1. Pasca Perang Dunia Shinobi keempat

7.6K 385 41
                                    

Langit jingga di cakrawala menjadi pemandangan alam terindah bagi para Shinobi yang baru saja terbangun dari Mugen Tsukoyomi. Perang dunia ninja keempat telah usai dan dimenangkan oleh kerjasama aliansi. Peran utama tim tujuh yang dipimpin Kakashi telah mengakhiri peristiwa bersejarah bagi dunia ninja. Naruto dan Sasuke juga tak abai terhadap Sakura berhasil menyegel kekuatan sang pembuat onar, ratu dari dimensi Otsutsuki, si dewi kelinci, Kaguya. Meskipun Hagoromo turut andil sebagai lakon pengantar para pemenang, tetapi jasa tak kasatmata akan selalu membekas di kehidupan dua remaja yang baru menginjak usia enam belas tahunan.

Keterkejutan mendapati diri berselubung sulur, para aliansi tergemap melihat keadaan sekitar. Mayat para pejuang bergelimpangan. Darah merah gelap yang telah mengering menguarkan bau amis menyengat. Raga tak bernyawa membiru, busuk, dan sebagian dikerubungi belatung. Kerusakan parah di mana-mana. Tanah dan batu rompal, hutan telah rata, tiada tanaman. Sejauh mata memandang, lautan manusia tak lagi bernyawa bagaikan pedang menusuk kalbu. Sakit, perih, menyayat di hati.

"Kak Neji. Hiks-hiks-hiks ...."

Raga tak bernyawa dikenali. Seorang pemuda berambut panjang lembut tergeletak di antara tumpukan jasad para pejuang. Teman-teman ninja mengerubuti, mengheningkan cipta bagi sang pahlawan.

"Tenanglah kau di alam sana, Kawan. Aksimu telah berakhir, namun semangatmu tak akan pernah padam membakar kami."

"Naruto benar. Neji! Kami yang tersisa akan selalu mengingat perjuanganmu. Tak putus semangat menyelamatkan negeri dan sahabat."

Gadis berambut panjang menangis, berlutut di depan jasad seolah abai dengan berbagai ucapan. Air mata tak bisa lagi mengalir walaupun sesenggukan menggetarkan badan. "Kak Ne-ji. Hiks-hiks-hiks ...."

"Semua ada masanya. Masa hidup, masa mati. Hanya satu pembeda. Nama baik."

Para ninja muda menoleh, terpusat pada satu pemuda si biang masalah. Uchiha terakhir yang menjadikan cerita perjalanan mereka hingga akhir suatu perang besar. Ninja pengkhianat, kelas nin, julukan yang disematkan padanya.

"Ya, yang dikatakannya benar. Kita harus mengikhlaskannya. Neji gugur meninggalkan nama baiknya sebagai pahlawan Konoha."

Mata rembulan berbular menatap liar pada kedua pahlawan, terpaku ke salah satunya. Kata diujung lidah ingin mengungkapkan suara hati berteriak pada sang takdir tentang ketidakadilan. Mengapa bukan dia saja yang mati! Kak Neji orang baik, tidak seharusnya mati di usia muda! Napas memburu mengiringi gerakan tubuh untuk bangkit menyerang penuh keberanian. "Bukan dia, tapi harusnya kau yang mati, Sasuke!"

"Hinata! Kendalikan dirimu! Apakah kau tak puas bertarung?!" Tangan kecil dalam genggaman sang pujaan hati. Kunai yang sempat terayun ke udara terlepas mendenting di atas batu. "Perang telah usai, janganlah menodai perjuangan mereka dengan amarahmu yang tak pada tempatnya."

Mata oniks menatap heran pada perubahan kawan sejawat. Benarkah dia Hyuuga Hinata, si gadis tak masuk hitungan? Kepalanya berputar menghitung waktu. Dua tahun ternyata sangat lama dan bisa mengubah siapa pun.

"Hinata! Kau ini kenapa? Mengapa tiba-tiba berubah bengis?" Gadis bergelung dua mendekati jasad rekan satu timnya, jongkok dan menunduk. "Neji memang tak akan hidup lagi, tapi tak berarti jiwanya mati. Ia akan mengawasimu." Mata coklat tenggelam dalam cairan bening menatap pemilik manik lavendel. "Hinata boleh kuat, tapi harus bisa mengendalikan diri. Itu yang diharapkan Neji padamu."

"Aaaaaargh ... aaaaargh!"

Serempak mata beralih pada pria dewasa yang terlihat panik dan bersusah payah menarik kaki dari tumpukan puing-puing batu besar.

"Guru!"

Salah satu ninja muda membubarkan diri dari kerumunan teman-temannya melompat menuju guru yang terjepit batu. Wajah bagai pinang dibelah dua, potongan dan jenis rambut sama, bahkan model dan warna pakaian yang dikenakan mereka tak ada yang bisa membedakannya.

MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang