14. Semangat Kembali

2.7K 181 9
                                    

Shino berhasil membawa kedua temannya keluar dari gua. Mereka berhasil mencapai bibir atas tebing yang merupakan lapangan yang sangat luas. Keadaan cukup terang karena terkena sinar memancar dari tempat yang baru saja mereka tinggalkan. Cahaya kuning keputihan berkilau, berpendar di angkasa, meluas membentuk suatu bidang.

"Sakura! Lihat! Apa yang kau katakan benar, rupanya ini adalah sinar bulan yang kita lihat dari bumi. Lihatlah, itu seperti bentuk sabit!"

"Waaah ... indahnyaaaa ... ternyata kalau dilihat dari dekat seperti ini sangat indah sekali."

"Kau benar. Apalagi jika langit cerah seperti ini ditambah bintang-bintang yang bertaburan."

Shino sebagai pria satu-satunya memilih diam. Sebenarnya ada hasrat untuk membuka kacamata hitam yang tak pernah lepas nangkring di hidungnya karena penasaran dengan apa yang dikatakan oleh kedua Kunoichi tentang keindahan. Namun, jati diri harus dipertahankan. Ia tak ingin teman-teman melihat ketampanannya--menurut ia sendiri--lalu membandingkan dengan Sasuke yang jelas sangat tidak sebanding.

"Hm ... lalu kita akan mencari mereka ke arah mana?"

"Sakura, kau lupa Shino membawa binatang pelacaknya?"

"Ahahaha ... iya, kenapa aku lupa. Oh, andaikan ada Sasuke pasti saat ini dia akan memerintahkan kita untuk bergerak 'Shino, keluarkan binatangmu!' Hahaha ...."

"Mentang-mentang orangnya tidak ada, kau bebas meledeknya. Hehehe ...." Tenten menggoda Sakura lebih jauh lagi. Sejatinya ia ingin mengetahui tentang hal lain dari Kunoichi terkuat juga ahli dalam bidang medis. "Sakura, bagaimana perasaanmu pada Sasuke?" Hal lumrah seorang gadis mengorek keterangan temannya. Namun, tanpa bertanya pun semua ninja tahu perasaan gadis dari tim tujuh terhadap rekan satu timnya. "Maksudku, kau ini hanya kagum atau berubah menjadi cinta terhadap dia?"

"Eh ... oooh ... Tenten. Mengapa kau menanyakan tentang hal itu?" Wajah Sakura memanas karena malu untuk mengakuinya padahal ia tak bisa menyembunyikan rasa sukanya pada Sasuke secara berlebihan. Tentu saja aku mencintainya. Setiap kuberdekatan dengannya, hatiku berdebar-debar. Jika berjauhan seperti ini terasa tidak nyaman, aku selalu khawatir dan aku selalu ingin bersama Sasuke.

"Woiiii! Sakura! Apa kau masih mau tinggal di sana?!"

Dipenuhi lamunan tentang laki-laki pujaan, Sakura tidak menyadari kedua temannya telah melangkah jauh meninggalkannya hingga Tenten merasa kasihan lalu memanggilnya. Sialan! "Tenteeen! Shinooo! Tungguuuu!"

***

Di gua makam leluhur Hamura Otsusuki, Naruto meratap, menyesal karena merasa gagal menjaga teman-temannya. Keberadaan Hanabi saja belum ditemukan harus ditambah lagi masalah kehilangan jejak Shikamaru dan Hinata. Kiba pun tak bisa berbuat banyak selain menunggu, menunduk, turut dalam penyesalan. Bahkan Akamaru meringkuk menatap sedih kedua ninja muda di dekatnya.

"Kiba, kita harus mencari Sasuke dan bergabung dengan mereka."

"Apakah kau yakin mereka tak mengalami hal serupa seperti ini, Naruto?"

"Justru itu. Berapa pun sisanya, kita harus bergabung, bersatu untuk menemukan teman-teman."

"Mmm ... baiklah. Namun aku rasa akan membutuhkan waktu yang sangat lama dan kita tak tahu apa yang terjadi pada Hinata, Shikamaru, juga lainnya dengan waktu selama itu."

"Jadi menurutmu, kita lanjutkan saja perjalanan tidak jelas ini? Aaah ... sungguh, aku kini tak tahu harus bagaimana. Andai Sasuke--"

"Naruto yang kukenal adalah pantang menyerah! Kau ini kenapa? Atau jangan-jangan kau ini bukan Naruto?"

MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang