Sebenarnya apa yang aku saksikan dalam layar pemujaan tadi hanyalah sekumpulan kisahku yang belum utuh, masih banyak pecahan yang perlu dipunguti untuk kemudian disusun menjadi sebuah kisah menarik. Terlebih itu adalah masa lucu, patutlah kiranya jika aku memunguti semua itu sendiri dan bukan pula aku sombong jika menolak uluran tanganmu yang empuk itu. Hanya saja aku ingin mengenang diriku yang dulu tanpa harus ada rasa malu, tanpa ada pencampuran kimiawi yang bakal membuat sakit berhari-hari. Lebih baik aku sendiri menyulami diri hingga benar-benar tak berperih lagi, dan semua akan kembali.
Mengenang diriku yang dulu, mengenang lucu wajahku, mengenang dirimu yang tak utuh serta mengenang masa yang berbatu.
Malang, 05 November 2009
KAMU SEDANG MEMBACA
gara-gara secangkir wajahmu aku tidak bisa tidur
Poetrywajah kekasih yang membuat mabuk kepayang