Rumah sakit yang seharusnya sepi dan para pasien yang ada di dalamnya bisa istirahat dengan tenang.Tapi semuanya cukup ricuh saat dua ranjang beroda melaju cepat melewati lorong rumah sakit, menuju arah yang sama.
Salah satunya terbaring seorang pria dengan luka parah dibagian belakang kepalanya. Sekujur tubuhnya terkoyak, daging dan darah segar menjadi alasan ia berbaring tak sadarkan diri di sana.
Sementara ranjang satunya berisi seorang laki-laki berusia tujuh belas tahun dengan luka yang cukup ringan. Tapi satu tangannya cedera parah.
Para perawat yang mendorong tanjang tersebut, tampak panik sekaligus kewalahan. Padahal mereka biasanya punya waktu cukup singkat untuk mengistirahatkan tubuhnya malam ini.
Akan tetapi sebuah peristiwa kecelakaan tepat di depan rumah sakit yang korbannya adalah sepasang pria berbeda usia. Truk harusnya menabrak laki-laki yang berniat mengakhiri hidupnya, tapi kedatangan pria itu untuk melindunginya, menjadikan tubuhnya sebagai tameng.
Akhirnya keduanya tergeletak tak berdaya setelah bagian ujung depan truk menubruk tubuh pria yang memeluk putranya tersebut.
Di luar ruangan ICU itu, berdiri Uka dan Gery yang sama-sama berekspresi kembar, panik, cemas, ketakutan dan berharap dua orang di dalam sana, baik-baik saja.
Bi Ida datang dengan tangisan yang tak pernah berhenti. Bahkan semakin parah setiap detiknya.
"Bagaimana keadaan Den Aslan sama Pak Radit?" tanyanya dengan suara serak.
Gery menghela napas pasrah. "Kita belum tahu informasinya, Bi. Dokter masih tanganin mereka berdua."
"Ya Allah ... kenapa semuanya jadi begini, semoga saja Den Aslan sama Pak Radit nggak papa."
Gery mengusap bahu Bi Ida dengan persetujuan yang sama dengan ucapan perempuan setengah baya itu.
"Kita cuma bisa sama-sama berdoa, Bi."
Bi Ida mengusap ingus di hidungnya. Belum kepergian Maya menjadi pukulan bagi ketiganya. Sekarang ditambah Aslan yang berniat bunuh diri, meski Raditya mencoba melindungi putranya tersebut. Tapi tetap saja, truk sukses menabrak tubuh keduanya.
"Semoga aja, Den."
∆∆∆
Tiga hari berlalu, dua tubuh yang tergeletak lemah itu, dipisahkan oleh dinding kaca bening.
Ranjang yang diisi pria dengan berbagai alat penopang hidup yang menempel di tubuhnya. Keadaanya kritis, bahkan belum ada harapan jika pasien tersebut akan siuman dalam jangka waktu dekat. Cedera leher belakang serta tulang punggu, cukup fatal dialaminya.
Sementara di ruang sebelahnya. Anak laki-laki dengan satu tangan yang diais, baru saja menghirup kembali udara dengan kesadarannya yang berangsur-angsur membaik.
Matanya yang masih lemah, melihat ke segala arah dengan perasaan yang tak asing baginya.
Sebuah mimpi buruk seakan membangunkannya dari ketidak sadaran selama berhari-hari.
Memori yang ia ingat pada saat malam di mana ia merasa putus asa atas kepergian seseorang yang ia sayangi. Hingga niat untuk mengakhiri hidup tiba-tiba saja menjadi jalan yang satu-satunya yang muncul dalam benaknya.
Pemikiran instan tentang mengakhiri semuanya dan masalah juga akan ikut berakhir seperti perkiraannya ternyata salah besar.
![](https://img.wattpad.com/cover/233252954-288-k79397.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[-] 00:00 (Thinking [Be] Like This) [END] ✔
Jugendliteratur[ DARKTEENLIT (15+) ] 4th - #MOONWAVE_PROJECT ~Mereka hanya pembohong manis dalam topeng rupa-rupa emosi~ Dunia Aslan sudah tak seperti dulu lagi. Setelah ia tahu apa artinya omong kosong dan kenyataan palsu bahwa kedua orang tua, teman-temannya ter...