26. Berlindung di gua

3.1K 207 52
                                    

Hari berganti petang, mendung pun telah datang. Bumi berselimut awan gelap, angin kencang berembus, dingin menusuk tulang. Hutan buah begitu sunyi mencekam bahkan tiada suara binatang malam satu pun terdengar. Hanya ada bunyi kesiur daun-daun tertiup angin yang bergoyang hingga ranting mencapai tanah.

Sasuke, Hinata, dan Tenten mendekap diri masing-masing, menatap pada teman-teman yang terkapar tak berdaya saling tindih menindih. Kilatan cahaya petir menimpa tubuh dan wajah mereka, memperlihatkan keadaan yang sangat mengenaskan: lemah, kotor, dan berantakan.

"Sasuke, sebentar lagi akan turun hujan. Bagaimana dengan mereka?" Kekhawatiran jelas ditunjukkan oleh Tenten karena mereka tidak mungkin membawa satu per satu temannya yang sedang tepar ke tempat terlindung bahkan ia dan kedua rekannya yang masih waras itu belum menemukan celah, ceruk maupun gua sebagai tempat untuk berteduh dari terpaan air hujan di sekitar hutan buah.

Gerimis mulai turun. Hinata mengusap lengah seraya menengadah. "Sepertinya akan turun badai. Sasuke--"

"Kita tinggalkan saja mereka di sini. Setelah hutan ini, ada gua. Kita harus cepat ke sana."

"Ta-tapi mereka ... ooh!" Belum sempat menyampaikan pendapatnya, tubuh mungil Hinata sudah berada di gendongan si pemuda keturunan Uchiha. Sekali entakkan, Sasuke melompat dan tubuh mereka bagaikan terbang. Tenten refleks bergerak mengikuti kedua temannya, menerobos pohon-pohon buah yang nyaris tak terlihat karena malam begitu pekat. Beruntung kilatan petir beruntun sedikit membuat penerangan.

.
.
.

Ketika ninja muda tiba di bibir gua bertepatan dengan turunnya hujan yang begitu deras. Gelap. Mereka tak bisa melihat satu sama lain. Sasuke masih enggan menurunkan Hinata hingga si gadis Hyuuga membelot, menggeliat dalam dekapannya.

"Sasuke, turunkan aku. Kau ini tega sekali, hah! Aku akan kembali ke teman-teman!"

"Air hujan bisa mempercepat kesadaran mereka! Percayalah, tidak akan lama mereka pasti menyusul kita." Perlahan Sasuke menurunkan Hinata.

Tenten telah mengeluarkan senjata, kunai bersinar sehingga cahaya remang-remang memenuhi rongga gua. Mereka melangkah masuk, tetapi Hinata masih belum puas dengan ucapan Sasuke. "Tunggu! Bagaimana kau yakin mereka akan menyusul kita? Kau tahu keadaan mereka, bukan?" Ia menarik lengan pemuda Uchiha seraya merajuk. "Kau tak bisa memaksaku, Sasuke. Aku tetap akan kembali ke sana. Tenten! Ayo kita kembali ke teman-teman! Kita datang bersama, tak mungkin meninggalkan mereka dalam kondisi seperti itu, bukan?"

"Hyuuga! Apakah kau meragukan aku?" Suara Sasuke terdengar tercekat, hal yang tak pernah terjadi sepanjang hidupnya, kecewa dan sedih bercampur menjadi satu hanya oleh seorang gadis. Ia memang terkenal seolah tega terhadap sesama padahal bermaksud baik. Seorang Uchiha akan memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada sahabat maupun teman akan kemampuan mereka.

"Aku kecewa padamu, Sasuke! Ternyata kau ini tak bisa berubah! Hiks-hiks-hiks!" Tangan mungil disertai batin yang tertekan mulai memukuli dada bidang si bungsu Uchiha. Hinata marah. Sangat marah, bahkan tekanan batin, rasa kecewa dan penyesalan begitu besar karena baru menyadari terlalu terlena dengan buaian cinta seorang pemuda tampan juga rasa bersalah kepada seseorang.

Tenten menyelami permasalahan kedua temannya. Di satu sisi, ia menaruh iba pada Sasuke. "Hinata, saat di bulan, kami sempat tak percaya padanya. Tapi, kau lihat sendiri kontribusinya begitu besar ketika--"

"Haaah ... bodoh! Mengapa aku sangat bodoh! Aaaaargh! Bahkan aku tak tahu keadaan Hanabi saat ini! Hiks-hiks-hiks!" Ia sangat terpukul hingga tubuhnya lemah serta merosot ke lantai yang basah. Apa yang telah kuperbuat? Hiks-hiks-hiks ... mengapa aku terlena? Naruto ... maafkan aku! Bodoh! Bodoh! Bodoh!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang