PART 9

480 419 228
                                    



Pollow author yuuTap bintangnya⭐•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pollow author yuu
Tap bintangnya⭐


Kalau berharap sama manusia, biasa aja!
Nanti kalau kecewa, susah ngobatinnya.
-Vivi

Ditengah perjalanan menuju kelas, Arka hanya bisa menahan kekesalan atas ocehan tak bermutu Diana. Jujur, ia ingin sekali menjuemput Vivi dan bercerita panjang lebar tentang dahulu. Bagaimana bisa ia lupa dengannya? Yang jelas jelas dulu, jika ada Arka pasti ada Vivi. Sedekat itu Arka dan Vivi. Namun entah kenapa akhir akhir ini semua runyam bak ditelan bumi.

"Arka, bagus gak rambut aku? Aku baru dikeriting loh," ucap perempuan samping Arka yang memainkan rambut dengan centilnya.

"Hem," Arka tak menoleh sedikitpun. Ia tetap menatap lurus kedepan. Dengan sedikit was was jika nantinya bertemu Vivi dijalan. Bisa bisa dia melihatnya jalan bersama Diana.

"Arkaaa kok cuma ham hem ham hem sih!!!"

"LO TU BISA DI-"

Tunggu, gendang telinga Arka nangkep suara cempreng yang manggil manggil namanya. Suaranya seperti ia kenal. Dengan hati kaku, ia menoleh ke belakang.

Vivi?

"Mati gue,"

Arka menoleh ke arah Vivi. Tatapannya seolah memberikan tanda kegugupan mendalam. Tak dapati jawaban pasti, Vivi melangkah menghampiri laki laki kulkas itu. Banyak siswa yang sudah datang. Ya, otomatis Vivi menjadi objek banyak siswa ketika berteriak tadi. Gadis itu tetap berjalan dengan jangkahan pasti. Membuang segala malu dan gengsi. Apa gunanya gengsi? Kalau gengsi terus, kita gak akan maju juga gak akan dapat yang kita mau. So, harus berani girls. Vivi menempatkan diri disamping kanan Arka. Atensinya menatap lamat pandangan Arka. Ia memejamkan mata sebentar.

"Kamu harus berani Vi," batin Vivi menyemangati dirinya.

"Ini ya yang dinamakan ada urusan?" tanya Vivi pada Arka.

Vivi melihat ada seorang perempuan yang dulu ia tumpahin kuah soto. Fix, ini pasti ada sesuatu dengan Arka. "Em, Vi. Gu gue bisa jelasin. Tadi gue kan ada urusan dulu nih. Nah, habis itu berangkat sekolah. Eh, di jalan ketemu Diana."

Arka itu kulkas, tapi kenapa ia segugup itu dalam menunjukkan ekspresi? Bukannya kata Lala lelaki kulkas itu wajahnya datar? Diana yang tak terima dengan penjelasan Arka, cepat cepat memotong pembicaraan itu.

"Eh! Enak aja. Kita kan berangkat bareng Ar. Gausah ngarang cerita deh."

"Sialan Diana. Lo gak tau apa gue gugup setengah mati," batin Arka.

ArkalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang