Hening yang aku puja tidak lagi bercahaya, semakin hari aku semakin ingin meninggalkannya. Entahlah, aku semakin tidak mengenali lingkungan ini. Mungkin sudah saatnya aku memeluk dirimu lagi, dan membisikkan nada-nada letihku pada cuping mimpimu yang berderu setiap waktu. Aku pun mulai berani mengenalkan diri pada orang tuamu, meminta restu untuk mengajakmu berlayar dengan rakit tuaku, meminta sangu pada ibu. Dan akhirnya berangkat dengan optimisme putra raja, serta melaju tanpa ragu.
Malang, 06 November 2009
KAMU SEDANG MEMBACA
gara-gara secangkir wajahmu aku tidak bisa tidur
Poetrywajah kekasih yang membuat mabuk kepayang