PART 3

1.1K 1K 353
                                    

Balik lagi euyy.

Puter mulmed nya yuk
|Moonlight Melody-Red Velvet|

Puter mulmed nya yuk|Moonlight Melody-Red Velvet|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jan lupa pollow akun Author yuk
Mari kita mulai...



1 minggu kemudian....

Hari yang ditunggu tunggu kini tiba. Dimana siswa siswi bisa bernafas lega selepas MPLS berlangsung. Vivi menenteng tas dengan bahagia. Kakak kelas itu tak seperti yang diduga. Sebenarnya mereka baik, hanya karena tuntutan tugas. Mereka harus tegas. Viola, perempuan berpipi cubby datang ke sekolah dengan senyum lebar. Menampilkan gigi yang rapi, disertai rambut yang berterbangan kesana kemari akibat angin. Ia memasuki gerbang sekolah dengan santai. Untung saja, Vivi tidak terlambat. Melangkahkan kaki di lorong sekolah dengan semangat. Menghampiri mading sekolah tepat di depan ruang Aula. Ia mulai mencondongkan badannya kedepan. Lalu jari telunjuk digunakan untuk mencari nama. Mata dia tajamkan karena tulisan nama yang begitu banyaknya.

Viola Martina - VII B

Ah, itu dia namanya. Agak susah mencari nama karena berawalan huruf V.

"VII B, seperti apa ya teman temanku?" batinnya.

Tak terasa, tepat di samping wajahnya, terlihat tangan kokoh sedang menunjuk pengumuman nama. Sedikit risih, ia bergeser kesebelah. Tapi naas, tangan itu terlalu kuat memojoknya. Dalam benaknya tersirat sebuah nama tentang tangan kokoh yang berada disampingnya. Vivi yang merasa langsung menolehkan wajahnya ke samping kanan. Tangan itu seperti tangan laki laki. Siapa itu? Ia terus memincingkan matanya, sembari pelan pelan menoleh ke pemilik tangan itu. Dan tepat saat matanya beradu dengan wajah lelaki itu-

"Arka?" batinnya.

"Eh maaf, permisi," tegur Vivi menjauh dari jangkauan Arka. Tatapan lelak senyum sabit itu tak pindah darinya. Alisnya yang tebal menambah aura tampan pagi ini. Bibir pink tipis itu tak ada senyum sama sekali. Tuhan, apakah lelaki senyum sabit itu dapat merasakan dan mendengarkan detak jantungnya yang bergemuruh dengan hebatnya?

"Hm, lo kelas VIIB?" tanya Arka basa basi. Sebenarnya dia sudah tau jika Vivi sekelas dengannya. Daripada saling diam, lebih baik memulai berbicara. Vivi belum bisa berkutik. Dia tetap menatap wajah Arka dengan dalam di temani oleh gemuruh di dada.

"Lo budek ya?"

Vivi yang sadar akan itu semua langsung membuang pandangan dan menjawabnya dengan gugup. "Ee, eh. Iy iya Ar," jawabnya seraya menautkan kedua tangan gelisah. Salting woi!

ArkalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang