada yang mengandung kilas balik. Ini bukan akhir, baru nyampe pertengahan. Kalian belum ketemu sama jatuh bangunnya hubungan Amanda - Bulan.

Dapat salam dari mas Bulan

Dapat salam dari mas Bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Byebye~

Salam manis,
Royalsjeno_

Lakuna | Moon Taeil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang