📽|| PROLOG ||📽

529 121 569
                                    

DAEGU, 11-SEPTEMBER-2015

Kala itu, disebuah gubuk kecil hiduplah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak. Keluarga tersebut hidup dengan berkecukupan. Makan seadanya dengan hidup yang terlilit hutang.

Keluarga itu memiliki anak gadis yang manis dan cantik. Anak tersebut bernama Jung Hara. Seharian penuh ia membantu keluarganya untuk bekerja di ladang.

Tubuh yang kotor dan bau melekat pada Ayah dan Anak tersebut. Ibunya yang tengah di rumah, hari ini tidak bekerja karena merasa lelah. Dan hanya beristirahat di rumah saja, serta memasak makanan secukupnya untuk sang suami dan anaknya yang ia sayangi.

Matahari yang telah mulai meninggi dan hilang dari pandangan. Waktunya Jung Hara serta Ayahnya kembali pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan pulang mereka melintasi berbagai ladang milik orang lain dan beberapa rumah penduduk yang tinggal di daerah sana.

"1*Appa... bisakah aku." ucap Jung Hara dengan sedikit ragu.

"2*Paliiwa. Ibumu telah menunggu." balasnya seraya terburu-buru berjalan.

ARTINYA :
1. AYAH
2. CEPATLAH

Jung Hara terdiam sesaat, seraya memandangi Ayahnya yang berjalan tanpa henti. Pandangan yang begitu dalam terpancar disaat hari mulai senja.

"Appa... aku hanya ingin... kau... menggandeng tangaku ini." ucapnya dalam batin.

Sang Ayah menaruh barang bawaannya setelah dari ladang dan Jung Hara duduk di teras rumahnya. Mengetahui sang anak dan suaminya telah kembali dari ladang, sang Ibu pun bergegas keluar untuk menyapa suaminya.

"1*Yeobo, kau sudah pulang." sapanya mendekati suaminya.

"2*Eomma, masak apa?" tanya Jung Hara tersenyum.

ARTINYA :
1. SAYANG ( PANGGILAN UNTUK SUAMI-ISTRI )
2. IBU

Pertanyaan dari sang anak pun terabaikan yang sibuk dengan suaminya itu.

Jung Hara menghilangkan senyumannya yang barusan terlihat lelah itu. Karena ia tahu, setiap hari ia tidak pernah terlalu diperhatikan oleh kedua orangtuanya tersebut.

Malam pun telah menampakkan dirinya pada hari yang telah berubah menjadi gelap. Setelah semua bersih, barulah ia makan bersama di tempat tinggal yang tak seberapa itu.

"Tadi siang, aku ditagih lagi sayang. Kapan kau bisa membayar hutang?" tanya sang istri yang tengah menyiapi makanan kepada suaminya itu.

Sang suami terdiam dengan sedikit memijat-mijat kecil kepalanya yang terlihat bingung. Sudah sangat jelas ia terlihat kesusahan. Bagaimana bisa ia akan membayar hutang, sedangkan kebutuhan makan saja seadanya.

Setiap akan membahas hutang disaat mereka tengah kelaparan, itu membuat makanan susah untuk dicerna. Rasanya makanan tersebut sulit untuk masuk.

"Tidak bisakah... kau diam saja. Aku sangat lelah. Dan kau, beristirahatlah. Bukankah, kau sedang sakit." balas suaminya dengan suasana hati yang bimbang.

Terdengar dari nada bicaranya yang sedang mencari solusi itu, Jung Hara berpikir. Bahwa pasti, setiap membahas hutang sasaran empuk untuk melampiaskannya pasti mengenai dirinya yang tidak tahu harus bersikap seperti apa.

"Jung Hara! Kau jangan diam saja. Lihat Ayahmu lelah, kau jangan menambah beban hidup kami." kata Ibunya yang menyalahi Jung Hara.

Jung Hara terdiam dengan wajah yang ketakutan. Sang Ayah tidak membelanya sama sekali. Padahal seharian penuh yang membantu di ladang adalah anaknya.

I CAN'T SAY AND GOODBYE || SEGERA TERBIT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang