🍁PART : 8 || GWAGEO🍁

93 59 256
                                    

*GWAGEO : MASA LALU*

Semua orang pasti memiliki masa lalu, entah itu seperti apa. Susah mau pun senang. Masa lalu tetaplah masa lalu. Yang terkadang ingin dikenang dan ingin dilupakan. Lalu, masa lalu seperti apa yang dimiliki oleh Jung Hara? Mengapa ia takut membahas hal pribadi? Mengapa ia selalu ketakutan dan bisa memiliki trauma?

~ 13 TAHUN SILAM ~

Jung Hara kecil saat itu sangat penuh keinginan untuk bermain dengan teman sebayanya. Namun, karena kondisi keluarga yang perekonomian yang cukup sulit, membuatnya harus ikut bekerja di ladang bersama kedua orangtuanya.

Ibunya pun bekerja disebuah pasar tradisional. Ia hanya penjual dengan dagangan kecil yang berisi beberapa ikan serta sayuran di pasar. Ibu dan Ayahnya selalu memaksanya sehingga ia merasa takut.

"Ayo bantu Eomma." ucap Ibunya dengan memaksa Jung Hara.

"Ye, Eomma." Jung Hara pun terpaksa ikut ke pasar. Padahal saat itu ia sedang belajar.

Mereka pun berjualan di pasar. Pasar memang selalu ramai, apa lagi oleh kaum wanita. Selebihnya lagi, para Ibu-ibu.

Jung Hara yang kala itu untuk pertama kali ikut berdagang dengan Ibunya pun merasa malu, bukan soal Ibunya pedagang. Melainkan, memang ia anaknya yang pemalu.

Melihat anaknya yang hanya berdiam diri tak menarik pelanggan, membuat sang Ibu geram padanya. Ia pun memukul pundak anaknya itu.

"Yak. Bicaralah. Bagaimana kau bisa berdagang bila kau hanya diam seperti patung." gerutu Ibunya dengan wajah yang kesal.

Sang Ibu terus-menerus memaksa anaknya itu untuk berbicara agar pembeli melirik dagangannya. Sehingga membuat sang anak terus merasa ketakutan dan bergetar serta berkeringat.

Setiap hari terus seperti itu. Dalam perjalanan pulang sang Ibu pun terus menggerutu kesal karena sang anak tidak berguna baginya.

"Ahk! Kau ini. Menyusahkan saja." hardik sang Ibu dengan mendorong anaknya.

"Ada apa ribut-ribut?" celetuk Ayah yang baru saja dari ladang milik orang lain.

Ayah Jung Hara tidak terlalu membuka matanya. Tidak melihat penderitaan Jung Hara selama ini.

Jung Hara menahan tangisnya. Ingin mengadu pada Ayahnya pun percuma. Ia pasti akan membela mati-matian Istrinya.

Tibalah di satu momen saat mereka makan bersama. Pamannya datang berkunjung. Sang Ibu sangat senang. Karena sudah pasti adiknya itu membawa buah tangan berubah uang dalam amplop dan buah-buahan.

Setelah selesai makan bersama, sang Ayah pergi beristirahat. Ibu dan anak membereskan sisa makanan. Jung Hara mencuci piring. Pamannya pun masuk melirik Jung Hara.

"Jung Hara. Kemarilah." ajaknya.

Ibunya pun menyuruhnya untuk ikut bersama pamannya. Liciknya seorang Ibu. Dan hinanya seorang Ibu. Itulah Ibunya Jung Hara. Rela menerima uang dan malah membiarkan sang anak melakukan apa pun yang diperintah oleh pamannya itu, yang diketahui adik dari Ibunya.

Jung Hara pun ikut bersama pamannya yang berusia sekitar tiga puluhan. Ia menggandeng erat tangan Jung Hara.

Ia pun meminta Jung Hara untuk membuka baju dan celananya. Otomatis ia harus telanjang bulat. Jung Hara menolak. Tapi, malah di tampar oleh sang Paman yang tidak mau menuruti perintahnya itu.

"Kalian bisa makan itu, karena aku." cacinya seraya memaksa Jung Hara.

Jung Hara menangis. Ia merasa kesakitan. Setelah selesai melakukan hal bejatnya kepada keponakannya sendiri. Ia pun pamit pada Ibu Jung Hara.

I CAN'T SAY AND GOODBYE || SEGERA TERBIT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang