PART 6

774 709 197
                                    

Putar mulmed nya yu
Wanna One - Twilight

Pollow author duluu ye
Tap tap bintangnya gratis loh:)

Berharap pada manusia memang menyakitkan. Namun, aku lebih memilih untuk sakit.

-vi.

Arka menopang tubuh Vivi lalu menggendongnya ala bridal style. Kenapa Arka baru menyadari raut Vivi yang pucat pasi?. Lagi lagi ia menyakiti seseorang tanpa sadar. Belum apa apa loh ini, bagaimana nanti kedepannya. Hal menyakitkan apa lagi yang akan Arka lakukan. Ia berusaha tetap tenang dan tidak panik dengan keadaan. Melihat wajah Vivi yang pucat membuatnya tak tega. Ada getaran aneh menyelimuti hatinya.

Karena tak tega melihat Vivi kian merintih lirih padanya. Arka melajukan kecepatan lari. Tak peduli seberapa banyak pasang mata memperhatikan mereka. Arka serasa jadi pahlawan kesiangan. Lelaki itu kembali menatap mata Vivi. Terlihat jelas vokal bibirnya yang terus membentuk nama Arka. Arka menerobos kerumunan siswa ditiap penjuru sekolah. Karena jam ini adalah jam pulang, sudah bisa dipastikan bahwa ratusan orang berlomba menggapai pintu gerbang.

Arka berlarian mencari UKS disertai gumaman khawatir. "Lo harus kuat,kuat,kuat,"

Tak terlihat satu sudutpun dimana ruang UKS. Maklum saja, ia masih siswa baru disekolah ini. Arka mendesah kecewa. Menendang asal guguran daun kering disampingnya. Mengumpat lirih menyalahkan lokasi sekolah. "Ini UKS pada diumpetin dimana sih?" tanya Arka lirih.

Ia menyipitkan pandangan ke arah utara. Berhenti sejenak dan memahami tulisan pintu didepan.

"Ruang UKS"

"Nah, dari tadi napa. Lama amat nemuin UKS," ungkap Arka.

Sesampainya di UKS, ia merebahkan tubuh Vivi di tempat tidur. Menghela nafas lega lantas meregangkan otot ototnya. Perasaan tubuh Vivi itu kecil menurut Arka. Tapi ya lumayan berat! Tak ada kursi disampingnya membuat Arka geram. Kalau suruh berdiri pegel sendiri dong. Tak terlihat juga petugas kesehatan disini.

Kosong!
Hanya ada dia dan gadis itu.

Arka menatap raut Vivi yang meredup. Baru ia menyadari, semenjak sekolah ini. Entah kenapa Vivi terus saja mengejarnya. Bukannya kepedean, tapi tingkah Vivi terlalu mudah untuk ditebak Arka. Ujung jari jari Vivi yang lentik juga telihat tak berdaya. Tak ada keceriaan disana. Diam diam Arka memandangnya dengan iris memuja. Tanpa sadar, sudut bibirnya terangkat samar samar. "Cantik!"

Krekk

Pintu UKS terbuka lebar. Memutuskan kontak mata antara Arka dan Vivi. Lelaki itu berdehem sejenak, menetralkan pacu jantung yang tak tau diri serasa lari maraton. Diujung sana, menunjukkan seorang siswi yang berjalan kearahnya. Arka menoleh kearah pintu. Siswi itu kelas VIII. "Siapa yang sakit dek?" tanya siswi itu.

"Salam dulu lah. Gak sopan amat lu main masuk aja," sercah Arka tetap dengan nada tegasnya. Ia paling tidak suka ketika ada orang yang seenaknya menyerobot masuk begitu saja. Menurut Arka, percuma cantik. Tapi etika dan sopan santun nol.

"Hehehe. Iya iya. Assalamualaikum!" respon siswi itu dengan semu merah dipipinya. Ia mengulangi masuk dalam UKS lantas segera menuju blankar Vivi.

ArkalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang