6. Mulai Ragu

1.8K 238 23
                                    

Rock Lee terkenal sebagai ninja lincah dan penuh semangat, pantang menyerah seperti gurunya. Sering bertindak sendiri kadang tanpa perhitungan, tetapi loyalitasnya untuk teman dan negara patut diacungi jempol. Seperti ketika mendapat serangan burung-burung raksasa, ia sangat cekatan berasumsi harus mencari tempat perlindungan untuk Shinobi Konoha ketimbang melawan penghuni Pulau Taka.

Badan lesu, penuh luka cakaran tak mematahkan semangat para Shinobi untuk melangkahkan kaki menuju gua yang ditemukan oleh Lee. Mereka membutuhkan tempat berteduh, melindungi dari sengatan matahari maupun hujan, juga untuk istirahat menyembuhkan diri.

Para Shinobi berduyun-duyun berjejer rapi, saling menolong walaupun sama-sama tertatih. Sesuatu hal langka, luput dari perhatian ninja-ninja Konoha. Sasuke, bocah yang tak pernah peduli memberikan bantuan pada siapa pun, kini ia melangkah menopang Hiashi Hyuuga sedangkan Hinata memapah gurunya--Kurenai. Namun, sebenarnya ada beberapa ninja yang memperhatikan tingkah si bungsu Uchiha sambil tersenyum.

Ternyata gua yang ditemukan Lee jaraknya cukup jauh dari tempat para Shinobi. Kalau saja tubuh mereka tidak lemah, hanya sekali melesat akan tiba. Namun, kondisi saat ini berbeda. Mereka benar-benar merasakan seperti manusia biasa yang tak memiliki kekuatan apa pun. Jalanan juga tidak mulus, harus melalui batu-batu cadas maupun memutar melewati padang hijau dengan ribuan kelinci. Ninja-ninja muda hanya bisa meneguk saliva melihat binatang menggemaskan sedang menggoda dengan dagingnya yang gemuk dan padat.

"Dasar pelit! Apa mungkin burung-burung itu bisa menghitung kelinci sebanyak ini? Jadi, jika kita mengambilnya satu, tak akan ketahuan!"

"Memang tak akan ketahuan jika kau makan mentah-mentah. Apa kau mau, Choji?"

"Huweee ... kenapa bisa begitu? Tentu saja aku tak ingin makan daging mentah. Memangnya aku Akamaru?"

Kaing!

Kiba yang tak begitu menyandang luka amukan burung raksasa, membantu Choji berjalan. Meskipun berat, tak menyulutkan semangat untuk segera merebahkan temannya begitu tiba di gua nanti. Sedangkan ninja berbadan tambun sesekali minta berhenti karena ingin sekadar mengelus kelinci sambil menelan saliva.

"Hentikan aksimu itu, Choji! Kau akan menambah berat kalau seperti ini!"

"Aku sungguh tak rela jika harus tak memakannya. Kau lihat sendiri, Kiba. Lemak kelinci ini ... uuum ... pasti lezat di atas bara api."

"Makanan terus yang kau pikirkan. Kau mau dihajar oleh burung-burung itu lagi?"

"Ssst ... aku pasti punya cara makan kelinci ini tanpa diketahui burung-burung itu."

"Bagaimana caranya?"

"Akamaru!"

Kaing!

"Maksudku Akamaru yang akan berburu!"

Kaing!

"Kau setuju, kan, Akamaru?"

Kaing! Kaing!

"Ah, sudahlah! Kalian ini sama saja dan kau jika masih ingin bersama kelinci-kelinci itu, aku tinggal saja!"

"Kalian berdua jika masih ingin di sini, bisa saja ada binatang atau penghuni lain di lembah ini datang memburu kalian. Kita belum mengetahui kondisi di sini, bukan? Ayo lekaskah! Lihat, semua sudah sampai di gua!"

Sai yang menggendong Ino mulanya ingin berjalan berdua di paling akhir. Namun, ketika melihat ada dua temannya yang masih tertinggal di lembah kelinci, ia mempercepat langkah mendahului Kiba dan Choji.

"Benar juga yang dikatakan Sai! Choji! Jika kau tak meletakkan kelinci itu, aku akan lari meninggalkanmu!"

Koaaaaaaaaak!

MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang