Chapter 29 - Tanah Yang Masih Basah

4.4K 614 99
                                    

Hujan mengguyur kota siang tadi, musimnya memang sudah dekat, tak heran jika tetes air itu akan lebih sering menyapa bumi. Namun untungnya, begitu sore menjelang, amukan dari awan yang tengah memuntahkan muatannya itu perlahan berhenti, memberi kesempatan bagi pelajar maupun pekerja untuk pulang ke rumah masing masing.

Felix mengambil cuti untuk berbulan madu dengan sang suami, membuat Jisung mau tak mau harus mengurus semuanya sendiri untuk beberapa hari ke depan.

Pukul lima sore dan semuanya telah selesai, tubuh mungil itu ia sandarkan, menggerakkan kaki untuk memutar mutar kursi sembari memijit kening pelan, tak pusing kok, Jisung hanya suka melakukannya.

Rasanya begitu nikmat, beban yang sedari tadi bermunculan silih berganti seketika menghilang seperti terkena mantra ajaib.

Yang sekarang ingin ia lakukan hanyalah pulang, berendam, makan dan kemudian kegiatan favorite Jisung yaitu berbaring di balik selimut hangat.

Drtt drtt...

Jisung membuka mata sembari lirik ponsel yang tergeletak di atas meja dari sudut mata, tangannya bergerak untuk mengambil benda pipih tersebut sebelum akhirnya membaca pesan masuk.

"Semoga bukan pekerjaan lagi." Jisung membatin sembari harap harap cemas.

Oh sialan, dirinya benar benar tak bisa pulang dengan cepat saat ini.

Tanpa membalas pesan tersebut, Jisung segera mengambil jaket yang tersampir pada sandaran kursi, melingkarkan lengannya pada pundak lalu mengikat sampul di depan leher –terlihat seperti seseorang memeluk Jisung dari belakang- pemuda manis itu segera membawa langkahnya menuju ke lantai dasar.

━━━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━━━
c o n f u s i n g
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━


Gangguan kali ini tak terasa menyebalkan, sebaliknya, Jisung merasa begitu senang karena waktunya sudah direbut paksa oleh sosok bernama Minho.

Benar, tadi pemuda Lee itu mengatakan jika dirinya sudah berada di parkiran restoran milik Jisung, menjemput yang lebih muda untuk berjalan jalan sebelum kembali ke rumah masing masing.

Aspal di bawah mereka masih sedikit becek karena ulah hujan turun tadi, buat orang orang yang berjalan di atasnya harus berhati hati supaya kubangan tersebut tidak menyiprat lalu berakhir mengotori kaki.

Minho genggam tangan Jisung, menariknya untuk lebih masuk ke dalam area penjaja makanan yang khusus buka dari sore sampai malam hari. Berbagai jenis makanan ada di sini, mulai dari cemilan bahkan makanan berat sekalipun, makanan manis, pedas, kering, berkuah, semua tersedia. Benar benar surga kuliner.

Dan Jisung, mulut pemuda manis itu telah memproduksi liur lebih banyak dari biasanya.

"Kau ingin membeli apa?"

Percayalah, Minho yang terbaik!

Dengan wajah berbinar, Jisung segera mengatakan beberapa jenis makanan yang ingin ia cicipi. Minho merasa gemas, tangannya seketika mencubit pipi berisi milik Jisung sebelum akhirnya kembali menarik lengan mungil itu untuk pergi ke stand yang ia sebutkan tadi.

Jisung tentu sadar dengan tautan hangat di bawah sana, ingin rasanya melepas karena dilingkupi kecanggungan, namun setiap Jisung melonggarkan genggaman mereka, Minho akan menggenggamnya kembali, seolah mencegah untuk Jisung menjauh.

Confusing [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang