Balik lagi euyy..
|Hush - APINK|
Pollow authornya yuk
Tap tap bintangnya gratis loo♥️•
•
•"Jangan terpaku pada masa lalu yang membuat sulit untuk melangkah maju."
-Arka.
Vivi gugup akan tatapan Arka. Iris nya seakan menghipnotis Vivi. Ia mengambil tas dibelakang dan membukanya perlahan. Pergerakan itu membuat Arka tetap menatap dalam Vivi. Dia masih sama, sama sama penakut. Gadis berkucir satu itu kembali melempar senyum tipis pada Arka. Mengetuk beberapa kali meja, dan bersuara pelan. "Em, it itu ak aku-"
"Apa? Cepet ngomong!" tegas Arka tak sabar. Ia tetap diam diposisinya, menunggu Vivi yang sedari tadi berbicara tak jelas.
Vivi menarik nafasnya dalam dalam lalu menghembuskan perlahan agar mengurangi gugupnya. "Maaf, em Arka. Ini aku bawa roti isi buat kamu. Tad tadi Mama aku buat banyak. Aku bawain deh!" jelasnya dengan menyodorkan kotak makan biru muda pada lelaki senyum sabit itu. Tak ada pergerakan, Vivi mulai pesimis. Menurunkan perlahan kotak makan itu dimeja.
"Tante Ratna?" batin Arka.
"Khem, gue kenyang!" Sentak Arka. Terlihat jelas raut wajah Vivi yang berubah muram. Vivi memang tipe orang perasa. Segala sesuatu pasti diambil hati. Saat Arka beranjak pergi, Vivi kembali menegapkan badannya. Meraih tangan Arka yang kian menjauh.
Arka mendecak kesal. Dia sudah menolaknya berkali kali tetapi tetap saja. Gadis keras kepala ini ingin sekali Arka menyantap roti isinya. Kalian tahu, kenapa Arka tidak menerima roti itu? Arka takut kembali mengingat semuanya. Semua yang sudah dia pendam dalam dalam, kembali muncul lagi kepermukaan.
"GUE UDAH BILANG GUE KENYANG. PAHAM GAK SIH LO?" teriak Arka
Jangan salahkan Arka membentak gadis itu. Arka sudah berusaha sabar menolaknya dengan tegas. Tapi masih saja nihil. Arka tak ingin mengingatnya. Vivi yang dibentakpun merasa kecewa. Mungkin, dia sudah mulai mencintai Arka. Buktinya ada genangan air di pelupuk matanya. Dia tak berani lagi menatapnya. Sudah cukup penolakan penolakan dari Arka. Vivi tak ingin hancur dengan harapan delusi nya. Dia kembali menundukkan wajah. Memang kebiasaan Vivi, setiap kali ada yang membentaknya. Dia menundukkan wajah dalam dalam.
Arka pergi dari kelasnya. Berjalan cepat tanpa pedulikan gadis itu. Tanpa disadari, kakinya berhenti dan diam ditempat. Kembali menoleh kebelakang tempat gadis itu berdiri. Memandangnya, dan membatin dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkala
Teen FictionIbarat bunga Edelweis yang bermekaran. Kelopak bunganya mengajariku bahwa, cinta sejati juga butuh pengorbanan, kesungguhan, serta kedewasaan agar kita bisa memiliki cinta sejati itu. Namun, jika tak ada pergerakan, juga akan percuma. Tak ada yang...